Berita Bekasi Nomor Satu

Kegiatan Satu Hari Bersama Ayah Disambut Antusias

MELUKIS BERSAMA : Para ayah fokus menghias sandal bersama anak-anak mereka dalam kegiatan “Satu Hari Bersama Ayah” di TK Islam Fitria III di Jakasetia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Kamis (4/12). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kuas kecil, sandal polos, dan deretan ayah yang duduk lesehan di samping anaknya menjadi pemandangan tak biasa di TK Islam Fitria III, Jaka Setia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Kamis (4/12) pagi.

Kegiatan Satu Hari Bersama Ayah membuat sekolah yang biasanya riuh oleh suara anak-anak kini dipenuhi kehangatan hubungan ayah dan buah hati mereka.

Hari itu, sekolah menggelar kegiatan tahunan Satu Hari Bersama Ayah, sebuah momen ketika para ayah diminta berhenti sejenak dari rutinitas kerja dan memberikan satu hari penuh untuk anak-anak mereka.

Kegiatan yang sederhana melukis sandal justru menjadi jembatan yang mempertemukan kembali kehangatan, obrolan kecil, dan tawa yang mungkin jarang didapatkan di hari biasa.

Yopi (35) orang tua murid, berdiri dengan wajah yang tak menyembunyikan rasa bangganya. Ia sengaja izin datang siang ke kantor demi bisa menemani sang anak dalam kegiatan Satu Hari Bersama Ayah.

Bukan keputusan mudah, namun baginya, waktu bersama buah hati jauh lebih berharga ketimbang rutinitas pekerjaan yang nyaris tak pernah memberi ruang jeda.

“Alhamdulillah sangat senang yang pasti bahagia sekali, karena hari ini bisa menemani anak meskipun sehari ini juga sibuk,” ujarnya membuka cerita.

“Beda rasanya kalau di sekolah bersama anak, jadi tahu apa yang mereka lakukan hari-hari, semangat dan kerja keras yang dia lakukan ditunjukkan kepada ayah dan ibu bahwa mereka akan tetap menjadi generasi yang maju.” tambahnya

Keputusannya meluangkan waktu hari itu juga tak lepas dari momen istimewa. Sang anak sebelumnya sempat rewel, bahkan ogah berangkat. Namun ada satu alasan yang membuat Yopi luluh.

“Dia bilang beda tahun ini, karena ini tahun terakhir sebelum masuk SD, Jadi saya kira nggak apa-apa meluangkan waktu.” katanya

Begitu tiba di sekolah, suasana berubah seketika. Si kecil yang tadinya enggan berangkat justru tampak bersemangat.

“Alhamdulillah mereka berkesan banget, dari bangun pagi sudah bersiap lebih awal dari biasanya dan sampai sekolah sangat senang dan bahagia.”

Di salah satu sesi kegiatan, para ayah diminta menggambar bersama anak mereka. Yopi tertawa kecil saat menceritakan hasil karyanya.

“Tadi gambar kurang lebih pistol, karena cita-citanya ingin jadi tentara, Alhamdulillah capek meskipun tidak semaksimal ibu yang biasanya menggambar.” ucapnya

Meski hanya beberapa jam, pengalaman itu memberikan ruang perjumpaan yang jarang terjadi, seorang ayah yang memahami dunia kecil anaknya lebih dekat, dan seorang anak yang bangga melihat ayahnya duduk di sebelahnya, menggambar bersama.

Tak jauh dari mereka, Agung Wibo (32) tampak menemani putrinya, Kiana Latisya Putri Wibo (6). Keduanya duduk berdampingan, sibuk memadupadankan warna untuk menggambar bertuliskan “Baba” dan nama sang anak.

Tak ada yang rumit, namun raut bahagia di wajah Kiana menunjukkan bahwa momen sederhana itu sangat berarti baginya.

Bagi Agung, hari itu bukan sekadar acara sekolah melainkan kesempatan langka untuk benar-benar hadir bagi sang anak di tengah kesibukan bekerja.

