Berita Bekasi Nomor Satu

Pihak Pesantren Siapkan Strategi Cegah Perundungan Santri

ILUSTRASI: Dua siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjalan di lingkungan Pondok Pesantren Annur Kota Bekasi, Senin (28/11). Sejumlah pihak pesantren di Kota Bekasi telah menyiapkan strategi untuk mencegah adanya perundungan terhadap santri. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah pihak pesantren di Kota Bekasi telah menyiapkan strategi untuk mencegah adanya bullying atau perundungan terhadap santri.

Pimpinan Pondok Pesantren Al- Hidayah Nurul Umma Ismail Anwar mengungkapkan, antisipasi perundungan di pesantren perlu dilakukan. Ia tak memungkiri, perundungan bisa masih terjadi di pesantren.

“Antisipasi memang harus dilakukan mengingat aksi tersebut kemungkinan saja bisa terjadi di lingkungan ponpes, karena usia-usia santri itu masih usia yang labil atau masih mencari jatidiri,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Senin (28/11).

Sejumlah antisipasi perundungan telah dilakukan di pesantren yang berlokasi di wilayah Jatiasih Kota Bekasi tersebut. Antara lain, melalui ketua kamar dan guru pembimbing.

“Saat ini antisipasi yang kami lakukan adalah melakukan pengawasan dari jenjang ketua kamar dan guru memberikan bimbingan khusus kepada siswa melalui pembelajaran kitab dasar yaitu Kitab Akhlak Lil Banin,” jelasnya.

BACA JUGA: Perundungan Anak Masih Menjamur di Lingkungan Sekolah

Menurutnya, beberapa faktor yang bisa mengakibatkan tindakan perundungan antara lain yakni latar belakang keluarga, usia pubertas, dan lemahnya pengawasan di lingkungan pesantren.

“Sedikit banyaknya kami tahu faktor apa saja yang bisa menimbulkan aksi tindakan bullying, maka dari itu kami coba antisipasi dengan cara yang kami yakini bisa menekan terjadinya aksi bullying,” ucapnya.

Sementara Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Jannah Ruston Nawawi menegaskan, tidak ada perundungan yang di lingkungan pesantren. Hanya candaan yang melampaui batas.

“Di ponpes kami tidak mengenal kata bullying, yang ada di pondok pesantren,  khususnya di kami adalah guyon, bercanda. Cuma terkadang ketika terjadi guyon atau bercanda ini keterlaluan, kadang anak yang menjadi sasaran canda atau guyon merasa bahwa dirinya di bully,” katanya.

BACA JUGA: Sosialisasi Pencegahan Perundungan Harus Digencarkan

Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya memiliki ruang khusus bagi para santri yang merasa dirinya mengalami perundungan untuk kemudian dilakukan mediasi oleh pihak pesantren.

“Kami memiliki ruang khusus untuk mengantisipasi adanya tindakan bullying, kami tekankan kepada para santri untuk berani melapor,” ucapnya.

Selain antisipasi dilakukan dengan pembinaan kepada para santri setiap harinya. Pembinaan yang diberikan bukan hanya dalam bentuk ibadah, tetapi juga membangun akhlak di dalam diri santri.

“Bimbingan yang kami berikan, kami yakin akan membuat santri kami terhindar dari kata bullying. Kami berusaha untuk bisa memahami santri kami agar mereka juga paham bahwa pondok pesantren ini merupakan tempat bagi mereka untuk menjalin silaturahmi, belajar, dan membangun akhlakul karimah yang baik,” tukasnya. (dew)