Berita Bekasi Nomor Satu

Ratusan Hektar Sawah di 23 Desa Kekeringan

HAMPARAN SAWAH: Foto udara puluhan hektar sawah yang mulai kekeringan akibat buruknya saluran air irigasi di Kampung Kedungringin, Desa Sukaringin Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi, Minggu (5/9). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, SUKAWANGI – Ratusan hektar sawah di 23 desa mengalami gagal panen akibat kekeringan karena tidak ada aliran air. Selain itu, juga disebabkan adanya tumpukan sampah yang menggenang di Kali Cikarang Kabupaten Bekasi.

Namun saat ini, kondisi sampahnya sudah diangkut menggunakan eskavator atau alat berat.

“Awalnya memang kondisi aliran untuk mengairi persawahan para petani terganggu karena adanya tumpukan sampah. Tapi saat ini sudah diangkut,” ujar Kepala UPTD pengelolaan persampahan wilayah dua, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kabupaten Bekasi, Sumardi.

Kata dia, selain adanya tumpukan sampah dari para penghuni bangunan liar (bangli) yang membuang sampah ke Kali Cikarang. Tingginya lumpur, juga membuat penyebab aliran air ke sawah tidak lancar.

“Alhamdulillah, sudah lancar. Jadi kami himbau kepada sejumlah warga untuk menerapkan peduli lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Khususnya ke kali, yang dapat merusak lingkungan dan juga mengganggu aliran air ke petani,” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Sukaringin, Markim Sariputra menjelaskan, terdapat 300 hektar persawahan yang gagal panen akibat terhambatnya aliran air dari Kali Cikarang.

“Petani yang mengalami gagal panen ada di atas 300 hektar sawah garapan,” beber Sumardi.

Hingga kini, seluruh petani di wilayah itu untuk air persawahan memanfaatkan saluran irigasi yang bersumber dari Kali Cikarang.

Sejak mengering pada Mei 2021 lalu, akibat endapan lumpur dan sumbatan sampah, praktis para petani kehilangan sumber air irigasi.

“Kalau aliran kali lancar, tidak akan kesulitan untuk air bersih. Karena itu kan sumber air warga pertanian juga terdampak, bisa dilihat banyak tanaman yang kering dan kekurangan air,” ungkapnya.

Atas permasalahan tersebut, Markim mengaku, telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi untuk pembuatan sumur baru. Meski begitu, sumur resapan baru harus dibuat dengan kedalaman lebih dari 20 meter.

“Kami juga sudah mengusulkan ke Dinas Pertanian agar menyediakan sumur baru di daerah yang kering. Kedalaman sumurnya harus di bawah 20 meter,” terang Markim.

Ia meminta, agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi segera mengatasi permasalah kekeringan. Sebab dirinya menerima banyak keluhan warga yang menderita penyakit kulit akibat krisis air bersih.

Yang jelas, kualitas air yang bersumber dari sumur tanah di permukiman warga semakin memburuk karena keruh dan berbau tak sedap. Apalagi, saat ini tak banyak lagi air yang keluar dari sumur tersebut.

“Kebutuhan air untuk rumah tangga jadi agak sulit, baik buat mandi dan nyuci. Bahkan kulit jadi gatal-gatal. Ke depan, kami berharap ada normalisasi Kali Cikarang dari hulu ke hilir. Lalu perbaikan mercusuar yang ada di Cikarang agar ditinggikan, sehingga debit air ke warga jadi besar,” saran Markim. (and)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin