Berita Bekasi Nomor Satu

Warga Rawalumbu Keluhkan Bau Menyengat Diduga dari Area Dapur MBG

DIKELUHKAN: Kondisi air kubangan yang dikeluhkan warga karena aroma bau menyengat dari belakang dapur MBG di RT05/RW04, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jumat (31/10). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Warga di kawasan RT 5 RW 4, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, mengeluhkan bau menyengat yang diduga berasal dari area dapur Makan Bergizi Gratis (MBG)

Aroma tidak sedap yang muncul disebut telah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir dan semakin terasa terutama pada malam hari.

Seorang warga, Subur (35), mengaku bau tersebut berasal dari kubangan di belakang area dapur Makan Bergizi Gratis. Bau yang timbul sangat mengganggu aktivitas warga sekitar.

“Dia (SPPG) menggali lubang di depan (Kediaman Subur) persis di depan rumah saya, baunya luar biasa, Baunya kayak comberan, bau kentut, pokoknya tidak enak di tenggorokan, tidak enak di hidung, agak-agak perih kalau kalau dihirup gitu,” kata Subur, Jumat (31/10).

Subur mengatakan aroma tidak sedap itu muncul hampir setiap hari, namun lebih terasa ketika malam hari tiba.

“Bau setiap saat, apalagi kalau malam hari. Kadang kalau lagi ketiup angin. Kalau malam, kalau malam yang parah baunya,” jelasnya.

Akibat bau menyengat tersebut, Subur bahkan mengaku sampai harus menggunakan masker saat tidur karena tidak tahan dengan aromanya.

“Kalau tidur, lagi pertama masih belum terganggu, tapi sekarang saya sampai pakai masker tidur, karena bau, saya kirim aja ke grup RT, ‘Saya tidur sampai pakai masker nih, Pak. Gini gimana nih, tanggapan?’,” tuturnya.

Ia juga berharap pihak terkait segera mengambil tindakan karena khawatir kubangan tersebut mencemari sumber air warga.

“Terus bisa juga menjadi apa namanya, jentik-jentik nyamuk gitu. Itu sudah pasti, kubangan air soalnya,” harapnya.

Warga lainnya, Zaenab (44), juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap kondisi air sumur yang sehari-hari digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

“Takutnya tercemar, tapi sekarang belum kena, mudah-mudahan jangan, khawatirnya itu doang,” ujarnya singkat.

Sementara itu, Ketua RW 04 Bojong Menteng, Hasan Kanung, mengatakan persoalan bau yang dikeluhkan warga sudah dibahas bersama pihak SPPG, warga terdampak, serta pengelola lahan.

Dari hasil komunikasi yang dilakukan pada Jumat (31/10), disepakati bahwa kubangan akan segera ditutup.

“Warga kan meminta kolam (Kubangan) harus ditutup, memang juga dari SPPG pun sudah siap akan menutup atas ada kubangan itu atau kolam agar tidak lagi bau, ditutup dengan diuruk,” kata Hasan, dikutip Minggu (2/11/2025).

Hasan menyebut, pihaknya akan segera melakukan pengecekan untuk memastikan penutupan kubangan tersebut dilakukan sesuai kesepakatan.

“Saya sih pengen secepatnya ditutup, kalau belum ada tindakan ya pasti kami akan lakukan teguran,” jelasnya.

Terkait dugaan pencemaran air yang disebut berasal dari limbah olahan Makan Bergizi Gratis (MBG), Hasan mengatakan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi.

“Beberapa dinas terkait sebelumnya sudah terjun langsung untuk mengecek daripada air yang mengalir itu diduga pencemaran hingga air hitam dan gatal gatal, sudah diambil samplenya cuma belum tahu hasilnya bagaimana,” tuturnya.

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi langsung turun ke lapangan untuk melakukan verifikasi dan pengambilan sampel air.

Hasil pengecekan awal menemukan adanya tiga aktivitas industri di kawasan yang sama, yakni dapur MBG, pengolahan kayu, dan pengolahan besi.

“Hasil verifikasi lapangan menunjukkan selain aktivitas dapur MBG, di area tersebut juga terdapat pengolahan kayu dan pengolahan besi. Ini juga harus kita cek kembali, apakah tiga kegiatan itu memang diperbolehkan berada di lokasi yang sama,”ujar Kepala DLH Kota Bekasi, Kiswatiningsih, Jumat (31/10).

Menurut Kiswati, laporan dugaan pencemaran air sumur warga pertama kali diterima DLH pada 30 Oktober.

Dugaan awal mengarah pada aktivitas dapur MBG, namun pihaknya masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan sumber pencemaran.

“Indikasi awal kemungkinan berasal dari kubangan sementara itu, tapi kami masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan,” katanya.

Dari hasil pengecekan di lapangan, diketahui bahwa pada masa awal beroperasi, dapur MBG menampung limbah cair di kubangan terbuka sebelum akhirnya membangun biotank kedap air untuk menampung dan mengolah limbah tersebut.

Sampel air diambil dari beberapa titik, termasuk biotank, saluran penampungan lama, serta sumur warga yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Hasil pengecekan di laboratorium diperkirakan baru keluar dalam waktu sekitar satu minggu,” ucap Kiswati.

Sambil menunggu hasil laboratorium, DLH Kota Bekasi akan menggelar rapat lintas sektor bersama Dinas Kesehatan, DPMPTSP, pihak kecamatan, dan kelurahan.

Pertemuan ini bertujuan membahas perizinan, tata ruang, dan dokumen lingkungan dari ketiga aktivitas industri di lokasi tersebut.

“Kami ingin memastikan semua kegiatan di sana berjalan sesuai aturan, baik dari sisi izin usaha, kelayakan lingkungan, maupun standar kesehatan,” tegas Kiswati.

Kiswati menambahkan, DLH belum dapat memastikan hubungan antara gejala yang dialami warga dan aktivitas dapur MBG sebelum hasil uji laboratorium keluar.

“Saya belum memiliki hasil uji lab, jadi belum bisa memastikan apakah ada hubungan antara gejala itu dan dugaan pencemaran. Itu disclaimer dari saya sejak awal,” ujarnya.

DLH memastikan proses penanganan dilakukan secara proporsional, tanpa langsung menjatuhkan sanksi. Jika terbukti ada pelanggaran, pengelola dapur MBG akan diminta memperbaiki sistem pengolahan limbahnya.

“Prinsip kami bukan menutup usaha, melainkan memperbaiki agar aktivitas ekonomi tetap jalan tanpa merusak lingkungan,” pungkasnya (rez)