Berita Bekasi Nomor Satu

Evaluasi Penanganan Titik Banjir Kota Bekasi, Dewan Soroti Kinerja DBMSDA

MOGOK : Pengendara mendorong motornya yang mogok saat menerobos banjir di Jalan Ir Juanda, Bekasi Timur Kota Bekasi, Minggu (19/2). Hujan deras yang mengguyur wilayah Bekasi mengakibatkan banjir di tujuh titik mulai dari 30 cm sampai 70 cm. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hujan deras Minggu (19/2) sore lalu menyebabkan beberapa wilayah Kota Bekasi terendam banjir. Kemampuan saluran air tidak lagi mampu menampung debit air hujan, bahkan air juga menggenangi ruas jalan hingga tak bisa dilalui.

Terkait persoalan itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan memanggil Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) setelah mendapat laporan banjir dari masyarakat. Setidaknya ada tujuh titik banjir di Kota Bekasi Minggu sore.

Diantaranya Perumnas 3, Jalan Ir Juanda, Jalan Perum Narogong Jembatan 1, Perum Bumi Bekasi Baru Utara, Perum IKIP, Perum Nasio, dan Jalan Baru Underpass Bekasi Timur. Banjir bahkan menyebabkan Jalan Baru Underpass Bekasi Timur tidak bisa dilalui kendaraan, ditutup sejak sore hingga menjelang tengah malam. Senin (20/2) pagi, debit air di sejumlah saluran besar masih tinggi.

Ketua Komisi II DPRD Kota Bekasi, Arif Rahman Hakim mengatakan bahwa pihaknya akan melihat langsung titik-titik rawan banjir, serta memastikan ketersediaan pompa air di setiap titik. Pihaknya ingin mengetahui langsung dimana lokasi pompa air yang dibeli pada tahun 2022 dioperasikan.

“Lalu pompa itu ada, difungsikannya dimana-mana saja, ini yang akan kita minta laporan dari DBMSDA, (bidang) SDAnya pada khususnya,” ungkapnya.

Persoalan masyarakat, termasuk banjir kata Arif, melekat pada anggota DPRD, dimana mereka memiliki konstituen di tiap wilayah. Informasi detail terkait dengan penanganan banjir yang dimiliki oleh anggota DPRD akan memudahkan dan membantu Pemkot Bekasi dalam penanganan banjir yang terjadi seperti kemarin.

“Kita akan panggil BMSDA, kemarin banjir banyak yang teriak. Bekasi Timur juga banjir cukup parah, di Utara juga cukup parah,” tambahnya.

Arif mengingatkan intensitas hujan di tahun 2022 tidak sebesar tahun 2020 dan 2021. Bencana banjir juga disebut menurun. Sehingga, Kota Bekasi perlu menyiapkan diri jika suatu saat diguyur hujan dengan intensitas tinggi, jangan sampai Kota Bekasi tidak siap menghadapi intensitas hujan yang tinggi.

Terpisah, Kabid Sumber Daya Air (SDA) pada DBMSDA Kota Bekasi, Anjar Budiono beralasan salah satu faktor banjir cukup para di Jalan Underpass Bekasi Timur adalah padamnya aliran listrik, sehingga pompa air tidak bisa beroperasi. Disaat bersamaan, debit air di ruas jalan dengan cepat bertambah.”Ditambah air Kali Rawa Barunya limpas,” katanya.

Sedimentasi di SS Rawa Baru saat ini sudah cukup tinggi, sedianya dilakukan pengerukan lumpur di saluran air. Jalan Baru Underpass Bekasi Timur baru bisa kembali dilalui kendaraan sekira pukul 23.00.

Terkait dengan sedimentasi di SS Rawa Baru, Anjar mengatakan saluran air tersebut merupakan kewenangan dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. Pihaknya berencana untuk lebih dulu mengirim surat permohonan pengerukan lumpur, sebelum mengupayakan pengerukan oleh Pemkot Bekasi.

“Kita bermohon dulu ke pusat, ke Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, karena bukan kewenangan kita kalinya,” ungkapnya.

Diketahui pada tahun 2022 lalu, Pemkot Bekasi menganggarkan hingga Rp 20 miliar untuk pembelian pompa air melalui DBMSDA. Anggaran sebesar itu diperuntukkan membeli 14 pompa berukuran besar dan 28 pompa berukuran kecil.

Anjar menyebut semua pompa tersebut sudah disebar ke berbagai titik rawan banjir di Kota Bekasi. Pasca banjir terakhir kemarin, pihaknya juga akan mengevaluasi keperluan pompa tambahan di lokasi rawan banjir yang belum mendapat tambahan pompa air.”Sudah ada semua,” tambahnya.

Sementara, Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto mengatakan bahwa banjir yang terjadi di Kota Bekasi ikut dipengaruhi oleh struktur saluran air di wilayah perbatasan Kota Bekasi dengan daerah sekitarnya. Salah satu contoh adalah banjir yang terjadi di Perumnas 3, Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur kemarin.

Menyempitnya saluran air di perbatasan menuju wilayah Kabupaten Bekasi membuat aliran air tidak lancar. Padahal, di wilayah tersebut Pemerintah Kota (Pemkot) telah membangun polder untuk menampung air, mencegah banjir.

“Sebetulnya, struktur itu sudah kita persiapkan, makanya kita bangun 3,8 hektar itu (polder air). Ini kemarin hujannya tinggi, maka terjadi genangan,” katanya, Senin (20/2).

Sementara banjir yang terjadi di Underpass, ia menyebut air dari Kalimalang sebagian masuk ke saluran sekunder di Kota Bekasi, salah satunya Saluran Sekunder (SS) Rawa Baru yang melintas di sepanjang Jalan Baru, Bekasi Timur.

Beberapa hal yang menyebabkan air tumpah ke Jalan Baru Underpass hingga tidak bisa lagi di lalui kendaraan lantaran terjadi pendangkalan di SS Rawa Baru, ditambah dengan padamnya listrik di wilayah tersebut pada saat debit air tinggi. Sehingga, pompa air di wilayah tersebut tidak bisa beroperasi.

Pihaknya akan mendorong DBMSDA untuk mengambil inisiasi melakukan pengerukan tanpa menunggu anggaran dari pemerintah pusat. Hal ini penting dilakukan, karena ketika debit air melebihi kapasitas saluran, serta hujan turun dengan intensitas tinggi, akan berdampak pada masyarakat Kota Bekasi.

“Jadi akan saya dorong terus, ada rasa kepedulian pada akar masalah di setiap titik yang ada,” ungkapnya.

Penyempitan pada saluran air juga terjadi di Jalan Ir Juanda, ia meminta sodetan di wilayah tersebut ditambah, jika kondisi dilapangan memungkinkan. Lebih lanjut, ia menyebut beberapa titik jalan yang kerap banjir seperti U Turn Jalan Ahmad Yani dan Kota Bintang terpantau relatif aman.

Selebihnya di titik banjir yang lain, cenderung terjadi karena kontur wilayah yang rendah, seperti Komplek Dosen IKIP. Pompa air tidak bisa berbuat banyak pada saat debit di saluran air tinggi. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin