Berita Bekasi Nomor Satu

Integrasi Angkutan Penumpang Menuju Stasiun LRT

ILUSTRASI: Sejumlah angkot menunggu penumpang di Kawasan Stasiun Kranji, Bekasi Barat, belum lama ini. Enam ratus lebih angkot disiapkan untuk integrasi transportasi di Kota Bekasi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi terus mengkaji persiapan transportasi pendukung LRT yang ditargetkan beroperasi pertengahan tahun 2023. Jika kendala kawasan Transit Oriented Development (TOD) adalah aksesibilitas, konektivitas angkutan juga memiliki persoalan yang harus dijawab, mulai dari jumlah hingga kondisi angkutan yang akan diintegrasikan.

Setelah beberapa waktu lalu diskusi dimulai dengan membahas kawasan TOD, kemarin diskusi kembali digelar dengan pembahasan konektivitas angkutan feeder atau pengumpan untuk menunjang layanan LRT.

Konektivitas harus disiapkan untuk mengangkut penumpang dari dan ke lima stasiun LRT yang ada di Kota Bekasi. Diantaranya Stasiun LRT Jatibening Baru, Cikunir Satu, Cikunir Dua, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur atau Jatimulya.

Pemkot Bekasi telah memiliki modal transportasi bus Transpatriot, jumlah armada yang beroperasi saat ini hanya sembilan unit, melayani satu rute perjalanan. Moda transportasi lain yang ada di Kota Bekasi adalah Angkutan Kota (Angkot), kondisi kendaraan menjadi perhatian agar memberi kenyamanan kepada penumpang.

Rencananya, Angkot menjadi moda transportasi umum yang akan diintegrasikan, memiliki konektivitas guna menunjang LRT. Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bekasi telah mempersiapkan ratusan Angkot untuk melayani penumpang dari dan ke semua stasiun LRT yang ada di Kota Bekasi.

“Kita sudah mempersiapkan 635 armada dari 13 trayek,” katanya Ketua DPC Organda Kota Bekasi, Indra Hermawan, Selasa (22/11).

Lebih lanjut, Indra mengatakan bahwa pihaknya meminta pemerintah maupun PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menyiapkan sarana dan prasarana penunjang, yakni area antar dan jemput penumpang. Pihaknya telah menyampaikan hal itu, namun belum ada realisasi sampai saat ini.

Jika harus menurunkan penumpang di jalan utama, kondisi ini diperkirakan tidak maksimal untuk mendorong masyarakat menggunakan kendaraan umum, dalam hal ini Angkot. Pasalnya, jarak antara jalan arteri dengan stasiun cukup jauh. Ia mencontohkan stasiun LRT Bekasi Timur dimana penumpang harus berjalan kaki cukup jauh.

“Terus yang di Cikunir dua jauh, terus yang di Cikunir satu malah nggak ada lahan sama sekali, (menurunkan penumpang tepat) di pinggir jalan,” ungkapnya.

Pada prinsipnya Indra menyebut anggota Organda sudah siap mengumpan penumpang ke setiap stasiun LRT. Termasuk kesiapan armada, ratusan armada Angkot sudah siap, hanya saja kondisinya seperti yang ada saat ini.

“Semua armada kita siap, maksudnya bisa jalan sesuai dengan standar operasional yang sedang kita jalani sekarang,” tambahnya.

Jika standar kondisi kendaraan yang dipersyaratkan harus ditingkatkan, pengusaha Angkot terkendala biaya peremajaan. Situasi pandemi dan gempuran kendaraan online menjadi penyebabnya.

Peremajaan Angkot memungkinkan untuk dilakukan jika mendapat subsidi atau bantuan dari pemerintah.

Sosialisasi konektivitas angkutan kemarin menghadirkan beberapa narasumber, konsultan, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), PT KAI, Organda, hingga Pengamat Transportasi. Forum tersebut membahas rancangan awal integrasi transportasi saat LRT beroperasi.

Diperkirakan ada 39 ribu warga Bekasi yang aman menggunakan LRT, sehingga dibutuhkan angkutan pengumpan untuk membawa masyarakat dari dan ke stasiun LRT. Selain itu, tujuan utamanya adalah mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi publik.

“Arah kita kesana, memberikan alternatif penggunaan kendaraan pribadi,” ungkap Kabid Angkutan dan Sarana Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bekasi, Erwin.

Erwin menyampaikan bahwa proyek strategis nasional ini harus didukung oleh Pemerintah Daerah (Pemda), diantaranya menyiapkan konektivitas moda transportasi. Dia jenis angkutan yang digunakan dalam konektivitas angkutan feeder ini adalah Transpatriot dan Angkot.

Sementara ini, sembilan unit bus Transpatriot yang saat ini beroperasi akan digunakan untuk mengantar penumpang ke stasiun LRT. Jumlah bus Transpatriot akan ditambah menyesuaikan kemampuan anggaran untuk mensubsidi tarif.

Sementara untuk Angkot, pihaknya menggandeng Organda. Pihaknya berharap armada Angkot yang disiapkan dalam kondisi baik, laik secara teknis hingga fisik.

Pihaknya telah memiliki daftar trayek yang beroperasi di sekitar stasiun LRT, jumlahnya relatif banyak.

“Banyak (jumlahnya), saya punya datanya. Nanti kita inventarisir yang ada di lima stasiun yang ada di Kota Bekasi, nah itu kita masukkan,” tambahnya. (sur)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin