Berita Bekasi Nomor Satu

Melatih Qona’ah di Bulan Penuh Hikmah

Oleh: M. Shalahuddin, S.S.I, M.Pd.

Berpuasa Ramadan Merupakan Peluang untuk Melatih Diri Menjadi Insan Qona’ah”

(Prof. Dr. Muhibbin Syah, M.Ed)

 

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ramadan tahun ini begitu istimewa dikarenakan dapat berkesempatan menunaikan ibadah umroh menikmati indahnya Ramadan di tanah suci kota Mekkah dengan cuaca yang sangat sejuk dan bersahabat.

 

Puasa melatih manusia tidak serakah. Puasa melatih manusia mengontrol nafsunya untuk tidak melakukan perbuatan yang pada hari-hari tidak berpuasa diperbolehkan. Karena itu, puasa akan menghasilkan manusia-manusia yang terlatih nafsunya dalam menghadapi kemewahan dunia, yaitu insan bertaqwa.

 

Ramadan adalah bulan penuh hikmah. Di antaranya Ramadan terus memotivasi kita untuk berbenah diri. Semangat memperkuat spiritual dan keimanan serta melatih pengendalian diri berharap sifat-sifat terpuji melekat di hati. Hal ini mampu mendorong orang yang berpuasa untuk bersifat qona’ah.

 

Qona’ah adalah sifat merasa cukup. Diberi banyak cukup dan diberi sedikit cukup. Mencari insan qanaah sangat sulit, karena kebanyakan manusia mempunyai sifat tidak puas atas apa yang sudah dimilikinya. Istilah “Qona’ah” ini dari segi bahasa berarti ‘cukup’ dan ‘merasa puas dengan setiap sesuatu yang telah dikaruniakan Allah SWT dan menerima dengan karunia-Nya’. Singkatnya, qona’ah ini adalah sikap bersyukur akan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT dan merasa cukup akan semua itu.

 

Menurut Muhammad Ali Al-Tirmizi, sikap qona’ah ini berupa jiwa yang rela terhadap pemberian rezeki yang telah ditentukan-Nya. Kemudian menurut Abu Abdillah bin Khafif, qona’ah adalah perbuatan meninggalkan angan-angan terhadap sesuatu yang tidak ada dan merasa cukup dengan sesuatu yang telah ada.

 

Sementara itu, menurut Abu Zakaria Ansari mengartikan bahwa qona’ah ini adalah perasaan seseorang bahwa dirinya telah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, terutama dalam pemenuhan keperluan hidup yang berupa makanan, pakaian, dan lain-lain.

 

Sifat qona’ah ini, bukan berarti seseorang itu tidak boleh bekerja atau bahkan hanya berpangku tangan saja, melainkan dirinya juga harus tetap berusaha secara aktif. Pada zaman Rasulullah SAW, sahabat-sahabat Beliau juga merupakan orang kaya dengan harta banyak dan rumah mewah, tetapi mereka tetap menerapkan sifat qona’ah ini.

 

Terdapat lima dasar cara untuk memperoleh sifat qona’ah, yakni: 1) Amal. Yakni dari kesederhanaan dalam kehidupan dan kegiatan perbelanjaan. 2) Pendek angan-angannya, sehingga tidak terus-menerus memikirkan kebutuhan sekunder maupun primer.

 

Bahkan, Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa “Perkara yang paling aku takutkan atas kalian semua ada dua yaitu panjangnya angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Karena sesungguhnya, panjangnya angan-angan melalaikan akhirat dan mengikuti hawa nafsu itu dapat menceraikan kebenaran”.

 

3) Melihat ke bawah dalam hal dunia. Dalam urusan duniawi, kita sepatutnya melihat orang-orang yang lebih rendah, jangan orang yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “Lihatlah orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu, yang demikian itu lebih layak supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

4) Menyadari betapa beratnya pertanggungjawaban harta. Banyaknya harta justru akan mengakibatkan bencana bagi pemiliknya apalagi jika dirinya mendapatkan semua harta dan kemewahan tersebut dengan cara yang tidak baik. 5) Mengetahui apa yang terkandung dalam sifat qona’ah.

 

Setiap manusia hendaknya mengetahui apa yang terkandung di dalam sifat qona’ah, yakni berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta serta sifat tamak.

 

Sikap qona’ah memberikan banyak manfaat kepada ummat manusia, setidaknya ada beberapa kemanfaatan qona’ah; Pertama, mudah bersyukur. Orang yang mempunyai sikap qona’ah akan sangat mudah dirinya untuk terus bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang sudah diberikan kepadanya.

 

Kedua, menjauhkan diri dari hasad, orang yang merasa cukup dengan nikmat yang diberikan oleh Allah kepada dirinya tidak akan mungkin akan iri dengan nikmat yang diberikan kepada orang lain, apalagi sampai menginginkan hilang kenikmatan itu pada orang lain. Ketiga, Bisa menikmati hidup. Orang qona’ah sangat mungkin lebih bisa merasakan kenikmatan hidup, karena dengan rasa cukup apa yang dimilikinya, hatinya akan tenang dan tidak gampang terpengaruh dengan orang lain.

 

Manusia yang terus-menerus melaksanakan sifat qana’ah akan merasa cukup dari apa yang telah dikaruniakan oleh Allah, sehingga dapat terbebas dari beberapa sifat buruk yang tidak disukai oleh Allah. Penerapan sifat qana’ah ini dapat membebaskan manusia dari sifat ghurur (tertipu), sifat ‘ujub (bangga diri), dan sikap su’ul adab (akhlak yang buruk) kepada Allah SWT.

 

Bahkan, sifat qona’ah ini ternyata sangat efektif sebagai terapi diri dari penyakit psikis yang sering membawa dampak negatif terhadap kesehatan fisik. Hal tersebut karena dari dalam diri seseorang, akan muncul sikap menerima kenyataan, baik ketika sakit maupun sehat, serta baik ketika dalam kondisi kaya maupun miskin.

 

Keberadaan sifat qona’ah tentu saja memberikan banyak pengaruh terhadap kehidupan seseorang, baik itu secara lahir maupun batin. Hal tersebut karena qona’ah mengajarkan manusia untuk menerima dengan ikhlas atas apa yang telah dan menjadikannya sebagai ketenangan batin supaya tidak tamak.

 

Selain itu, sifat qona’ah juga menjadikan manusia untuk selalu bersyukur dan tidak mudah putus asa terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Maka dari itu, sifat qona’ah sangat penting diterapkan dalam keadaan apapun supaya mendapatkan rasa ketenangan.

 

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa qona’ah ini adalah kondisi dimana seorang muslim mampu menerima diri mereka sendiri, serta memiliki kemauan untuk menghadapi kenyataan dalam kondisi kehidupan bagaimanapun adanya.

 

Orang yang memiliki sifat qana’ah ini juga akan selalu merasa puas atas apa yang diperolehnya sehingga cenderung mampu menghindari hal-hal buruk, Hal tersebut karena orang yang memiliki sifat qona’ah ini selalu berpikir bahwa apapun yang mereka dapatkan saat ini hanyalah titipan dari Allah SWT yang mana sewaktu-waktu dapat hilang. (*)

*Kepala Sekolah SMAIT Nurul Fajri, Ketua MUI Cikarang Barat, dan Mahasiswa S3 Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

 

 

 

 

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin