Berita Bekasi Nomor Satu

Sekolah Pinggiran Hadapi Masalah Beragam

SD As Sabiquun
ILUSTRASI: Siswa SD As Sabiquun didampingi orangtuanya mengerjakan tugas sekolah saat PJJ secara daring dari rumah. Dewi Wardah Radar Bekasi
SD As Sabiquun
ILUSTRASI: Siswa SD As Sabiquun didampingi orangtuanya mengerjakan tugas sekolah saat PJJ secara daring dari rumah. Dewi Wardah Radar Bekasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sekolah di wilayah pinggiran Kota dan Kabupaten Bekasi menghadapi masalah yang beragam dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring dari rumah selama pandemi.

Pengawas SD Gugus 1 Kota Bekasi Supyanto mengaku, saat ini masih terdapat kesenjangan penggunaan gawai dalam proses PJJ. Terutama bagi mereka yang tinggal di pinggiran kota.

“Memang masih ada kesenjangan dalam penggunaan gawai, yang utama adalah daerah pinggiran,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (1/11).

Menurutnya, wilayah yang masih terjadi kesenjangan penggunaan gawai berada di Jatisari, Jatikramat dan juga Jatiluhur. Di wilayah itu masih ada siswa maupun orangtuanya yang tidak memiliki fasilitas gawai.

“Kalo diwilayah kerja saya ada sekitar 5 sampai dengan 10 persen, yang memang tidak memiliki fasilitas gawai dalam pelaksanaan PJJ,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan, peserta didik yang tidak memiliki gawai maka proses pembelajaran dilakukan secara luar jaringan. “Alhasil tugas dilakukan dengan cara luring atau guru memberikan tugas secara langsung untuk kemudian dikerjakan,” imbuhnya.

Supyanto menyambut baik janji Mendikbud untuk menyediakan gawai dan laptop guna mendukung PJJ. Menurutnya, agar bantuan tepat sasaran maka harus disurvey terlebih dahulu.

“Sebenarnya bantuan ini cukup membantu, tapi jangan sampai hanya klise atau tidak tepat sasaran. Makanya harus dilakukan survey terlebih dahulu,” tegasnya.

Sementara, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Kabupaten Bekasi Nopriandi mengatakan, bahwa 95 persen siswa SMK di wilayahnya sudah memiliki perangkat pendukung pembelajaran digital.

“Di Kabupaten Bekasi, khusunya bagi siswa SMK. Mereka semua sudah memiliki gawai sebagai penunjang pembelajaran,” katanya.

Nopriandi pun menyambut baik rencana Mendikbud tersebut. Dengan demikian bisa membantu 5 persen siswa SMK yang belum memiliki gawai untuk proses PJJ.

Menurutnya, permasalahan PJJ di Kabupaten Bekasi paling utama ialah terkait jaringan internet. Terutama siswa dari sekolah yang berada di wilayah pinggiran.

“Jadi kalau di sana butuh infrastruktur jaringan yang lebih utama,” pungkasnya. (dew) 

Solverwp- WordPress Theme and Plugin