RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dodol cina diproduksi secara tradisional di Kabupaten Bekasi oleh Ester (54) bersama keluarganya. Produksi dodol cina ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak 1993 di Kebon Kelapa RT 03 RW 09 Desa Karangasih Kecamatan Cikarang Utara, mengikuti resep warisan dari mertuanya.
Selama puluhan tahun, mereka tetap mempertahankan cara pembuatan tradisional dengan menggunakan kayu bakar sebagai media memasak.
“Rata-rata orang masih ingin yang masih tradisional, karena dari bahan dan pembakarannya dari kayu jadi wangi,” ucap Ester di Cikarang Utara, Senin (20/1).
Proses pembuatan dodol cina ini dimulai dengan membersihkan bahan baku, kemudian tepung beras digiling dan dicampur dengan cairan gula yang telah dimasak. Setelah itu, adonan dicetak dan dikukus hingga matang.
BACA JUGA: Pemkab Bekasi Dinilai Lemah Siapkan Tenaga Kerja Terampil
Menjelang perayaan Imlek pada 29 Januari mendatang, Ester memperkirakan akan ada lonjakan permintaan pesanan dodol cina, yang biasanya mulai berdatangan seminggu sebelum hari raya.
Ester belum dapat memprediksi apakah ada peningkatan pendapatan. Namun, ia tetap yakin bahwa dengan mempertahankan cara tradisional, dodol buatannya yang bermerk “Cahaya Hidup” akan terus menjadi sajian khas di meja-meja makan saat Imlek.
“Harapannya sih pengennya maju dan jalan terus walaupun masih dengan cara tradisional,” katanya.
Karena tetap mempertahankan cara tradisional, Ester memiliki pelanggan tetap yang berasal dari berbagai daerah, seperti Bekasi, Cikarang, Karawang, Bandung, hingga Pamanukan. Untuk memenuhi permintaan yang meningkat, Ester menambah jumlah karyawannya menjadi 12 orang, dari biasanya hanya 10 orang.
“Karyawan ada yang dari warga sekitar ada yang dari Pebayuran. Kalau yang dari Pebayuran turun temurun dari mertua awalnya,” katanya.
Pada tahun ini, Ester harus menghadapi tantangan berupa kenaikan harga bahan baku dodol. Hal itu membuatnya terpaksa menaikkan harga jual dodol.
“Ya gula tepung sama beras ketan. Bahan bakunya cuma itu. Harganya semuanya naik. Terpaksa harga jual juga dinaikin. Pembeli kadang-kadang yang ngerti, ada juga yang nawar,” katanya.
“Harga dodol di sini Rp32 ribu per kilogram. Kalau yang dodol susunan juga dihitung per kg, tapi harganya beda Rp34 ribu per kg. Tahun ini belum dihitung berapa sudah habis bahan bakunya,” ungkap Ester. (ris)