“Sebenarnya enaknya jadi kayak punya satu waktu lah, yang biasanya kita sibuk sama kegiatan kita, entah kerja atau usaha, dikasih satu waktu sama anak itu lumayan luar biasa sih sebenernya.” ujar Agung membuka percakapan.

Menggeser jadwal kerja bukan persoalan mudah, namun Agung tahu bahwa waktu bersama anak tak akan datang dua kali.

“Kalau memang nggak disempetin dari sekarang, kayaknya nanti akan susah. Kita nggak pernah tau nanti ke depannya kan anak itu jadi sibuk juga. Pada saat kita lagi sibuk sekarang, nanti besok kita punya waktu luang, anak itu udah sibuk sama kegiatan sendiri-sendiri, kita udah nggak punya waktu lagi sama mereka.” katanya

Beruntung, sebagai pelaku usaha, Agung bisa sedikit lebih fleksibel. “Memang harus ngatur-ngatur jadwal, berapa harus ketemu orang, memang harus diatur-ngatur,” jelasnya.

Saat menggambar, tak ada kesulitan berarti. Yang ada hanya tawa kecil dan semangat Kiana yang menular.

“Happy banget ya, dia sangat excited banget. Memang dia suka banget gambar kebetulan,” ucap Agung.

Di rumah, kebersamaan semacam itu memang sudah menjadi kebiasaan kecil yang dijaga.

“Pasti, pasti. Memang satu hari itu nyempetin untuk pasti ada interaksi sama dia. Entar menggambar, atau kita baca, atau cerita-cerita itu pasti ada. Memang harus nyempetin waktu.” ucapnya

Bagi Agung, momen sehari bersama anak bukan sekadar kegiatan sekolah tetapi pengingat bahwa kebahagiaan anak sering kali lahir dari hal-hal sederhana yang diberi waktu dan perhatian.

Di balik keriuhan itu, Kepala Sekolah KB TK Islam Fitriya III, Laila Telia Fitriyasari, mengatakan kegiatan Satu Hari Bersama Ayah rutin digelar setiap tahun sebagai ruang khusus bagi para ayah untuk terlibat langsung dalam aktivitas anak di sekolah.

“Alhamdulillah, kegiatan Satu Hari Bersama Ayah ini sudah berjalan beberapa tahun. Kami membuat acara ini karena banyak orang tua khususnya ayah yang sibuk bekerja. Jadi kami ingin menghadirkan satu momen di mana para ayah bisa berkegiatan bersama anak-anak selama satu hari di sekolah,” ujarnya.

Ia menyebut antusiasme tinggi terlihat dari hampir seluruh ayah di kelas TK B yang hadir.

“Masya Allah, sebagian besar orang tua, khususnya di TK B, alhamdulillah hadir. Terlihat banyak yang terharu, sangat antusias, dan tentu saja bahagia melihat perkembangan anak-anaknya.” tambahnya

Laila juga menegaskan pentingnya momen ini bagi para ayah yang jarang melihat aktivitas sekolah anak karena kesibukan kerja.

“Tujuannya untuk memberikan momen khusus. Biasanya ayah sibuk bekerja pergi pagi, pulang malam jadi tidak terlalu tahu apa saja kegiatan anaknya di sekolah. Dengan acara ini, mereka bisa melihat langsung dan berkegiatan bersama anak-anak.” jelasnya

Kegiatan berlangsung dengan respons positif dari para ayah yang hadir.

“Alhamdulillah, para ayah sangat senang. Ada yang terharu, bahkan sampai menitikkan air mata.” ujarnya

Tahun ini, sekolah memilih aktivitas melukis sandal sebagai agenda utama.

“Sebelumnya kami melukis layangan, dan tahun-tahun lalu melukis di baju yang bisa dipakai bermain bersama ayah.”

Laila berharap kegiatan tersebut dapat semakin menguatkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan.

Sekolah yang memiliki total 120 siswa dengan 47 di antaranya tingkat TK B berharap kegiatan semacam ini dapat terus menjadi ruang yang memperkuat peran ayah dalam tumbuh kembang anak.

“Harapan kami, perkembangan anak bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, guru, atau ibu saja. Peran ayah juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.” tutupnya (rez)