Berita Bekasi Nomor Satu

Kepala BKKBN: Jangan Hamil Dulu saat Pandemi Covid-19

ILUSTRASI: Pixabay
ILUSTRASI: Pixabay

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada merosotnya sektor perekonomian. Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), penggunaan alat kontrasepsi ternyata ikut turun.

Hal itu kini menjadi perhatian serius BKKBN. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan, dalam situasi bekerja dari rumah (work form home), interaksi pasangan memang lebih intens.

”Pantauan kami, pemakaian alat kontrasepsi turun 50 persen. Ini bahaya,” kata Hasto, seperti diberitakan jawapos.com (grup radarbekasi.id)

Mengapa bahaya? Menurut Hasto, penurunan tersebut bisa memicu tingginya angka kehamilan. Nah, masa awal kehamilan, terutama delapan minggu pertama, sangat rawan. Sebab, di periode itulah terjadi fase krusial pembentukan organ pada janin.

Padahal, layanan untuk ibu hamil di fasilitas kesehatan kini terdampak pandemi. Selain itu, banyak keluarga yang ekonominya terganggu karena PHK atau usaha yang lesu. Akibatnya, belanja untuk pemenuhan nutrisi istri hamil juga terganggu

”Apalagi, pada fase hamil muda, daya tahan tubuh turun sehingga lebih rentan terserang penyakit,” ucapnya.

Karena itu, Hasto menyarankan agar pasangan usia subur tetap menggunakan alat kontrasepsi di masa pandemi saat ini. Mengenai adanya fasilitas kesehatan yang mengurangi layanan karena tenaga medis kekurangan alat pelindung diri (APD), BKKBN sudah menyediakan alternatif akses layanan KB melalui mobil keliling di berbagai daerah.

”Jadi, kami pesan betul, di masa pandemi ini tolong jangan hamil dulu,” ujarnya.

Selain perempuan, penggunaan alat kontrasepsi dilakukan pria. Berdasar hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, kesertaan pria dalam ber-KB masih rendah. Yakni, kondom sebesar 2,5 persen dan vasektomi 0,2 persen. Upaya untuk meningkatkan partisipasi pria dalam pemakaian kontrasepsi dilakukan secara intensif dan terus-menerus. Namun, data menunjukkan tren peningkatan belum mencapai hasil yang diharapkan.

”Beberapa alasan mengapa partisipasi KB pria masih rendah, pertama adalah mindset keluarga pada umumnya yang menganggap KB adalah tangung jawab perempuan,” ungkapnya. (jpc)