
Obat herbal tradisional menjadi alternatif pengobatan sekaligus penyembuhan Covid-19. Jamu tradisional racikan para mbak jamu gendong keliling pun sempat laris manis dipesan masyarakat saat awal-awal pandemi Covid-19. Mereka pun kebanjiran pesanan jamu anti Covid-19.
Selain herbal tradisional racikan tangan-tangan nusantara, ada pula jamu asal negeri China yang diklaim menjadi alternatif pengobatan Covid-19. Ada yang murni dikomersilkan. Ada pula yang didonasikan. Tetapi, kini setahun lewat pandemi Covid-19 berlangsung. Apa kabar obat-obatan herbal tradisional tersebut nasibnya kini?
LAPORAN
Zaenal Aripin, Bekasi
Sari (30) penjaja jamu gendong di Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, termasuk satu di antara penjual jamu yang kebanjiran pesanan untuk meracik ramuan tradisional pencegah Covid-19.
Menurut cerita perempuan asal Karanganyar, Jawa Tengah ini, saat awal-awal pandemi Covid-19 itu, dirinya menerima banyak pesanan jamu racikan yang dikemas di botol mineral.
“Sehari itu saya bisa bawa pesanan jamu di botol sampai sepuluh botol. Paling banyak 15 botol,” cerita dia, Kamis (27/5/2021).
Dia mengaku sempat kaget dengan banyaknya pemesan jamu botolan itu. Sebab, dia tidak mengira Covid-19 berdampak pada meningkatnya kecendrungan orang meneguk jamu tradisional.
“Racikannya sederhana saja. Jahe, kunyit, asam, temulawak dan jeruk nipis. Paling banyak yang minta pakai jahe merah,” ujar perempuan yang biasa dipanggil Mama Kevin ini.
Satu botol jamu pesanan itu, dibanderol harga relatif terjangkau untuk kantong masyarakat di Kab Bekasi. Biasanya, satu botol dihargai Rp10.000. Jamu botol dalam kemasan botol air mineral ukuran sedang.
Berdasarkan sejumlah literatur kesehatan, jamu tradisional yang terdiri dari jahe, kunyit dan temulawak itu berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satunya di dalam kunyit yang mengandung Curcumin.
Curcumin dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan kandungan Curcumin itu akan mengaktifkan sel darah putih dalam tubuh sehingga sistem imun tubuh bertambah.
Demikian juga dengan jahe yang mengandung antimikrobakteri, antiimflamasi dan antibiotik. Antioksidannya yang tinggi dalam jahe membuat sistem imun tubuh turut bertambah setelah mengonsumsi jahe.
Kini, seiring mulai mereda dan meningkatnya kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan, pesanan jamu botol pun surut.
Para penjaja jamu gendong keliling tiap pagi dan sore di perkampungan dan perumahan itu, mengaku panen rejeki itu hanya seumur jagung.
“Sekarang sudah nggak ada lagi yang pesan,” tandasnya.
Seperti diketahui, penggunaan obat herbal untuk pencegahan dan penyembuhan gejala Covid-19 marak ditempuh masyarakat, baik herbal dari dalam negeri berupa jamu-jamu tradisional maupun ramuan herbal tradisional Lianhua dari China.
Belakangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sempat merilis pencabutan obat herbal tradisional Lianhua yang terlanjur beredar di masyarakat sebagai produk herbal yang diklaim mampu menyembuhkan gejala Covid-19.
Lianhua, obat herbal tradisional bermerek Lianhua Qingwen Capsules yang digunakan di Indonesia diyakini mampu meredakan panas dalam yang disertai tenggorokan kering dan membantu meredakan batuk.
Dalam situs resmi BPOM, www.pom.go.id mengimbau masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan promosi produk Lianhua Qingwen atau produk herbal lain yang diklaim dapat menyembuhkan Covid-19.
”Badan POM terus mengimbau masyarakat untuk menjadi konsumen yang cermat dengan memastikan terlebih dahulu apakah produk Lianhua Qingwen yang akan dibeli atau digunakan adalah produk yang terdaftar di Badan POM atau produk donasi,” jelas BPOM dalam situs resminya. (*)