Berita Bekasi Nomor Satu

PMI Kota Bekasi Kesulitan Stok Darah AB

Illustrasi Donor Darah

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sebagian rambutnya sudah memutih, kulitnya pun terlihat mengeriput. Namun, Satriyo masih terlihat gagah di usianya yang ke 60 tahun. Warga Pengasinan Rawalumbu Kota Bekasi ini layak disebut pahlawan kemanusiaan, karena sejak usia remaja sudah rutin mendonorkan darah dan membantu pasien rumah sakit yang membutuhkan darah.

Tepat 31 Mei 2022 lalu adalah kali ke 104 ia mendonorkan darahnya. Beberapa kali ia menyumbangkan darahnya kepada pasien di rumah sakit. Bagi Satriyo, saling membantu adalah prinsip utama untuk mendonor.

Tahun 2020, tepat ia mendonorkan darahnya ke 100 kali, dia menerima penerima gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan Donor Darah Sukarela (DDS) 100 kali oleh Palang merah Indonesia (PMI). Kepada Radar Bekasi, dia menceritakan awal mula menjadi sukarelawan donor darah.

“Supaya dapat SIM, saya ke Komdak Metrojaya. Waktu itu (untuk buat SIM) istilahnya harus donor darah, pertama kali saya itu, saya ikuti aturannya,” kata Satriyo mengingat momentum pertama kali ia mendonorkan darahnya tahun 1982 silam, Selasa (20/9).

Saat itu kenang Satriyo, ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk mendapatkan SIM, ia perlu mengurus layanan di Polda Metrojaya, sampai saat ini masih akrab disebut Komando Daerah Kepolisian (Komdak).

Sejak saat itu ia mulai rutin mendonorkan darah. Ketika lulus dan mulai bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta, ia melanjutkan rutinitas mendonorkan darah di Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Provinsi DKI Jakarta.

Setiap pendonor memiliki waktu 75 hari atau tiga bulan untuk bisa kembali mendonorkan darahnya.

“Memang pertama kaya ketagihan, saya ketagihan sampai ke enam, rutin jadinya. Jadi kalau sudah tiga bulan, kaya apa yang kurang gitu ya,” tambah Satriyo seraya berkelakar.

Tidak selalu tepat setiap tiga bulan ia mendonorkan darahnya. Ada beberapa hal yang membuat waktu donor mundur, seperti kondisi kesehatan badan, atau jika hasil pemeriksaan sebelum mendonor mengharuskan Satriyo mengurungkan niatnya dengan berbagai pertimbangan dokter di PMI.

Meskipun di awal donor ini untuk menjangkau layanan SIM, perjalanan waktu telah menumbuhkan kesadaran, ia datang dan mendonorkan darah secara rutin ke PMI. Bagi Satriyo, setiap manusia membutuhkan darah, prinsipnya saling tolong menolong.

Pengalaman lain yang meneguhkan prinsip adalah kenyataan bahwa ia telah memberikan pertolongan kepada pasien di rumah sakit. Semasa muda, ia juga kerap dipanggil untuk mendonorkan darahnya yang diketahui kelompok golongan darah O sewaktu sanak kerabat membutuhkan.

“Jadi malam itu memang saya sedang nyumbang (donor), ada yang membutuhkan darah dalam keadaan persalinan. Pas saya donor orang itu mengucapkan terimakasih sama saya, itu di Kramat 59 habis isya,” ungkapnya.

Usia Satriyo memang tak lagi muda, tapi kondisi kesehatannya dalam kondisi baik, masih mampu berdiri tegap, bahkan masih bekerja sebagai pengemudi Ojek Online (Ojol). Saat pandemi Covid-19 dua tahun silam pun, ia masih datang ke PMI untuk mendonorkan darahnya.

Pria dua anak itu mengaku akan terus mendonorkan darahnya sebelum petugas atau dokter di kantor PMI menyarankan untuk berhenti mendonor dengan alasan usia. Beberapa piagam penghargaan sudah ia terima, mulai dari DDS ke 25, 50, sampai 75.

Saat ini, ia tengah menunggu undangan untuk mendapatkan piagam penghargaan DDS ke 100. Semua dokumen persyaratan sudah lengkap dan diserahkan ke kantor PMI Kota Bekasi, mulai dari daftar riwayat hidup, fotocopi KTP, kartu donor, SKCK, kartu keluarga, hingga piagam terakhir DDS ke 75.

Pendonor sukarela seperti Satriyo sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa sesama, seperti slogan donor darah PMI. Berbagai kendala kerap dialami oleh PMI, mulai dari minimnya jumlah pendonor hingga minimnya persediaan darah.

Kelangkaan darah dan pendonor ini setiap tahun kerap dialami pada bulan suci Ramadan, dua tahun pada masa pandemi Covid-19 juga PMI sempat mengalami kesulitan yang sama.

Persediaan darah dalam situs resmi PMI Kota Bekasi tertanggal 20 September kemarin total ada 1.308 kantong. Terdiri dari golongan darah A sebanyak 223, golongan darah B 303, golongan darah O 378, dan golongan darah AB 134.

Golongan darah yang sulit dan langka adalah golongan darah AB, jumlah persediaan golongan darah ini cenderung lebih kecil dibandingkan golongan darah yang lain. Hal ini disebabkan oleh pemilik golongan darah AB juga jumlahnya lebih sedikit dibanding golongan darah lain.

“Dari 10 orang, kemungkinan kemungkinan 1 atau 2 yang golongan darah AB,” kata Kepala Markas PMI Kota Bekasi, Imam Tri Subekti.

Meski ada golongan darah yang langka, tapi kata Imam, semua golongan darah dibutuhkan dan sangat berguna bagi masyarakat lain, termasuk kesehatan pendonornya sendiri.

Agar persediaan darah terus terpenuhi, selain di kantor PMI, UTD PMI Kota Bekasi juga memiliki gerai di pusat perbelanjaan. Termasuk dengan cara mendatangi langsung pusat kegiatan donor menggunakan mobil unit PMI Kota Bekasi.

“Untuk donor darah tidak sakit karena masuk ke pembuluh darah langsung, karena darah sangat bermanfaat buat kebutuhan pasien di rumah sakit,” tambahnya.

Tepat pada tanggal 17 September kemarin, PMI Kota Bekasi telah menggelar Upacara HUT ke-77 PMI. Dalam upacara dan peringatan di tingkat kota ini, piagam penghargaan diserahkan kepada pendonor sukarela ke 50 dan 75 kali.

Sentra penghargaan DDS ke 100 kata Imam, sesuai dengan ketentuan diberikan langsung di Istana Negara oleh Presiden Republik Indonesia.”Pemberian penghargaan 100 kali oleh Presiden RI di Istana Negara sesuai proses dan aturan yang ditetapkan,” tukasnya. (Sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin