RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sebanyak 70 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Yayasan Jamrud Biru Kota Bekasi mengikuti proses pencocokan dan penelitian (coklit) yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Komisioner KPU Kota Bekasi, Faris, mengatakan proses coklit yang dilakukan bersama dengan PPK dan Panwascam itu bertujuan agar semua orang, termasuk ODGJ mendapatkan hak suaranya.
“Kami dari KPU Kota Bekasi bersama PPK dan Panwascam Kecamatan Mustikajaya, mengunjungi, melihat, meneliti secara langsung pasien-pasien yang memenuhi syarat,” kata Faris kepada wartawan di Yayasan Jamrud Biru, Rabu (17/7).
“Kondisi ini dimana hak pilih mereka yang sudah sembuh kami lindungi. Kenapa? Karena ini demokrasi,” jelas dia lagi.
BACA JUGA: Ribuan Siswa di Kota Bekasi Belum Masuk Sekolah
Faris mengatakan, fokus KPU dalam coklit para ODGJ ini adalah mereka yang berdomisili Jawa Barat.
Nantinya, pasien-pasien di Yayasan Jamrud Biru akan menentukan suaranya untuk kontestasi Pilkada Jawa Barat.
“(Syarat) yang jelas dia warga negara. Untuk kali ini Pilkada, patokan kami Provinsi Jawa Barat. Untuk pemilihan wali-wakil wali kota dan gubernur-wakil Glgubernur,” ungkap Faris.
Adapun saat ini, KPU Kota Bekasi mengerahkan sebanyak 7.131 Pantarlih untuk melakukan coklit data dari 1.845.092 pemilih di 3.671 TPS di Kota Bekasi yang berlangsung hingga 24 Juli 2024.
“Tanggal 17 sudah 93 persen, sisa 7 persen, Selesainya 24 Juli. Sekitar seminggu lagi selesai,” jelas dia.
Sementara, Pendiri Yayasan Jamrud Biru Kota Bekasi, Suhartono mengatakan setelah proses coklit dan data pemilih tidak lagi ada yang keliru, pihaknya akan segera mensosialisasikan tahapan pencoblosan kepada para pasien.
BACA JUGA: Bea Cukai Bekasi Mendorong Stimulus Fasilitas Prosedural dan Fiskal bagi Dunia Industri
Para pasien rehabilitasi itu akan diajarkan melalui video untuk mengenal siapa yang nanti akan dicoblis.
“Sosialisasi mengenal figur calon Wali Kota dan Gubernurnya. Kedua, sosialisasi tidak berupa gambar saja tapi ada video. Kalau hanya gambar, mereka (pasien rehabilitasi) jenuh, tapi kalau ada video, berganti-ganti gambarnya, mereka senang,” ucap Suhartono.
“Kami lakukan satu hari bisa tiga kali. Itu jedanya bisa sampai 2-3 jam. Kami ulangi lagi sampai mereka betul-betul paham. Nanti kami pertanyakan satu-satu kalau mereka sudah ingat,” pungkasnya (rez)