RADARBEKASI.ID, BEKASI – Viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan seorang siswa SD di Desa Meduri Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro membawa bekal nasi dengan lauk ulat.
Dalam video berdurasi 30 detik ini, tampak salah satu bocah lelaki duduk bersama enam teman kelas dan gurunya di kelas. Bocah laki-laki itu diminta gurunya membuka bekal makanannya.
Siswa tersebut nampak tersenyum sambil membuka kotak makannya. Ia memperlihatkan bekal makan siangnya kepada sang guru. Tampak empat ekor ulat goreng dan nasi putih di kotak bekal warna putih itu.
Melihat lauk yang dibawa sang siswa, guru nampak mengejak. Katanya, sudah 2023 makan masih lauk ulat.
“Uler, Uler iki. Kebangetan 2023, lawuhe ijek uler (ulet, ulet ini. Kebangetan, 2023 lauknya masih ulet,” tanya guru pria kepada siswa dalam video itu, terdengar sambil menahan tawa.
“Biduran gak ?” tanya gurunya lagi.
Siswa SD itu pun menjelaskan bila semalam dirinya juga memakan lauk ulat.
“Enggak, tadi malam saya makan,” jawab sang anak.
Menanggapi video viral yang beredar tersebut, Kepala Desa (Kades) Meduri, Kecamatan Margomulyo, Hariyono menyatakan bahwa hal itu tidak mengherankan di wilayahnya. Karena masih banyak penduduk di wilayah setempat yang makan ulat.
BACA JUGA: Bekasi Juara Penghasil Sampah
‘’Maklum orang tengah hutan. Kadang ulat mahoni hingga kelapa kami konsumsi. Ulat walikukun dari sejenis pohon kecil, ulat kelapa, ulat pisang, hingga kepompong ulat jati juga biasanya dikonsumsi. Bisa dimasak dengan diberi bumbu seperti masakan lain dan digoreng. Kalau dibuat sayur belum pernah,” ujar Hariyono seperti dikutip dari Radar Bojonegoro.
Ia melanjutkan, ulat yang langsung dimasak yaitu jenis walikukun. Namun untuk mengkonsumsi ulat jati, harus menunggu menjadi kepompong.
“Ulat-ulat tersebut memiliki cita rasa gurih. Namjn, konsumsi ulat tidak dilakukan setiap hari atau tiap minggu. Melainkan di waktu tertentu seperti awal musim hujan,” imbuhnya.
Selain dikonsumsi sendiri, Hariyono juga mengungkapkan bahwa ulat yang dimakan tersebut juga dijual.
“Harganya lumayan. Yakni 200 cc atau satu gelas air mineral dijual seharga Rp7.000 per gelas. Dan Rp30 ribu per kilogram,” ujarnya.
Hariyono juga menduga, bekal lauk ulat yang videonya beredar tersebut kemungkinan adalah ulat pohon turi.
“Terkait video yang beredar itu kalau tidak salah ulat pohon gude atau turi, namanya ulat gendon,” pungkasnya. (oke/jpc)