Berita Bekasi Nomor Satu

Sekolah di Bekasi Persiapkan Siswa Ikut SNBP 2024

BUKA APLIKASI: Sejumlah siswa SMAN 8 Kota Bekasi membuka aplikasi Laboratorium Maya menggunakan gawai saat mengikuti pembelajaran di kelas. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sekolah mulai mempersiapkan siswanya yang akan mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024 untuk melanjutkan ke perguruan tiggi.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 8 Kota Bekasi, Munawir, mengungkapkan bahwa sejumlah persiapan akan dilakukan setelah diumumkannya kuota SNBP 2024.

“Setelah kuotanya diumumkan, kami akan melakukan langkah-langkah persiapan, mulai dari penentuan siswa eligible, sampai nanti pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS),” tuturnya kepada Radar Bekasi, Kamis (4/1/2024).

Langkah pertama melakukan verifikasi rapor siswa. Selanjutnya, sosialisasikan informasi ini kepada orangtua siswa, dan lakukan pemetaan Perguruan Tinggi (PT) sesuai dengan daya dukung prestasi dan minat siswa.

“Yang terpenting dari semua proses ini adalah sosialisasi atau komunikasi dengan orangtua siswa,” ujarnya.

Munawir menekankan pentingnya sosialisasi dan komunikasi kepada orangtua siswa sebagai faktor pendukung pembiayaan berikutnya. Ini juga membantu menyatukan minat siswa dengan keinginan orang tua.

“Dari sosialisasi ini orangtua siswa eligibel bisa menentukan pilihannya, apakah ingin melanjutkan dan mendukung pendidikan anak ke PT atau tidak mengambil kesempatan tersebut,” ucapnya.

Selanjutnya, bagi siswa yang memenuhi syarat namun memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan tersebut, sekolah akan memilih siswa lain dengan skor nilai di bawahnya.

“Ketika anaknya masuk eligible dan ternyata tidak melanjutkan karena alasan daya dukung, maka kami akan mencari dan memberi kesempatan kepada siswa yang nilai di bawahnya, namun dipastikan melanjutkan ke perguruan tinggi negeri yang dipilih,” terang Munawir.

BACA JUGA: Disdik Kota Bekasi Ingatkan Sekolah untuk Tidak Potong Dana KIP Siswa

Sebab dari tahun lalu, setelah dilakukan sosialisasi kepada orang tua siswa, beberapa dari mereka memutuskan untuk tidak memanfaatkan kesempatan tersebut. Dengan kata lain, mereka belum sepenuhnya mendukung anak-anak mereka untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

“Ada saja yang tidak mengambil kesempatan itu, bahkan yang sangat kami sayangkan, siswa tersebut merupakan peringkat 1 atau 2 di kelasnya,” beber Munawir.

Salah satu alasan siswa untuk tidak melanjutkan pendidikan anak ke perguruan tinggi dengan alasan ingin membantu perekonomian keluarga.

“Kami berusaha dengan keras untuk memastikan siswa yang memiliki pemikiran seperti itu, salah satunya dengan mencari beasiswa. Tapi memang agak sulit, karena lagi-lagi alasannya ingin bekerja membantu orangtua, baru lanjut kuliah,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMA Kota Bekasi, Misludin. Menurutnya, sosialisasi kepada orangtua siswa sangat penting dilakukan oleh pihak sekolah masing-masing.

“Sangat penting sosialisasi ini dilakukan oleh masing-masing sekolah,” imbuhnya.

Misludin menilai bahwa melalui sosialisasi, selain memastikan dukungan orang tua terhadap keputusan siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, sekolah juga dapat membantu mereka memahami proses seleksi, baik di sekolah maupun melalui panitia.

“Selain memastikan orangtua mendukung atau tidak anaknya melanjutkan ke perguruan tinggi, sosialisasi ini juga dapat memberi pemahaman kepada orangtua tentang bagaimana proses seleksi baik yang dilakukan sekolah maupun panitia,” tuturnya.

Misludin mengakui bahwa di setiap sekolah, terdapat orangtua yang belum sepenuhnya mendukung anaknya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun, persentasenya bervariasi di setiap sekolah.

“Memang ada saja, tapi untuk persentase berbeda-beda, saya tidak sampai melakukan pendataan ke sekolah,” ungkapnya.

Siswa yang tidak langsung melanjutkan ke perguruan tinggi umumnya didorong oleh pertimbangan ekonomi. Mereka cenderung ingin bekerja terlebih dahulu sebelum melanjutkan kuliah.

“Rata-rata masalah ekonomi, sehingga memilih bekerja dulu baru kuliah,” tandasnya. (dew)