RADARBEKASI.ID, BEKASI – Metode pembelajaran siswa dengan cara berkelompok atau tipe Jigsaw adalah bentuk belajar kooperatif dalam kelompok kecil terdiri atas empat sampai enam orang secara heterogen.
Dalam metode ini, siswa bekerja sama dengan saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap siswa berkontribusi dengan menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan masing-masing.
Kata “Jigsaw” berasal dari bahasa Inggris yang berarti gergaji ukir atau dapat diartikan sebagai sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.
“Ini merupakan metode lama yang dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan kurikulum saat ini,” ujar Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bekasi, Prawiro Sudirjo kepada Radar Bekasi, Senin (19/2).
Dalam penerapan metode pembelajaran Jigsaw, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat hingga enam orang secara heterogen. Dalam setiap kelompok, salah seorang siswa ditugaskan sebagai pemimpin.
“Dalam satu kelompok ada satu orang siswa sebagai pemimpin untuk membagi tugas pelajaran yang akan dibahas dan tiap siswa mempelajari satu segmen materi sekaligus menguasai segmen tersebut,” kata Prawiro.
BACA JUGA: Sekolah di Bekasi Gencar Penuntasan Materi, Target Selesai Maret 2024
Ia menjelaskan bahwa metode pembelajaran Jigsaw diterapkan pada siswa di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Saat ini, metode ini lebih banyak digunakan dalam Kurikulum Merdeka
“Kurikulum Merdeka banyak digunakan dan harus berpusat pada murid atau student center,” bebernya.
Lanjut Prawiro, model metode Jigsaw memiliki kelebihan, termasuk mempermudah pekerjaan guru karena terdapat pemimpin kelompok yang bertugas menjelaskan materi kepada siswa lainnya.
Selain itu, pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu singkat, dan metode ini mendorong siswa untuk aktif berbicara serta menyampaikan pendapat.
“Metode pembelajaran Jigsaw ini, memiliki kelebihan dalam penyampaian materi kepada siswa, sehingga banyak digunakan oleh guru,” terang Prawiro.
Menurutnya, pengembangan metode pembelajaran ini harus terus dikembangkan, agar bisa Kurikulum Merdeka dapat terealisasi dengan baik.
“Untuk metode pembelajaran ini perlu pengembangan, dan guru-guru harus bergerak, serta perlu pengawasan,” tandasnya. (dew)