RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sebagian siswa di satuan pendidikan sulit untuk memahami mata Pelajaran Matematika. Hal ini disebabkan beberapa faktor.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMK Kabupaten Bekasi, Andriyas Dekaruni Damayanti, menjelaskan konsep matematika bersifat hirarkis.
“Konsep Matematika bersifat hirarkis, artinya konsep-konsep Matematika tersusun secara terstruktur, logis, dan sistematis dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Senin (6/11).
Dalam Matematika, konsep saling berkaitan. Bahkan konsep yang sederhana pun memainkan peran sebagai persyaratan untuk pemahaman yang lebih kompleks.
“Karena pentingnya konsep, maka dalam belajar Matematika tidak boleh ada langkah konsep yang terlewati,” ucapnya.
Selain itu, Matematika bersifat abstrak. Dengan demikian, memerlukan fondasi konkret pada tingkat dasar sebelum merambah konsep abstrak yang lebih luas.
“Matematika itu bersifat abstrak, maka pada level dasar harus dimulai dari yang konkret sebelum masuk ke konsep abstrak,” ucapnya.
Meski begitu, tantangan yang dihadapi siswa saat ini adalah kelemahan dalam pemahaman konsep dasar Matematika. Terutama pada tingkat SMK, khususnya siswa kelas X, masih banyak yang mengalami kesulitan dalam melakukan operasi penjumlahan.
“Lemahnya konsep dasar menjadi pemicu siswa tidak bisa memahami sepenuhnya tentang mata pelajaran Matematika, karena yang saya bilang konsep dasar itu sangat penting,” tuturnya.
Konsep dasar yang dimaksud melibatkan operasi hitung seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Kesulitan dalam pemahaman aspek ini dapat menjadi hambatan dalam mempelajari materi matematika yang lebih kompleks.
“Operasi hitung penjumlahan, pengurangan apalagi perkalian dan pembagian itu merupakan konsep dasar, sehingga untuk mempelajari materi yang lebih komplek akan mengalami hambatan jika tidak memahami konsep dasar. Hal ini yang mungkin menjadi penyebab Matematika dianggap sulit,” terangnya.
BACA JUGA: Matematika Mata Pelajaran Favorit
Terpisah, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bekasi, Prawiro Sudirjo, menyampaikan bahwa sekitar 40 persen dari 100 persen siswa belum memahami mata Pelajaran Matematika.
“Sekitar 40 persen siswa belum memahami atau menguasai betul mata pelajaran Matematika,” ucapnya.
Menurutnya, ketakutan dan trauma dari tingkat pendidikan sebelumnya juga menjadi salah satu faktor kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika.
“Sudah ada ketakutan duluan atau trauma dari tingkat sebelumnya, misalnya mitos dari guru SD atau SMP kalau Matematika itu sulit, gurunya serius dan galak tidak menyenangkan. Ini juga bisa menjadi salah satu faktor sulitnya siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika,” terangnya.
Selain itu, kesulitan dalam berpikir kritis juga menjadi hambatan bagi siswa dalam memahami mata pelajaran Matematika. Hal ini disebabkan oleh tuntutan yang lebih pada hafalan daripada pemahaman konsep.
“Kesulitan dalam bernalar kritis, karena selama ini mereka dituntut menghafal saja. Menghafal perkalian 1-100. Sedangkan pada soalnya nanti diperlukan kemampuan pemahaman analitis pemecahan masalah dari sebuah soal tidak hanya hafalan,” tuturnya.
Oleh karena itu, solusi yang diperlukan adalah pelaksanaan tes awal diagnostik. Tes ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman siswa, membagi mereka ke dalam kelompok paham, kurang paham, atau sangat paham.
Selain itu, tes ini juga dapat mengungkap gaya belajar masing-masing siswa, apakah lebih cenderung ke gaya auditori (mendengarkan ceramah), kinestetik (belajar melalui gerakan), atau visual dengan dukungan audio, video, atau gambar.
“Setelah diketahui kemampuan dasar dan gaya belajarnya, maka masing-masing anak akan di treatment sesuai tingkat pengetahuan dan gaya belajarnya,” ucapnya.
Langkah berikutnya adalah memberikan seluruh siswa pembelajaran sosial emosional secara massal, melalui meditasi, latihan pernafasan, dan proses healing untuk menghilangkan trauma mereka dan mempersiapkan diri untuk belajar.
Menurutnya, mata pelajaran matematika dianggap sangat krusial karena berkaitan erat dengan kecakapan hidup setelah kelulusan sekolah.
“Matematika sangat penting supaya siswa tidak ditipu soal keuangan, pinjaman, nilai mata uang. Investasi bisnis atau jual beli barang. Pengukuran tanah, pengukuran ukuran baju. Ini semua menggunakan matematika. Tes mau kerja juga wajib tes matematika,” pungkasnya. (dew)