RADARBEKASI.ID, BEKASI – Memasuki bulan ke empat musim kemarau, permasalah air bersih di Kabupaten Bekasi kian mengkhawatirkan. Pasalnya selain kandungan air di dalam tanah berkurang, pencemaran limbah juga terjadi di sungai-sungai yang menjadi sumber air baku Perusahaan Umum Daerah Tirta Bhagasasi (Perumda TB).
Terhitung sejak 13 September lalu hingga Kamis (4/10), Sungai Kali Bekasi yang menjadi sumber air baku warga di wilayah Utara, seperti Tarumajaya, masih berwarna hitam akibat tercemar limbah.
Dampaknya, puluhan pelanggan air Perumda TB di Perumahan Segara City, Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, menggeruduk kantor cabang Perumda TB Tarumajaya di Desa Pantai Makmur, Kecamatan Tarumajaya, Rabu (4/10). Puluhan kepala rumah tangga itu memprotes lantaran sudah tiga minggu air tidak mengalir.
Salah satu warga Perumahan Segara City, Agus Setiawan mengungkapkan, bahwa kedatangannya bersama puluhan warga itu, menuntut solusi lantaran selama tiga minggu air PAM tidak mengalir ke rumahnya. Sehingga pihaknya geram, lantaran pihak Perumda TB selalu beralasan faktor alam, padahal mereka telah melakukan survey di beberapa perumahan, air PAM telah kembali mengalir.
“Air masih mati. Ini tuntutan dari warga hampir tiga minggu tidak ada solusi sama sekali dari Perumda TB. Kalau alasan-alasan klasik karena limbah, air baku kurang, saya sebagai saksi, kenapa pipa di depan Kampung Bali yang pernah bocor, itu airnya deras. Itu hanya alasan klasik dari mereka, air baku kurang akibat kemarau dan lain-lain,” ujar Agus, di kantor cabang Perumda TB Tarumajaya, Rabu (4/10).
Menurutnya, selama tiga minggu air mati, dia bersama warga lainnya terpaksa membeli air bersih mencapai Rp 35 juta. Dalam satu harinya, di kluster tempat tinggal Agus, membutuhkan 40 ribu liter air. Meski warga harus membeli secara urunan, tapi Agus menyayangkan tagihan air tetap normal, padahal air tidak keluar.
“Sudah tiga minggu, kami sudah mengeluarkan biaya Rp 35 juta untuk membeli air tangki. Perharinya itu kami membutuhkan satu kluster 40 ribu liter air. Yang lebih parahnya lagi, tagihan air dari Perumda TB masih normal, bahkan ada beberapa warga yang laporan ke kami, harganya lebih mahal. Tagihan per bulan september rata-rata diatas Rp 300 ribu,” sesalnya.
Kondisi serupa juga dirasakan warga lain, yakni Vanny Agustine. Ibu rumah tangga yang memiliki anak tiga dan pembantu satu ini harus mengeluarkan sedikitnya Rp 165 ribu perhari untuk membeli air bersih, selama tiga minggu air PAM langganannya tidak mengalir.
Vanny yang ikut menggeruduk kantor cabang Perumda TB ini, lantara geram perumahan-perumahan lain sudah teraliri air PDAM. Dan saat ini, Vanny bersama warga lainnya berharap, Perumda TB cabang Tarumajaya segera mengalirkan air, serta tidak tebang pilih dalam ke pelanggan, khususnya di Perumahan Segara City.
“Air bersih kami beli setiap hari itu ada koordinator pemesanan air tangki. Kebutuhan saya di rumah sekitar 1.500 liter perhari, kalau diuangkan Rp 165 ribu. Hampir Rp 3 juta lebih saya ngeluarin uang. Kami gak akan seramai ini kalau satu dua hari, tapi ini sampai tiga minggu, sementara perumahan lain sudah pada keluar air. Kami berpikir akibat musim kemarau yang berkepanjangan, tapi ternyata sudah pelanggan yang airnya mengalir, namun di Segara City ini belum sama sekali, dan kami hanya memperjuangkan hak sebagai pelanggan,” terang Vanny.
Sementara itu, Kasi Hubungan Pelanggan Perumda T cabang Tarumajaya, Iwan Saputra menjelaskan, bahwa kebutuhan air di Tarumajaya mencapai 250 liter per detik, sedangkan saat ini hanya mencapai 160 hingga 180 liter per detik. Dan untuk perumahan Segara City sendiri, bersumber dari cabang Pondok Ungu dan Babelan.
“Kalau Segara City itu sumber airnya dari cabang Pondok Ungu dan Babelan, tapi maksimalnya dari Babelan,” ucap Iwan.
Pihaknya juga hanya dapat memberikan solusi, dengan mendistribusikan air menggunakan truk tangki. Selain itu, kondisi air baku yang berkurang dan tercemar limbah, masih menjadi faktor utama kurang maksimalnya pengelolaan dan distribusi air ke pelanggan.
“Antisipasi kami adalah, mendistribusikan air ke pelanggan melalui tangki, tapi mohon maaf karena memang tidak maksimal juga. Kalau kendala utama sebenarnya air baku surut, jadi mengolahnya tidak maksimal. Mengenai kerusakan pipa, itu nggak ada. Air baku terkena limbah, jadi mengolahnya kurang maksimal,” pungkasnya. (ris)