RADARBEKASI.ID, BEKASI – Digdaya Calon Legislatif (Caleg) petahana yang kembali bertarung di arena Daerah Pemilihan (Dapil) Jabar VII, nampaknya masih cukup tangguh untuk mempertahankan posisinya sebagai wakil rakyat di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 ini. Bagaimana tidak, arena tarung yang mencakup Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Purwakarta, ini masih dikuasai oleh Caleg petahana, setelah delapan dari sepuluh yang kembali bertarung kembali terpilih.
Nama-nama seperti Dedi Mulyadi (Gerindra), Putih Sari (Gerindra), Syaiful Huda (PKB), Rieke Diah Pitaloka (PDIP), Puteri Komarudin (Golkar), Saan Mustopa (NasDem), Obon Tabroni, dan Ahmad Syaikhu (PKS), tak mampu ditumbangkan oleh para pesaingnya, baik dari internal maupun eksternal. Sedangkan tiga Caleg petahana yang gagal l, seperti Daeng Muhammad (PAN), Vera Febyanthy (Demokrat).
Dua Caleg petahana ini harus tersisihkan oleh rekan satu partainya, posisi Daeng Muhammad, berhasil direbut calon mantu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, yaitu Verrell Bramasta. Kemudian Vera Febyanthy terjungkal dihajar mantan Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana.
BACA JUGA: Petahana ‘Ditikung’ Caleg Baru
Pengamat Politik Bekasi, Roy Kamarullah menilai, pertarungan di arena Dapil Jabar VII memang masih dikuasai Caleg petahana. Dari sepuluh yang kembali maju mayoritas kembali terpilih. Tentunya, kondisi ini terjadi karena para petahana ini setelah terpilih pada lima tahun yang lalu, mereka mampu bekerja, merawat, mempertahankan, dan tetap aktif turun ke masyarakat.
“Ini terbukti dari mereka (Caleg petahana) terpilih lagi. Sebab yang namanya anggota dewan, terbukti beberapa dewan banyak yang tidak terpilih lagi, akibat ketika sudah terpilih tidak merawat konstituennya. Ini menandakan bahwa para petahana mampu merawat konstituennya,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (17/3).
Perolehan suara Partai Gerindra mengalami kenaikan atau peningkatan, khusus untuk DPR RI. Walaupun perolehan kursi wakil rakyatnya masih tetap sama, yaitu dua. Perihal kegagalan ketika Caleg, Roy mengamati perolehan suara untuk di internal Partai Amanat Nasional (PAN). Sebenarnya dari hasil perolehan suara antara Daeng Muhammad dan Verrell Bramasta, ini menandakan bahwa keduanya petarung.
Menurut Roy, Daeng sebagai Caleg petahana berhasil menguasai Kabupaten Bekasi. Artinya, ini menandakan bahwa sosok Ketua DPD PAN Kabupaten Bekasi lebih jago (hebat), namun untuk Purwakarta dan Karawang tidak berhasil menguasai. Alhasil pesaingnya di internal partai, Verrell, memanfaatkan kelemahan Daeng dengan berhasil menguasai Purwakarta dan Karawang. Sehingga memenangkan pertarungan di internal PAN.
“Kemenangan Verrell itu ditentukan oleh Karawang dan Purwakarta. Dia (Verrell) dua kabupaten menang, satu kabupaten kalah. Sedangkan Daeng, satu kabupaten menang dan dua kabupaten kalah. Ini hanyalah geser-geser kursi saja, yang penting kursi partai nggak hilang,” tuturnya.
BACA JUGA: Petahana Tumbang di Dapil Neraka
Kegagalan dalam sebuah pertarungan sebagai konsekuensi perjuangan seorang politisi. Sehingga itu menjadi sesuatu yang biasa di dalam berpartai, karena memang ketika seorang politisi memutuskan bertarung dalam perebutan kursi wakil rakyat, mereka sudah tahu hasil akhirnya itu ada dua, menang dan kalah.
“Terkait dengan siapa yang menduduki kursi itu, lagi-lagi ini bagian dari konsekuensi perjuangan. Karena dari dua orang itu hanya ada satu konsekuensi, menang kalah, berhasil gagal,” katanya.
Sementara itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasional Demokrat (NasDem) akhirnya mampu mengantarkan kadernya duduk di Kursi DPRD Provinsi Jawa Barat. Ketua DPC PKB Kabupaten Bekasi, Muhamad Rochadi, dan Politikus ikonik milik Partai NasDem, Siti Qomariyah, berhasil memenangkan pertarungan sengit untuk merebut kursi wakil rakyat di arena tarung tersebut.
Dalam pertarungan itu, Siti Qomariyah atau yang akrab disapa Siqom ini berhasil finish di urutan keenam setelah mengantongi suara pribadi 54.091. Secara keseluruhan Partai NasDem mengoleksi suara 111.517. Sementara Adi, sapaan akrabnya ini finish di urutan keenam dengan raihan suara pribadi sebanyak 40.604. Kemudian secara keseluruhan perolehan suara PKB 117.692.
