Berita Bekasi Nomor Satu

247 Nakes Positif Covid-19

ILUSTRASI: Petugas medis ketika menyiapkan ruangan  khusus perawatan untuk  pasien terkonfirmasi positif di RS Darurat Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.
ILUSTRASI: Petugas medis ketika menyiapkan ruangan  khusus perawatan untuk  pasien terkonfirmasi positif di RS Darurat Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Delapan bulan berjuang melawan penyebaran virus corona, ratusan Tenaga Kesehatan (Nakes) di Bekasi positif terpapar Covid-19. Penghargaan tidak berlebihan untuk diberikan kepada pahlawan kemanusiaan yang hingga saat ini masih berjuang dengan sisa tenaga yang dimiliki.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi mencatat, total Nakes yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 184 orang. Dari ratusan Nakes tersebut, tersebar di 33 Puskesmas dan 4 Rumah Sakit (RS) milik Pemerintah Kota Bekasi, baik RSUD Chasbullah Abdulmajid maupun tiga RSUD tipe D.

Dari total 43 Puskesmas di seluruh wilayah Kota Bekasi, tercatat 10 Puskesmas yang didapati tidak terpapar di Kota Bekasi. Secara rinci, 111 Nakes terpapar bertugas di Puskesmas, 71 Nakes di RS, ditambah dua analis bertugas di RS Darurat Stadion Patriot Candrabhaga.

“Karena kelelahan, dari Februari sebetulnya kita sudah menyiapkan dari pada layanan (kesehatan) sampai dengan saat ini, Oktober. Jadi fisik pun sudah lumayan terkuras, sudah lama waktunya,” ungkap Kepala Dinkes Kota Bekasi, Tanti Rohilawati, Rabu (21/10).

Disamping itu, faktor yang memperbesar risiko Nakes terpapar adalah intensitas mereka untuk berhadapan dengan masyarakat maupun temuan kasus Covid-19 di masing-masing layanan kesehatan. Saat ini penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh Nakes menjadi perhatian Dinkes Kota Bekasi untuk selalu diingatkan, meskipun APD yang tersedia dinilai sudah aman untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Selain penyebaran di masing-masing layanan kesehatan, tidak menutup kemungkinan terjadi di luar tugas, seperti di lingkungan masyarakat saat beraktivitas. Lama penggunaan APD dan saat melepas atau mengganti APD dinilai harus menjadi perhatian Nakes yang tengah berjuang, terlebih pada saat imun tubuh dalam kondisi tidak baik.”Diantaranya dari yang sekian itu, 90 persen sudah sembuh, sudah dinyatakan bisa beraktivitas,” tambahnya.

Sisanya, lanjut Tanti, masih melakukan isolasi mandiri lantaran berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG). Fisik para pejuang kemanusiaan ini dinilai telah terkuras secara fisik setelah berjuang sejak Februari hingga saat ini.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bekasi mencatat sembilan anggotanya terpapar Covid-19 dan berstatus OTG sejak Maret lalu. Saat ini telah dinyatakan sehat dan kembali bertugas, meskipun diantaranya ada yang memilih untuk beristirahat sebelum kembali bertugas.

“Tim Covid IDI Kota Bekasi itu sembilan OTG semua, sekarang sudah sembuh,” ungkap Ketua IDI Kota Bekasi, Kamaruddin Askar.

Di luar sembilan dokter yang terpapar Covid-19, dua diantaranya meninggal dunia pada Maret lalu. Keduanya merupakan dokter umum dan THT. Ia berharap tidak ditemukan kembali dokter yang gugur ditangan perjuangan melawan pandemi Covid-19.

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah mencatat hingga saat ini ada 63 Nakes di Kabupaten Bekasi terpapar virus yang menyerang saluran pernafasan ini. Menurutnya, jumlah tersebut meningkat dari yang sebelumnya 40 nakes.

Mereka, lanjutnya bertugas di Puskesmas, Rumah Sakit Daerah maupun Swasta, dan Dinas Kesehatan. Kata Alamsyah, ini total keseluruhan dari awal pandemi. Hingga saat ini, 61 Nakes dinyatakan sembuh, satu orang isolasi mandiri dan satu lainnya meninggal dunia.”Pada Juni lalu ada satu Nakes yang meninggal dunia,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Rabu (21/10).

Dirinya menjelaskan, satu Nakes yang meninggal ini bertugas di Rumah Sakit Annisa dan praktik di Rumah Sakit di Jakarta. Sebelum meninggal sempat mendapat perawatan selama tujuh hari di Rumah Sakit di Jakarta.”Kebetulan beliau (alm) praktek juga di RS yang berada di Jakarta. Dari hasil tracking, beliau terpapar di Jakarta,” jelasnya.

Menurutnya, tidak hanya faktor kelelahan saja yang menjadi penyebab, namun kurangnya kedisplinan menjaga protokol kesehatan, terutama dalam menggunakan APD. Selain itu, banyak pasien yang tidak jujur dengan kondisinya.

Untuk mengantisipasi itu, pria yang juga sebagai Sekretaris Dinas Kesehatan ini menambahkan, kegiatan pelayanan harus di screning terlebih dahulu. Kemudian membatasi kunjungan agar tidak terjadi penumpukan. Hal itu dilakukan dengan menggunakan teknologi telemedicine. “Jadi orang bisa mendaftar dari rumah. Dan orang itu tahu jam berapa bisa ketemu dokter. Itu model yang kita pakai,” ucapnya.

Terpisah, Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono meminta kepala daerah meningkatkan keamanan Fasilitas Kesehatan (Faskes) RS dan Puskesmas.

Kewaspadaan dan keamanan di lingkungan Faskes ini juga dibutuhkan lantaran sebagian besar kasus dialami tanpa gejala (OTG).

Masyarakat yang datang ke Faskes merasa tidak membawa atau terpapar Covid-19, padahal telah terpapar namun tidak menunjukkan gejala khusus.”Kalau petugas kesehatannya tidak waspada, disangkanya bukan Covid, atau tidak membawa Covid,” terangnya.

Berkaca dari wilayah Tangerang, OTG dijumpai lebih banyak berkeliaran 40 kali lebih banyak dari jumlah kasus yang terdeteksi. Diyakini di wilayah lain termasuk Bekasi, OTG berkeliaran ditengah masyarakat berada diatas 10 kali kasus yang terdeteksi.

Hal ini menyebabkan penyebaran Covid-19 sulit untuk ditangani hingga benar-benar nihil, disamping alat tes Covid-19 yang terbatas, Nakes yang tidak waspada, hingga masih banyak didapati kasus menjalani isolasi mandiri. Jika angka Nakes yang terpapar ini terus bertambah seiring waktu, bahkan didapati Nakes yang meninggal, berpotensi mengganggu layanan kesehatan.”Dan yang paling penting alat pelindung (APD) di rumah sakit harus sama bagusnya dengan di rumah sakit,” tambahnya. (sur/pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin