RADARBEKASI.ID, BEKASI – Lato-lato kembali digandrungi oleh masyarakat. Sebagian besar anak-anak di Kabupaten Bekasi, bahkan hampir setiap hari memainkan permainan jadul ini.
Suara konstan beruntun ‘tek tek tek’ terdengar dari kejauhan saat Radar Bekasi berada di Kampung Paljaya Desa Segarajaya Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi, Selasa (3/1) siang. Suara itu bersumber dari lato-lato yang dimainkan oleh tiga orang anak usia SD. Iyan (11), merupakan salah satu orang anak yang memainkan permainan tradisional tersebut.
Permainan ini terdiri dari dua bola kecil dan padat berbahan plastik polimer yang disambungkan oleh seutas tali atau benang nilon. Lalu, di bagian tengah tali terdapat sebuah cincin yang berfungsi sebagai pegangan untuk menggerakkan kedua bandulan tersebut.
Sambil menikmati wisata Danau Cinta, Iyan bersama temannya begitu menikmati permainan yang banyak digandrungi oleh anak-anak sampai orang dewasa belakangan ini.
Iyan cukup lihai memainkan lato-lato dengan cara membenturkan kedua bandulan hingga menimbulkan suara konstan beruntun ‘tek tek tek’. Namun, tangannya kerap kali terkena hantaman dari kedua bola. Meski begitu, tak membuat Iyan kapok.
“Tangannya sampai bengkak pas awal-awal main,” ucap Iyan yang mengenakan kaos bola berwarna biru putih setelah celana pendek.
BACA JUGA: Jembatan Cinta Sepi Pengunjung, Jasa Perahu Wisata dan Pedagang Nol Pendapatan
Saat ini, Iyan sedang menjalani liburan sekolah. Selama masa libur, Iyan banyak meluangkan waktunya untuk bermain lato-lato bersama teman seusia di sekitar rumahnya.
“Sekarang lagi libur sekolah, setiap hari main lato-lato. Saya kaga belajar, ngeliatin orang aja awalnya,” ucap siswa kelas VI ini.
Tidak hanya di Kecamatan Tarumajaya, lato-lato juga sangat populer bagi anak-anak di Kecamatan Sukawangi Kabupaten Bekasi. Hampir setiap hari, terdengar suara khas dari permainan yang sempat populer di Indonesia pada era 1990 an tersebut.
“Kalau main pasti bawa lato-lato, karena semuanya juga bawa. Jadi sambil jalan main lato-lato,” ucap Ridho (11).
Kembali digandrunginya permainan lato-lato ini memberikan keuntungan bagi penjualnya. Dalam sehari, penjual lato-lato mampu meraup keuntungan Rp150 ribu dari penjualan 30 lato-lato.
“Keuntungan dari penjualan lato-lato susah diprediksi. Tapi kalau sehari bisa menjual 30 lato-lato, bisa mendapat keuntungan Rp150 ribu,” ucap penjual lato-lato keliling, Siswanto (39).
Pria asal Demak ini menuturkan, ramainya penjualan lato-lato sudah terjadi sejak satu pekan belakangan, khusus di Tarumajaya. Para pembeli bukan hanya anak-anak, melainkan orang dewasa.
“Kalau sekarang ramai karena harganya murah Rp10 ribu, penjualan jadi cepat. Kalau dulu mahal Rp20 ribu, paling sehari laku lima sampai sepuluh per harinya. Sekarang bisa habis 30 dalam sehari,” ungkapnya.
Terpisah, Dosen Psikologi Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi Siti Nurhidayah mengaku, sudah mengetahui permainan lato-lato yang sedang ramai belakangan ini.
“Kalau nggak salah, lato-lato itu dikatakan berhasil memainkannya bila terdengar suara ‘tek, tek, tek’ karena benturan kedua bola,” katanya.
Menurutnya, permainan ini awalnya coba-coba namun menumbuhkan rasa kompetitif untuk berkreasi memainkannya. Sehingga membutuhkan proses berpikir, usaha, dan rasa kompetitif.
Namun apabila tidak hati-hati bisa terkena bolanya ke diri sendiri maupun orang lain. Menurutnya, permainan ini bisa menjadi alternatif agar anak tidak terpaku dengan gadget.
“Menurut saya saat ini lato-lato bisa menjadi salah satu pilihan permainan agar tidak terpaku dengan gadget. Tidak hanya ‘tek tek tek; saja sih, banyak permainan tradisional bila dikemas, dikreasikan akan menarik. Sepertinya perlu produsen-produsen muda kekinian untuk memviralkan,” ungkapnya. (pra)