Berita Bekasi Nomor Satu

Dualisme Perserosi Kabupaten Bekasi Hambat Latihan Atlet

TAK BISA DIAKSES UMUM: Foto udara International Skating Arena Grand Wisata Desa Lambangsari Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, Kamis (25/1). Dampak dualisme kepengurusan Perserosi Kabupaten Bekasi membuat sejumlah atlet sepatu roda tak dapat bermain atau latihan di lapangan tersebut. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dampak dualisme kepengurusan Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Kabupaten Bekasi membuat atlet sepatu roda tak dapat bermain atau latihan di International Skating Arena Grand Wisata Desa Lambangsari Kecamatan Tambun Selatan.

Sebagaimana diketahui, sarana olahraga tersebut dibangun melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Kabupaten Bekasi sebesar Rp12 miliar.

Ketua Klub Sepatu Roda Grand Wisata Inline Skate (GWIS) Bekasi, Budi Nur Yaenudin, menyatakan tidak melarang atlet sepatu roda Kabupaten Bekasi beraktivitas di International Skating Arena Grand Wisata.

Pihaknya terbuka untuk latihan, bahkan persiapan PON Sumatera Utara diperbolehkan. Namun, Budi menekankan pentingnya menyelesaikan Perserosi terlebih dahulu.

“Jadi bukannya tidak boleh, tapi selesaikan dahulu Perserosinya. Baru kita bersama-sama bagaimana melahirkan atlet sepatu roda bersama sama,” kata Budi saat dihubungi Radar Bekasi, Kamis (24/1).

Budi menjelaskan adanya dualisme terjadi pada musyawarah cabang (muscab) saat Covid-19, yang dilaksanakan meskipun seharusnya tidak.

Pergantian ketua Perserosi menimbulkan masalah, dengan sembilan klub di Kabupaten Bekasi, sementara sebelumnya hanya ada tiga klub. Ini menyebabkan klub Grand Wisata melakukan walk out, menuntut penyelesaian Perserosi sebelum memulai aktivitas lapangan sepatu roda.

BACA JUGA: KONI Kabupaten Bekasi Optimalkan Atlet di PON

”Memang kala itu Pak Oster selaku ketua Perserosi sudah habis, sehingga ada pergantian. Pada prinsipnya kami dari klub Grand Wisata tidak masalah siapa saja ketuanya,” ujarnya.

“Namun kok tiba tiba ada sembilan klub di Kabupaten Bekasi. Sebab setahu kami itu hanya ada tiga klub. Oleh sebab itu kami melakukan walk out. Jadi kami berharap untuk masalah lapangan sepatu roda ini harus diselesaikan terlebih dahulu Perserosinya,” imbuhnya.

Pelatih Sepatu Roda Kabupaten Bekasi, Yedie Heryadie, menyatakan atlet belum dapat berlatih di Grand Wisata. Pihaknya telah berkomunikasi dengan dinas terkait namun belum mendapatkan kepastian.

“Belum boleh latihan, saya sudah berhubungan dengan Dispora untuk minta berbagi dengan klub klub, karena ada tiga klub di Kabupaten Bekasi (GWRC, GWIS, dan The Winner Cikarang). Sudah lama minta hampir satu tahun pihak Dispora nggak bisa tegas dan saya sering berhubungan dengan Pak Ketut dan Pak Aris jawaban nanti dan nanti,” ungkapnya.

Dirinya mengaku ditegur pengelola lapangan saat atletnya menjalani latihan di International Skating Arena Grand Wisata.

“Kemarin saya latihan di Grand Wisata untuk atlet Kabupaten Bekasi ditegur pihak pengurus Grand Wisata seakan-akan yang punya. Padahal ini milik Pemerintah Kabupaten Bekasi,” jelasnya.

Dengan kondisi ini, sebagai pelatih Yedie berharap pemerintah daerah harus tegas pembagian jadwal latihan dengan tiga klub.

“Kota Bekasi aja bisa membagi 3 klub masa Kabupaten Bekasi nggak bisa. Makanya pihak dispora harus punya ketegasan jadwal latihan nya kalau nggak bisa nurut ya di panggil dan diberikan tindakan tegas,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Budaya dan Pemuda Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Bekasi, Iman Nugraha menyampaikan pihaknya belum bisa melakukan pengelolaan. Sebab sejak dibangun dari 2017 sampai sekarang belum diserahkan dan belum dikelola oleh Disbudpora.

“Kami coba rapikan terlebih dahulu masalah asetnya. Saat ini catatan asetnya masih di Cipta Karya. Setelah dirapikan masalah asetnya dan menjadi aset pemerintah yang dikelola Disbudpora. Kami akan berupaya supaya bisa duduk bersama dan atlet bisa merasakan pembangunan sarana olahraga yang dibangun melalui APBD Kabupaten Bekasi,” pungkasnya. (and)