Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Rekor Sehari 118 Pasien Meninggal

DIMAKAMKAN : Penggali kubur membawa peti jenazah korban Covid-19 di TPU Padurenan, Mustikajaya, Kota Bekasi, Rabu (7/7). Angka kematian korban Covid-19 di Kota Bekasi terus meningkat di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kasus kematian terkonfirmasi, suspek, maupun probable di Kota Bekasi terus meningkat, seiring melonjaknya penyebaran virus yang menyerang saluran pernafasan ini. Puncaknya, sehari mencapai 118 kasus. Sementara itu, lebih dari 2.300 jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Padurenan menggunakan protokol Covid-19.

Evaluasi pada akhir pekan kemarin, angka kasus aktif, angka kesembuhan, dan angka kematian bergerak naik turun. Selama tiga hari di akhir pekan, angka pasien yang dinyatakan sembuh pada awal bulan bertambah 1.076 atau 92,16 dari total jumlah kasus terkonfirmasi, bergerak naik satu hari setelahnya menjadi 92,17 persen, sebelum akhirnya turun menjadi 91,57 pada hari berikutnya.

Sementara kasus kematian pada awal bulan ini berada di angka 737 kasus atau 1,3 persen, di hari yang bertambah 13 kasus dinyatakan meninggal dunia. Persentase ini bertahan hingga awal pekan kemarin, namun dengan pergerakan angka sedikit membaik, bertambah 6 kasus di tanggal 2 Juli, semakin baik dengan hanya bertambah 5 kasus pada satu hari setelahnya. Namun, pada 6 Juli melonjak menjadi 118 kasus dalam sehari.

“Bahkan kemarin itu katanya hampir 118 sehari, itu kasus tertinggi. Sedangkan tanggal 28 itu ada 72 kasuskalau tidak salah,” kata Wali Kota Bekasi, rahmat Effendi, Rabu (7/7).

Angka kematian tertinggi tersebut, seiring dengan upaya penambahan lahan pemakaman yang tengah dilakukan Pemkot Bekasi. Jumlah tersebut terdiri atas kasus yang dipastikan telah terkonfirmasi positif, suspek, dan probable. Selama pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat kali ini, kerjasama yang baik antar daerah untuk membatasi pergerakan masyarakat tanpa keperluan mendesak dibutuhkan guna memperbaiki situasi.

Oksigen seperti menjadi kebutuhan makin mendesak untuk dijaga ketersediaannya, sejauh ini yang ia saksikan, sebagian besar pasien aktif mengalami gejala sesak nafas. Kesulitan menjaga ketersediaan oksigen ini juga diakui oleh Rahmat, termasuk dialami oleh RSUD Chasbullah Abdulmajid sehingga menambah kesulitan di tengah pasien terus berdatangan.

Bahkan, lanjut Rahmat, situasi yang sedang dihadapi oleh salah satu RS swasta di Kota Bekasi, ada 50 pasien yang harus dipenuhi kebutuhan oksigennya dalam jangka waktu empat jam. Jika tidak, dikhawatirkan terjadi situasi yang fatal bagi puluhan pasien tersebut.

Meskipun dalam situasi serba sulit, Rahmat meminta untuk RS tidak menolak pasien, pelayanan harus diberikan kepada pasien dalam situasi saat ini. Rencananya, pihaknya akan bekerjasama dengan produsen oksigen guna menjaga pasokan bagi seluruh RS di Kota Bekasi.

“Kalau perlu distribusi untuk di Kota Bekasi dan RS pemerintah itu dijaga ketersediaannya, Alhamdulillah mereka siap. Nanti hari Kamis atau hari Jumat kita MOU untuk mengikat itu,” ungkapnya.

Kebutuhan akan oksigen justru mengkhawatirkan bagi pasien aktif dengan gejala sesak nafas, terlebih bagi mereka yang tengah menjalani Isoman tanpa fasilitas oksigen. Beberapa kali Rahmat menyebut masih konsentrasi dengan RS darurat di Stadion Patriot Candrabhaga dan RS lain yang belum menangani pasien.

Lokasi ini dipilih dengan alasan agar penanganan terpusat dan tidak membutuhkan tambahan fasilitas terlalu banyak jika memanfaatkan Faskes. Dalam waktu dekat, tempat tidur di RS darurat Stadion Patriot Candrabhaga akan kembali ditambah 100 bed, sehingga dapat menampung 217 bed.

“Daripada saya taruh di sana, mending disini saja dulu satu lingkaran, tiap hari saya bisa keliling, bisa monitor,” tukasnya.

Pantauan Radar Bekasi kemarin di RSUD Chasbullah Abdulmajid masih ramai dikunjungi pasien. Di halaman RS nampak keluarga pasien memanfaatkan tikar untuk menunggu keluarga mereka. Beberapa diantara mereka menyiagakan tabung oksigen, diletakkan berdampingan dengan area keluarga menunggu pasien dari luar tenda darurat.

Salah satu keluarga pasien , Mariam tengah berduka hati itu. Satu anggota keluarganya pergi lebih dulu menghadap Tuhan setelah satu malam dalam perawatan RS. Sore harinya, ia menunggu ambulance mengangkut jenazah di area RSUD.

“Kemarin adik saya dibawa kesini sore, sempat menunggu beberapa jam sebelum dapat tempat tidur di tenda. Kami juga tadi malam keliling cari oksigen, tadi pagi adik saya sudah tidak ada,” ungkapnya sembari menahan kesedihan mendalam.

Kapasitas RS nampaknya semakin menipis, beberapa waktu yang lalu Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo mengunjungi asrama haji Pondok Gede untuk digunakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19. Awal tahun kemarin, asrama haji Bekasi sempat akan digunakan oleh Pemprov Jabar selama satu bulan, namun belum sempat digunakan lantaran temuan kasus baru menurun.

Kepala UPT Asrama Haji Embarkasi Jakarta Bekasi, Dede Saiful Uyun mengaku belum menerima informasi lebih lanjut rencana penggunaan asrama haji.”Belum ada sinyal dari Pemprov ataupun Pemkot, prinsipnya asrama haji sudah siap,” katanya. (sur)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin