Berita Bekasi Nomor Satu

Waspada Bencana Beruntun

TERENDAM BANJIR : Warga mendayung perahu saat banjir yang merendam kawasan perumahan Villa Jatirasa Jatiasih Kota Bekasi, Minggu (25/10) akibat luapan Kali Bekasi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
TERENDAM BANJIR : Warga mendayung perahu saat banjir yang merendam kawasan perumahan Villa Jatirasa Jatiasih Kota Bekasi, Minggu (25/10) akibat luapan Kali Bekasi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Masyarakat Bekasi diminta waspada menghadapi peralihan cuaca saat ini. Setelah puting beliung ‘mengamuk’ di Kecamatan Bekasi Utara dan Babelan pada Jumat (23/10), kemarin ribuan rumah diterjang banjir kiriman dengan ketinggian air hingga 2,5 meter. Ratusan warga terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Hasil pantauan citra satelit Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awan hujan berwarna orange terjadi masif dan merata di langit hulu Bogor dan Bekasi, curah hujan berkisar 52 sampai 124 mm per jam. Intensitas hujan bakal meningkat hingga akhir tahun nanti.

“Hingga pertengahan Oktober sudah 28 persen zona musim masuk musim hujan, termasuk wilayah Bogor. Namun musim hujan untuk Bekasi, diperkirakan akan masuk mulai November, Oktober ini masih musim peralihan (musim) bagi Bekasi,” terang Kepala Sub Bidang Informasi BMKG, Adi Ripaldi kepada Radar Bekasi, kemarin.

Banjir dan Puting beliung yang terjadi dua hari belakangan di wilayah Bekasi disebut bagian dari cuaca ekstrem yang terjadi pada saat musim peralihan, tidak berhubungan langsung dengan fenomena La Nina. Periode musim kemarau tahun ini terjadi lebih singkat dibandingkan dengan tahun lalu, musim kemarau 2020 terjadi mulai Juni hingga awal Oktober ini.

Pada masa peralihan musim seperti ini, sering terjadi cuaca ekstrem mulai dari hujan disertai angin kencang dan petir, sampai dengan angin puting beliung. Meskipun hanya berlangsung 3 sampai 5 menit, namun memiliki daya rusak bagi wilayah yang dilalui.

Terlebih pada puncak musim hujan yang diprediksi terjadi pada Januari hingga Februari tahun depan, berpotensi terjadi terjadi bencana serupa yang kali ini terjadi hingga bencana hidrometeorologi lainnya. Adi meminta masyarakat untuk segera bersiap dan berbenah, mulai dari membersihkan saluran air dan sungai, menata jalan berlubang, sampai dengan pohon berusia tua yang berpotensi tumbang.”Untuk kondisi ini harus menjadi kewaspadaan dini bagi pemerintah daerah dan masyarakat,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Desiminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko menilai feniomena puting beliung yang sempat melanda beberapa wilayah di Kota dan Kabupaten Bekasi merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi. Angin yang memporak-porandakan wilayah permukiman warga Jumat (23/10), memiliki bentuk berputar menyerupai belalai, angin keluar dari awal Comulonimbus (CB) dan terjadi di daratan, meskipun tidak semua awan CB dapan menimbulkan puting beliung.

“Ada kondisi tertentu seperti ketika kondisi libilitas atmosfer yang melebihi ambang batas tertentu, yang mengindikasikan udara sangat tidak stabil,” terangnya.

Warga dapat berhati-hati dan mewaspadai datangnya angin puting beliung ini dengan mengetahui beberapa ciri yang terjadi sebelum angin mengamuk di wilayah tempat tinggal. Satu hari sebelum angin puting beliung melintas, udara malam hingga pagi hari akan terasa panas, terasa panas dan matahari bersinar cukup terik pada pagi hari.

Pukul 10.00 WIB umumnya mulai terlihat awan berlapis-lapis putih (Cumulus), diantara awal tersebut, nampak satu jenis awan yang memiliki batas tepi jelas berwarna abu-abu, menjulang tinggi seperti bunga kol. Awan tersebut akan berubah menjadi abu-abu atau hitam, yang dikenal awan CB, pepohonan, dahan, dan ranting yang berada dekat dengan kita mulai bergoyang karena hembusan angin, terasa hembusan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.

“Hanya berasal dari awan CB (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan CB menimbulkan puting beliung. Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali ditempat yang sama,” tambahnya.

Masyarakat diminta untuk waspada mulai dari kebersihan lingkungan hingga kekokohan bangunan. Tempat tinggal serta jaringan kelistrikan untuk meminimalisir dampak bencana. ”Ya mesti hati-hati menghadapi peralihan cuaca ini,” tegasnya. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin