RADARBEKASI.ID, BEKASI – Persoalan siswa di sekolah makin kompleks. Oleh sebab itu, guru Bimbingan Konseling (BK) merasa perlu untuk menghadapinya dengan bijak. Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMA Kota Bekasi, Misludin, menyampaikan bahwa beberapa persoalan siswa ditemukan dari guru BK.
“Yang kami hadapi persoalan siswa ini cukup kompleks, beberapa persoalan kami temukan dari sejumlah siswa yang ada,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (24/9).
Misludin menekankan pentingnya guru BK untuk merespons, menangani, dan menyelesaikan berbagai jenis masalah, mulai dari yang ringan hingga yang sangat serius.
“Dari permasalahan ringan sampai berat harus bisa kami tanggapi, tangani, dan selesaikan,” jelasnya.
Beberapa permasalahan yang saat ini menjadi sorotan meliputi latar belakang keluarga yang tidak harmonis, kendala ekonomi, penyalahgunaan media sosial, karakter siswa yang perlu diperbaiki, kurang semangat belajar, dan bahkan ketidaksemangatan belajar.
“Persoalan ini muncul karena latar belakang keluarga yang kurang harmonis, sehingga timbul persoalan-persoalan lain yang dihadapi oleh siswa saat ini,” ucapnya.
Guru BK di berbagai sekolah perlu mengambil beberapa langkah untuk mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi siswa. Pertama, mendengarkan siswa dengan penuh empati.
Guru BK harus memberikan waktu dan perhatian saat siswa ingin berbicara tentang masalah yang mereka hadapi, tanpa menginterupsi dan menunjukkan empati.
“Berikan waktu untuk mendengarkan siswa dengan penuh perhatian saat mereka ingin berbicara tentang masalah keluarga mereka. Jangan interupsi dan tunjukkan empati kita kepada siswa tersebut,” ucapnya.
BACA JUGA: MGBK SMK Kota Bekasi Siapkan Program Peningkatan Kompetensi Guru BK
Selanjutnya, guru BK harus menjaga kerahasiaan masalah siswa, memastikan bahwa informasi yang dibagikan tetap rahasia. Kecuali jika ada kekhawatiran terkait keamanan atau kesejahteraan siswa.
“Pastikan bahwa informasi yang dibagikan siswa tetap menjadi rahasia dan tidak disebarluaskan, kecuali jika ada kekhawatiran terkait keamanan atau kesejahteraan mereka,” terangnya.
Guru BK juga perlu menawarkan dukungan, memberitahu siswa bahwa siap mendukung dan memberikan saran serta solusi untuk masalah keluarga mereka.
“Beri tahu siswa bahwa kita di sini untuk mendukung mereka. Mungkin mereka memerlukan saran atau bantuan dalam mencari solusi untuk masalah keluarga mereka,” tuturnya.
Jika permasalahan dianggap serius, guru BK dapat mempertimbangkan merujuk siswa ke konselor profesional kesehatan mental yang dapat memberikan bantuan lebih lanjut.
“Guru BK juga harus paham jika persoalan dianggap serius, maka jangan abaikan hal itu. Pertimbangkan untuk merujuk siswa ke konselor sekolah atau profesional kesehatan mental,” terangnya.
Fleksibilitas dalam pendidikan juga perlu diberikan, terutama jika masalah keluarga memengaruhi kinerja akademis siswa. Ini bisa mencakup memberikan tenggat waktu yang lebih fleksibel untuk tugas-tugas.
Selain itu, kolaborasi dengan orangtua adalah kunci penting. Guru BK dapat berkomunikasi dengan orang tua atau wali siswa untuk mencari cara terbaik dalam mendukung perkembangan anak-anak di sekolah.
Terakhir, penting untuk meningkatkan kesadaran di sekolah tentang masalah keluarga dan dampaknya terhadap siswa. Pendekatan yang diambil harus disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan individu siswa.
“Ingatlah bahwa setiap kasus bisa berbeda dan pendekatan yang diambil harus disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan individu siswa tersebut,” tuturnya.
BACA JUGA: Keberadaan Guru BK Harus Dirasakan Siswa
Sementara, Ketua MGBK SMK Kota Bekasi, Heri Purnomo, juga menyatakan bahwa persoalan yang sama banyak dihadapi siswa di tingkat SMA, seperti latar belakang keluarga, masalah ekonomi, dan penyalahgunaan media sosial.
“Persoalan seperti latar belakang keluarga, ekonomi, bahkan penyalahgunaan media sosial itu persoalan yang umum, yang memang sering dihadapi oleh guru BK,” terangnya.
Oleh karena itu, pemahaman dan pendekatan yang tepat dari guru BK sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini dengan efektif.
“Ini pemahamannya harus diperkuat karena memang persoalan dan permasalahannya umum sekali, kami guru BK sering sekali membahasnya melalui kegiatan pelatihan. Agar kita bisa menyelesaikan persoalan ini dengan satu cara yang sama,” pungkasnya. (dew)