Berita Bekasi Nomor Satu

Jauh dari Agama dan Ulama Bakal Membawa Bencana

Illustrasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pada saat ini seluruh negara sedang dilanda musibah/wabah penyakit yang belum kunjung selesai, sudah hampir 2 tahun ujian berupa wabah penyakit sangat gencar sekali menyerang manusia, bahkan tidak sedikit yang mengalami kematian. Keberkahan usia, rezeki, waktu, kesehatan sedikit demi sedikit Allah angkat dari permukaan bumi.

Ada sebuah hadits dari Rasulullah Saw yang dapat kita renungkan, sebagai ibroh/pelajaran untuk umat manusia, di dalam kitab Di dalam kitab Nashoihul Ibad, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani mengutip sebuah hadits Rasulullah Saw yang artinya :

Akan datang suatu masa atas ummatku, dimana mereka menjauhi para ‘Ulama’ dan Ahli Fiqih, maka Allah akan menimpakkan tiga macam bencana pada mereka. Yang pertama, Allah akan mengangkat keberkahan dari usaha-usaha mereka. kedua, Allah akan memberikan penguasa begi mereka penguasa-peguasa yang zholim. Ketiga, Allah akan mengeluarkan mereka dari dunia ini tanpa membawa iman.

Pertama adalah Allah akan mengangkat keberkahan dari apapun yang mereka usahakan. Seberapa besarpun keuntungan dan hasil dari usaha tersebut tidak akan mendapatkan berkah dari Allah, bahkan bisa jadi akan mendatangkan kemudlaratan dan kesengsaraan baik hidup di dunia lebih-lebih di akhirat kelak’. Bisa jadi, fenomena dewasa ini, krisis ekonomi yang berkepanjangan, krisis kesehatan, krisis usia dan waktu salah satu di antara imbas dari sikap menjauhi agama dan ulama. Allah Swt berfirman dalam Surah Al A’raf ayat 96

Artinya :Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Kemudian yang kedua, ketika Ummat telah menjauhi Agama dan para Ulama’, maka Allah akan memberikan penguasa kepada mereka penguasa-penguasa yang zholim. Hal ini bisa kita lihat di zaman sekarang ini, dimana banyak para pemimpin di negeri-negeri Muslim yang tidak amanah pada rakyat yang dipimpinnya, bukan mengayomi masyarakat, bukannya melayani masyarakat, tapi bahkan menganiaya dan menzolimi masyarakat. Dengan pemimpin-pemimpin yang tidak amanah seperti itu maka kesengsaraan demi kesengsaraanlah yang akan diterima oleh rakyat.

krisis politik dan krisis kepercayaan terhadap para pemimpin negeri ini selayaknya menjadi bahan renungan. Sebab kenyataannya, banyak konflik horizontal yang sering melanda bangsa ini, mulai dari seruan ulama untuk memilih pemimpin yang seiman, sekeyakinan dan seagama, namun masih banyak umat Islam yang menghiraukannya. Pemimpin harus memiliki track record yang baik sebelum ia diangkat sebagai pemimpin, ia memiliki misi dan visi yang mulia untuk menyelamatkan bangsanya dari keterpurukan dan keterbelakangan di segala sektor kehidupan.

Hal ini diisyaratkan ketika Allah swt. mengangkat nabi Ibrahim as. sebagai pemimpin bagi seluruh manusia, karena prestasinya yang luar biasa dalam menunaikan misi yang diembannya. Ibrahim dinilai berhasil dalam berdakwah menegakkan tauhid dan mengembalikan loyalitas dan kepatuhan manusia kepada aturan Allah semata. Sejak remaja, ketika ia berhasil menumbangkan berhala-berhala lalu ia dibakar hidup-hidup, hingga usianya yang senja, ketika diuji agar menyembelih putranya, Ismail, dan membangun Ka’bah sebagai lambang kemurnian tauhid, Ibrahim tetap konsisten dalam memegang idealismenya, yakni membawa misi dakwah kerahmatan untuk alam semesta. Namun ketika Ibrahim memohon agar Allah berkenan mengangkat anak keturunannya sebagai pemimpin seperti dirinya, Allah pun menjawab, bahwa tidak boleh orang-orang yang zalim duduk di atas kursi kekuasaan (QS. Al-Baqarah: 124).

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.

Kemudian yang terakhir, yang paling dahsyat bencana yang akan diberikan Allah adalah, mereka akan keluar dari dunia (mati) dalam keadaan tidak membawa iman. Ketika Agama dan ulama’ telah dijauhi oleh ummat, maka dihawatirkan kematian yang tanpa membawa iman, sehingga semua amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia menjadi sia-sia hanya karena menjauhkan diri dari Agama dan Ulama’. Inilah akibat yang fatal apabila umat Islam lari dan tidak mau mendengarkan nasehat agama melalui lisan para ulama. Padahal Allah sudah menegaskan “ Janganlah kalian mati, kecuali dalam keadaan Islam”.

Bentuk lain dari menjauhi agama dan ulama adalah keengganan memperdalam pengetahuan agama. Masyarakat muslim lebih seneng mempelajari agama secara Instan melalui media sosial (Youtube, Whatsshap, Twiter dll), Internet, Google dan lain sebagainya. Walaupun dengan kemajuan teknologi dan informasi yang sangat cepat mustahil untuk dihindari, akan tidak semata-mata mempelajari ilmu agama hanya melalui media sosial semata. Marwah keilmuan sudah mulai bergeser dari induknya, dimana ilmu agama harus ditempuh melalui Talaqqi, Lisan Para masyayikh dan membutuhkan proses yang tidak sebentar untuk memperdalam ilmu agama. Abdullah bin Mubarak salah seorang tabi’ut Tabiin mengatakan “Sanad adalah bagian dari agama. Kalau bukan karena isnad, pasti siapapun bisa berkata dengan apa yang dia kehendaki.

Salah satu solusi pemecahan krisis multidimensi bangsa ini adalah kembali kepada ajaran (Agama) tauhid dan syariat. Kembali kepada ulama pewaris Rasulullah Saw, para ulama pengamal ilmu, dan pengabdi umat. Kita lestarikan misi dan ajaran mereka melalui regenerasi dan kancah tafaqquh fid din yang mereka asuh. Kita berdo’a kepada Allah, semoga Allah melindungi kita dari perbuatan demikian dan selalu mengeratkan hubungan baik kita dengan Ulama’. Amin Ya Mujibas Sa-ilin.(*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin