Berita Bekasi Nomor Satu

Di Bandara Soetta Ketat Periksa PCR, di Sam Ratulangi Wajib Antigen Lagi

ANTRE CEK PCR: Calon penumpang maskapai di Bandara Soetta, Cengkareng saat antre diperiksa dokumen PCR sebagai salah satu syarat penerbangan. Foto Zaenal/Radar Bekasi.
ANTRE CEK PCR: Calon penumpang maskapai di Bandara Soetta, Cengkareng saat antre diperiksa dokumen PCR sebagai salah satu syarat penerbangan. Foto Zaenal/Radar Bekasi.

Layanan penerbangan domestik masa pandemi Covid-19 ini terbilang ketat. Selain harus sudah tervaksinasi dan terkoneksi dengan aplikasi PeduliLindungi, penumpang maskapai wajib sudah menjalani pemeriksaan swab PCR dan swab Antigen.

LAPORAN

ZAENAL ARIPIN,

JAKARTA-MANADO

Senin 20 September 2021 lalu, kami menjajal penerbangan domestik Batik Air dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta) Cengkareng, Banten menuju Bandara Sam Ratulagi, Manado, Sulut.

Jadwal penerbangan dari bandara berkode CGK ke bandara berkode MDS itu tercatat pukul 10.45. Tapi kami sudah tiba di CGK pukul 08.00 WIB.

Kami rombongan bersama tim penguji Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan sekretariat Lembaga Pers DR. Soetomo (LPDS) dan Dewan Pers.

Dari LPDS sebelas orang. L. Susmijarti, Lestantya R. Baskoro, AA. Ariwibowo, Lahyanto Nadie, Sri Mustika, Maria D. Andriana, Jufri Alkatiri, Elik Susanto, Kennorton Hutasoit, Zaenal Aripin dan M. Nurohmat.

Dewan Pers tiga orang. Ahmad Djauhar, Deritawati Sitorus dan Wawan Agus Prasetyo.

Kedatangan kami 2,5 jam lebih cepat dari jadwal penerbangan bukan tanpa alasan. Mengantisipasi kendala teknis dan administrasi sebelum terbang. Meski kami optimistis administrasi dan syarat penerbangan sudah lengkap, spare waktu yang panjang tetap dibutuhkan agar tidak tergesa-gesa dan enjoy menikmati suasana perjalanan menuju kota berjuluk Nyiur Melambai itu.

Kedatangan kami pagi di CGK langsung disambut antrean panjang di Gate 5 Terminal 2. Petugas memeriksa ketat dan memverifikasi satu persatu calon penumpang, terkait bukti sudah vaksinasi serta berkas PCR terkoneksi ke aplikasi PeduliLindungi.

LAYAK TERBANG: Validasi PCR dari aplikasi PeduliLindungi untuk syarat penerbangan.

Penumpang diminta scan barcode PeduliLindungi. Muncul tanda centang hijau tertulis Layak Terbang. Surat keterangan PCR secara fisik ditandatangani petugas bila tak terkoneksi ke aplikasi. Kami lolos semua di gate ini.

Kami semua mengenakan masker dua lapis dan menerapkan protokol kesehatan ketat. Selain memakai masker, menjaga jarak, cairan desinfektan juga kerap kami semprotkan di kedua telapak tangan sebagai pengganti cuci tangan.

Antrean berikutnya yang tak kalah panjang di pintu check in. L Susmijarti akrab disapa Bu Lusi, sekretariat LPDS sigap mengkoordinir tiket boarding pass dan meregister barang-barang yang akan masuk bagasi. Urusan di konter 66 ini pun berakhir sekitar pukul 09.30.

Setelah itu, kami menuju satu resto Fleudely’s Express untuk sarapan bersama. Sambil menunggu menu disajikan, obrolan diselingi dengan pembicaraan santai dan canda tawa. Lahyanto Nadie atau yang biasa disapa Bang Lay, kerap memecah suasana dengan pantun-pantun dan humornya yang segar. Orang betawi satu ini memang pandai berpantun.

Hampir satu jam kami menghabiskan waktu bercengkrama di resto tersebut.

Setengah jam mendekati jadwal terbang, rombongan bergerak ke ruang boarding di gate 7. Ternyata ruang tunggu penerbangan ke Manado bergeser ke gate 5.

Hanya menunggu sekitar 15 menit, petugas mempersilakan penumpang memasuki kabin pesawat. Tepat pukul 10.45 WIB flight berkode ID 6272 pun lepas landas menuju MDS.

Pramugari menginformasikan penerbangan CGK-MDS ditempuh tiga jam sepuluh menit. Selisih waktu di Manado satu jam lebih cepat dari Jakarta.

Mengingat masih pandemi, saya membayangkan, penerbangan selama tiga jam itu penumpang tidak diperbolehkan makan minum dalam pesawat. Ternyata pikiran saya salah. Bukan hanya diperbolehkan makan minum, awak kabin bahkan memberi penumpang dua pilihan menu berat (nasi goreng dan nasi lemak) serta air mineral setelah dua jam pesawat mengudara.

Penerbangan tiga jam itu berlangsung lancar. Cuaca sangat cerah. Pendaratan pesawat di Sam Ratulangi juga mulus. Tepat pukul 15.10 WIT.

Keluar dari pesawat, petugas bandara Sam Ratulangi meminta kami mengisi e-HAC (electronic Health Alert Card) di aplikasi PeduliLidungi. Tak cukup hanya e-HAC. Semua penumpang yang akan keluar bandara wajib menjalani tes Antigen.

Alhamdulillah, setelah dicolok-colok hidung, hasil Antigen rombongan kami dinyatakan negatif Covid-19 dan diperbolehkan keluar bandara.

Tapi, cacing di perut kami sudah berteriak-teriak. Sopir travel pun faham. Kami dibawa ke Dabu-Dabu Lemong sebelum ke penginapan. Kami makang-makang. Ikang bakar Cakalang, sayur Woku, tumis Bunga Pepaya dan Kangkung, pun tandas kami santap. (*)