“Ini membuktikan, bahwa elektabilitas maupun efek ekor dari Pipres itu sangat menentukan sekali dalam perolehan atau peningkatan suara partai maupun Caleg itu sendiri. Terutama PKB, kita lihat nomor satu partainya, nomor satu presidennya, nomor satu juga yang jadi untuk calon anggota legislatifnya,” ujar Roy kepada Radar Bekasi, Minggu (17/3).
Disisi lain, penurunan raihan kursi di arena tarung Dapil Jabar IX dialami rekan koalisinya di Pilpres 2024. Ya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus rela berbagi kursi dengan PKB dan NasDem, setelah raihan dua kursinya di Dapil Jabar IX pada Pileg 2019 hilang satu direbut rekan koalisinya itu, yang memang sepanjang Pemilu berlangsung tak pernah mendapatkan kursi di arena tarung yang dianggap sebagai adu taji Raja Bekasi ini.
Dalam hal ini Roy menilai, didalam Koalisi Perubahan ada dua partai berbasis Islam, yaitu PKB dan PKS. Para pemilih Islam abangan itu lebih condong memilih PKB pada posisi dia adalah pemilih Paslon 01. Antara PKB dan PKS ini dua-duanya di mata para pemilih merupakan partai berlandasan agama. Tetapi ada dua hal berbeda dimata pemilih, terutama di Kabupaten Bekasi. Khusus bagi orang-orang Nahdliyin itu lebih kepada PKB, dibandingkan PKS.
BACA JUGA: Petahana Masih Mendominasi
“Kita juga tahu bahwa Paslon 01 itu mayoritas didukung umat Islam. Pada posisi dia akan memilih, para pemilih Islam abangan ini lebih condong memilih PKB dibanding PKS. Ini juga yang menjadikan pilihan hitam putihnya,” jelasnya.
Tak hanya PKS, hal serupa juga dialami oleh Partai Demokrat yang harus kehilangan kursinya di arena tarung Jabar IX. Kursi yang sudah lama dikuasai oleh partai besutan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berhasil direbut pesaingnya di Pileg 2024 ini. Walaupun Achdar Sudrajat yang notabennya Caleg petahana kembali bertarung. Ditambah kekuatan Ketua DPC Demokrat Kabupaten Bekasi, Romli HM, namun tak mampu menandingi digdaya pesaingnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Radar Bekasi, tujuh Caleg terpilih diantaranya BN Holik Qodratullah (Gerindra), Cucu Sugiarti (PKS), Christin Novalia Simanjuntak (PDIP), Akhmad Marjuki (Golkar), Muhamad Rochadi (PKB), Siti Qomariyah (NasDem), dan Irpan Haeroni (Gerindra).
“Pertarungan ini benar-benar luar biasa, sebelumnya itu banyak yang mengatakan bahwa pertarungan di tingkat provinsi itu persentasenya lemah, tidak seperti di DPRD Kabupaten Bekasi. Tapi saya yang alami, rasakan, ketika terjun langsung, pertarungannya sangat sengit, ini luar biasa. Lebih-lebih pertarungan di DPRD Kabupaten Bekasi kalau saya melihatnya,” ungkap Caleg Nasdem Siti Qomariyah.
Perempuan yang dinobatkan sebagai Komandan Emak-Emak Bekasi Mandiri ini melihat, semua kandidat diarena tarungnya itu tidak ada yang main-main dalam berjuang merebut kursi wakil rakyat, semua masing-masing mengeluarkan tenaga ekstra. Namun itu semua kembali lagi ke faktor keberuntungan, karena selain berjuang garis tangan pun menentukan pertarungan ini. Sebab, dirinya pun tak menyangka bisa memenangkan pertarungan ini.
BACA JUGA: Empat Caleg Petahana di Dapil IV Terancam
Sementara itu, Ketua DPC PKB Kabupaten Bekasi, Muhamad Rochadi, yang juga berhasil memecah kebuntuan partainya di tingkat provinsi, khususnya di arena tarung Dapil Jabar IX ini sangat bersyukur atas pencapaiannya itu. Adi sapaan akrabnya ini beranggapan, keberhasilannya atas kepercayaan masyarakat Kabupaten Bekasi, dan juga seluruh tim, relawan, baik internal maupun eksternal, rekan-rekan struktur partai, serta para Caleg di partainya.
“Kemenangan ini bukan hanya untuk saya, tapi untuk semuanya. Ini tidak lepas dari kerja seluruh Caleg di semua tingkatan. Lalu kemudian kerja seluruh instrumen struktur partai dari semua level, baik DPW, DPC, sampai ranting. Serta kepercayaan masyarakat terhadap PKB, khususnya saya,” ungkapnya.
Adi menilai, upaya untuk memecah telur atau kebuntuan di arena tarung yang memiliki alokasi tujuh kursi ini, bukan sesuatu yang mudah. Dirinya harus berada kuat dengan para elit partai di Kabupaten Bekasi. Dengan keberhasilan ini, Adi berhasil membuktikan kepada pimpinan partainya yang telah memberikan kepercayaan kepadanya.
“Itu lah kenapa saya ditugaskan di Kabupaten Bekasi. Dari awal PKB berdiri baru kali ini mendapatkan kursi DPRD Provinsi, pecah telor. Tentunya bukan sesuatu yang mudah,” tuturnya. (Pra)