RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi meminta sekolah agar tidak memaksakan pelaksanaan kegiatan study tour tanpa kesepakatan terlebih dahulu dengan orangtua siswa.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi, Warsim Suryana, menjelaskan study tour merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah.
“Memang untuk study tour itu masuk dalam metode pembelajaran kokurikuler yang dilakukan siswa bersama dengan guru di luar sekolah,” ujar Warsim kepada Radar Bekasi, Rabu (24/1).
Warsim menekankan. study tour tidak boleh dipaksakan oleh guru kepada siswa. Sebelum pelaksanaan, pihak sekolah seharusnya telah melakukan rapat koordinasi (rakor). Menurut Warsim, terdapat tiga metode pembelajaran yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu Intrakurikuler, Ekstrakurikuler, dan Kokurikuler, dan proses pembelajaran harus berjalan seimbang.
“Kegiatan outing class biasanya sebagai tambahan pembelajaran siswa, apalagi saat ini sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Sehingga, kegiatan itu merupakan bagian dari kebebasan siswa untuk belajar di luar sekolah, tentu harus mendapat pendampingan guru,” terangnya.
Warsim menambahkan bahwa pelaksanaan outing class tidak harus dilakukan setiap tahun. Melainkan sesuai dengan kesepakatan orangtua siswa, komite, dan pihak sekolah.
“Kegiatan itu tidak harus dilakukan setiap tahun dan tetap sesuai kesepakatan dengan orang tua siswa,” bebernya.
Ditambahkan Warsim, Disdik Kota Bekasi juga memiliki aturan terkait pelaksanaan outing class, yakni tidak boleh dilakukan di luar Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
“Ketentuannya tidak boleh diluar Jawa Barat dan DKI Jakarta, melainkan harus di wilayah Jawa Barat serta Jakarta,” ucapnya.
Bagi orangtua siswa yang merasa keberatan dengan biaya, biasanya sekolah dapat memberikan subsidi silang agar siswa tetap bisa mengikuti pembelajaran di luar sekolah.
“Biasanya yang keberatan soal biaya bisa dikomunikasikan dengan komite sekolah, karena biasanya ada yang melakukan subsidi silang agar seluruh siswa tetap bisa ikut,” ungkap Warsim.
BACA JUGA: Ratusan Siswa MAN 1 Bekasi Tetap Berangkat Study Campus ke Jogjakarta, Ini Sumber Dananya
Sementara itu, Kepala SDN Jatiasih III Kota Bekasi, Enung Nurhayati, menyampaikan bahwa sekolah memiliki beberapa program yang direncanakan pada rapat kerja (raker) setiap awal tahun.
“Program itu sudah kami bahas setiap awal tahun saat raker sekolah, namun untuk pelaksanaannya, disesuaikan dengan kondisi,” tuturnya.
Enung menjelaskan bahwa kegiatan outing class merupakan salah satu program yang disesuaikan dengan tema pembelajaran untuk kelas I-VI. Oleh karena itu, pihaknya menyarankan siswa untuk menabung agar tidak merasa terbebani dengan biaya kegiatan.
“Kegiatan outing class ini disesuaikan dengan tema pembelajaran yang ada di sekolah. Makanya kami menyarankan anak-anak untuk menabung, agar jika ada kegiatan di sekolah tidak menjadi beban bagi orang, dan kami pun dari awal sudah memberitahukan itu,” tandasnya.
Enung mengklaim banyak dukungan dari orangtua terhadap kegiatan outing class. Hal ini terbukti dengan mulainya siswa menabung, bahkan melalui rapat bersama dengan wali kelas dan komite sekolah.
“Alhamdulillah, orang tua mendukung, terbukti banyak anak-anak yang menabung, walaupun ada sebagian kecil tidak melakukan. Seiring berjalannya waktu, banyak orang tua yang bertanya kapan kegiatan outing class dilaksanakan, karena anak-anak sudah menabung,” imbuhnya.
“Karena kami pun harus melaksanakan program yang sudah direncanakan, dan komite, orang tua serta guru-guru kelas mengadakan rapat musyawarah, untuk membahas outing class tersebut, maka diambil keputusan rapat bersama. Dan saya yakin, orangtua siswa yang merasa keberatan, itu disebabkan karena menabung,” tukas Enung. (dew)