RADARBEKASI.ID, BEKASI – Seorang pelajar kelas 10 SMKN di Cikarang Barat berinisial AAI (16) menjadi korban dugaan bullying atau perundungan brutal. Ia diduga dikeroyok oleh para kakak kelasnya.
Akibat kejadian itu, rahang kiri AAI patah hingga harus menjalani operasi bedah mulut dengan pemasangan pen di rumah sakit. Kondisinya semakin melemah karena hanya bisa mengonsumsi susu melalui selang yang dipasang dari hidung.
Indra Prahasta (41), ayah korban, menuturkan peristiwa itu terjadi pada Selasa (2/9). Saat jam istirahat sekitar pukul 11.00 WIB, AAI dipanggil kakak kelasnya dan diajak ke sebuah lapangan tak jauh dari sekolah.
Sesampainya di lokasi, korban dipaksa berjongkok dengan wajah ke atas. Lalu sejumlah kakak kelasnya memukul bagian wajahnya.
“Mereka berjejer ada sekitar 13 orang yang mukulin anak saya satu per satu. Satu orang bisa mukul sampai delapan kali. Setelah selesai, bergeser, lalu giliran lain,” kata Indra kepada Radar Bekasi, Kamis (18/9).
Menurut Indra, aksi kekerasan itu diduga dipicu karena anaknya bermain dan berfoto bersama siswa dari jurusan lain. Dari keterangan korban, para kakak kelas yang duduk di bangku kelas 12 memang memiliki aturan tidak tertulis yang melarang siswa bermain ke jurusan lain.
Bahkan saat pemukulan berlangsung, korban diancam agar tidak melakukan visum maupun bercerita kepada orang tuanya.
“Alasannya gak masuk akal bagi kami pihak keluarga. Yang kita sesalkan juga jam sekolah anak bisa keluar-keluar. Padahal itu jam istirahat sih,” tambahnya.
Dua hari setelah kejadian, rahang AAI semakin bengkak. Pihak keluarga akhirnya membawanya ke rumah sakit pada Jumat (5/9).
Di rumah sakit, dokter menyatakan rahang korban patah sehingga harus dilakukan operasi dan pemasangan pen. Setelah tiga hari di rumah sakit, AAI dibawa pulang dan kini hanya bisa berbaring di rumah.
“Setelah dioperasi, sekarang makan pakai selang. Jadi asupannya itu cuma dari susu aja,” terang Indra.
Ia menambahkan, selain trauma fisik, anaknya juga mengalami trauma psikologis. Berat badan korban terus menurun. Di sisi lain, keluarga juga harus menanggung beban finansial untuk biaya pengobatan, perawatan pasca operasi, serta kebutuhan susu khusus yang harus dikonsumsi AAI setiap hari.
“Satu dus susu harganya Rp100 ribu, sehari bisa habis dua dus. Itu kami tanggung sendiri,” tuturnya.

Atas kejadian ini, Indra sudah melapor ke kepolisian pada Kamis (4/9) dengan nomor registrasi LP/B/842/IX/2025/SPKT/RESKRIM/CIKBAR/RESTRO BEKASI/PMJ. Ia juga melampirkan bukti hasil visum dan rontgen yang menunjukkan rahang kiri korban patah. Namun, dua minggu sejak laporan dibuat, belum ada tindakan tegas dari kepolisian.
“Info terakhir itu yang kami dapat pihak polisi itu baru mau ke sekolahan aja. Itu pun saya yang menghubungi pihak polisinya,” tuturnya.
Indra juga mengatakan pihak sekolah hanya sekali menjenguk ke rumah korban, namun tidak bertemu karena AAI sedang dirawat di rumah sakit. Ia sempat mendatangi sekolah untuk menanyakan kasus yang menimpa anaknya.
Indra berharap kepolisian dapat mengusut tuntas kasus ini karena korban mengalami luka serius dan membutuhkan waktu lama untuk pulih.
“Kemarin kita ke sekolahan itu, pelaku itu masih sekolah. Dia itu kelas 3 semua dan ada 3 orang itu yang udah di drop out dari sekolahan,” katanya. (ris)











