Oleh: H. M. Saifuddaulah, SH, MH, M.Pd.I (Ketua DPRD Kota Bekasi)
DUA puluh empat hari sudah kita menjalani puasa Ramadan. Bulan di mana umat Islam dilatih sabar dan meningkatkan kualitas diri sebagai pribadi yang bertakwa. Sekaligus ladang beramal saleh dalam ibadah dan sosial dari perjalanan ibadah Ramadan.
Puncaknya, di hari ke-29/30 nanti, mereka yang benar-benar berpuasa secara lahir batin, mendapat ganjaran sebagai pribadi yang berkualitas. Pribadi yang penyayang kepada sesama. Pribadi yang bertakwa, takut kepada pencipta.
Sebagai Ketua DPRD Kota Bekasi, saya mengucapkan selamat kepada mereka yang bergelar muttaqien. Orang-orang yang bertakwa. Ganjaran yang sangat istimewa di sisi Allah SWT, bagi mereka yang “lulus” di bulan Ramadan. Semoga segala kebaikan dan latihan yang ditanam di bulan suci ini, terus termanifestasi di 11 bulan berikutnya. Bahkan, hingga akhir hayat.
Mereka itulah, orang-orang yang disebut sebagai orang yang kembali kepada fitrahnya. Idulfitri. Seperti bayi yang terlahir kembali. Tanpa dosa. Penuh semangat menjalani kehidupan sesuai perannya/fitrahnya di bumi sebagai “wakil” Tuhan. Welas asih sekaligus asuh kepada semua makhluknya. Tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, bahkan kepercayaan masing-masing.
Peran sebagai “wakil” Tuhan yang pengasih dan penyayang itu harus terus digaungkan. Agar terjadi sinergi dan kebaikan dengan multiplier effect-nya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di Kota Bekasi, energi itu harus terus menerus dibangun oleh berbagai entitas. Dengan beragam cara. Melalui dialog, silaturahmi, keterbukaan, egaliterian, pluralis dan sikap saling percaya dan memahami. Inilah kunci terdorongnya kemajuan dan kebudayaan sebuah kota.
Mengingat Kota Bekasi sebagai kota urban. Miniatur Indonesia. Beragam suku dari berbagai pulau hadir di sini. Maka, sikap-sikap demikian di atas adalah sebagai suatu keniscayaan dalam mendorong peradaban dan kepribadian yang sesuai dengan cita-cita luhur para founding fathers bangsa Indonesia.
Idulfitri menjadi momentum perekat. Kesempatan bersama untuk memperbaiki kondisi, tatanan yang rusak karena perilaku destruktif, koruptif dan manipulatif.
Tidak ada gading yang tak retak. Mari bersama-sama menjaga apa yang sudah berhasil dicapai sekaligus mengoreksi agar “gading retak” itu tidak terulang kembali.
Mari silaturahmi, lupakan segala perbedaan, saling mengingatkan yang sedang memimpin agar tidak sampai tergelincir, fokus perbaikan. Salam hormat, salam silaturahmi, salam Idulfitri 1434 H. (*)