Berita Bekasi Nomor Satu

Kakak-Adik Gantian Pakai HP

Daring
BELAJAR: Miftahul Husna didampingi orangtuanya saat mengikuti PJJ secara daring menggunakan HP milik saudaranya di kediamannya, Jatiwaringin Pondok Gede Kota Bekasi, Rabu (5/8).Dewi Wardah
Daring
BELAJAR: Miftahul Husna didampingi orangtuanya saat mengikuti PJJ secara daring menggunakan HP milik saudaranya di kediamannya, Jatiwaringin Pondok Gede Kota Bekasi, Rabu (5/8).Dewi Wardah

Radarbekasi.id – Dua pelajar kakak-adik gantian menggunakan handphone (HP) agar bisa mengerjakan tugas sekolah saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring karena pandemi Covid-19. Keduanya adalah Miftahul Husna (13), dan Nurul Salsabila (9).

HP yang digunakan oleh siswa kelas VIII SMPN 6 dan kelas 3 SDN Jatiwaringin 1 Kota Bekasi itu merupakan milik kakak tertuanya. Perangkat itu baru bisa mereka gunakan pada malam hari setelah kakaknya pulang bekerja.

Yendarawati (44) merupakan orangtua pelajar dari keluarga kurang mampu tersebut. Dari lima anaknya, hanya satu yang memilik HP canggih bisa gunakan belajar daring.

“Yang punya HP bagus cuma kakaknya yang kerja, jadi harus nunggu kakaknya pulang kerja biar adek-adeknya bisa ngerjain tugas di rumah,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Jatiwaringin Pondok Gede Kota Bekasi, Rabu (5/8).

Adapun jadwal PJJ di sekolah Miftahul pukul 07.00-15.00 WIB dan Nurul pukul 13.00-17.00 WIB. Namun karena hanya ada satu HP di rumahnya, wali kelas mereka memberikan kebijakan untuk mengerjakan tugas pada malam hari kemudian dikumpulkan pagi harinya.

Biasanya, Miftahul menggunakan HP itu pada setelah waktu magrib sampai pukul 21.00 WIB. Kemudian setelah itu adiknya Nurul sampai pukul 23.00 WIB.

“Jadi abis salat magrib kita kumpul di depan ruangan tv,” ungkap Yendarawati yang selalu setia mendampingi kedua anaknya belajar tersebut.

Ia mengaku tak mampu beli HP untuk mendukung anaknya belajar daring karena penghasilan bersama suaminya yang tak menentu dari jualan ikat pinggang dan alat tulis. Bahkan, sejak pembelajaran daring dimulai Maret lalu, dirinya harus membuat makanan ringan agar bisa dijual sehingga mendapatkan penghasilan tambahan untuk beli paket internet.

“Penghasilan gak nentu, kadang dapat Rp 50 ribu kadang gak sama sekali. Buat tambahan juga jualan kerupuk sama kripik-kripik dititipin ke warung. Ini saya lakuin biar bisa nyimpen minimal Rp 5.000 untuk beli kuota anak-anak,” tuturnya.

Penggunaan HP secara bergantian oleh dua pelajar itu hanya dialami saat pembelajaran daring pada semester lalu. Sebab, pada semester ini Miftahul telah mendapatkan pinjaman HP dari keluarganya.

“Dipinjemin HP sama om adiknya mamah, karena wali kelas yang sekarang agak galak jadi aku takut kalo telat ngumpulin tugas nantinya diomelin,” ungkapnya.

Miftahul mengaku kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring saat masih bergantian menggunakan HP dengan adiknya. “Kadang suka kesel sendiri karena gak bisa fokus. Harus buru-buru juga biar adik bisa ngerjain tugasnya,” ungkapnya.

Meskipun dengan keterbatasan ekonomi, pelajar ini sangat bersemangat dalam belajar. Pada semester lalu, ia berhasil mendapatkan rangking 7 di kelasnya.

“Sebenarnya bisa lebih maksimal kalo belajar secara langsung, karena HP cuma ada satu dan itu pun harus gantian sama adik. Jadi aku belajar sebisanya dan seadanya,” pungkasnya. (dew)