Berita Bekasi Nomor Satu

Vaksin DBD Bukan Satu-satunya Solusi

ILUSTRASI : Sejumlah pasien memenuhi area IGD Rumah Sakit Chasbullah Abdulmajid, belum lama ini. Saat ini, jumlah kunjungan IGD rata-rata mencapai 250-300 pasien per hari, dengan BOR (Bed Occupancy Rate) rawat inap mencapai 90% lebih. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Angka penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bekasi kian meninggi. Hingga dengan 4 Mei, tercatat sebanyak 1.747 kasus dengan 19 kasus kematian.

Di tengah upayanya dalam menekan angka penyebaran, pemerintah menawarkan solusi anyar lewat pemberan vaksin DBD. Akan tetapi solusi tersebut direspon minus sejumlah kalangan.

Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global, Dicky Budiman menyampaikan bahwa vaksin DBD tidak serta merta membuat masyarakat aman dari paparan DBD.

Menurutnya, banyak faktor yang harus dilakukan agar dapat menekan kasus DBD, salah satunya yang ditekankan adalah Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Maka dalam keterbatasan vaksin juga saat ini yang memang relatif mahal dan hanya ada di (RS) swasta misalnya, upaya lain harus dilakukan, misalnya pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.

Upaya lainnya yang bisa dilakukan adalah memberantas sarang nyamuk, memantau jentik nyamuk, hingga mengenakan pakaian tertutup. Meskipun dilakukan pemberantasan nyamuk atau menggantinya dengan nyamuk berWolbachia saja tidak cukup.

BACA JUGA: DBD Naik, IGD Full

Dicky menekankan bahwa dalam pengendalian DBD ini tidak bisa dilakukan hanya dengan satu upaya, atau solusi tunggal. Sederet faktor bisa memicu lonjakan dan penurunan kasus DBD diantaranya iklim, kedisiplinan dalam menerapkan PHBS, hingga kondisi imunitas masyarakat.

“Tidak akan efektif, harus dengan multi faktor. Misal faktor manusianya juga, termasuk diberikan perlindungan dengan vaksinasi,” tambahnya. (sur)