Berita Bekasi Nomor Satu

Ketersediaan Lapangan Kerja Menurun

ILUSTRASI: Sejumlah buruh pulang bekerja di kawasan industri MM2100 Cikarang Barat, belum lama ini. Ketersediaan lapangan kerja di sektor formal mengalami penurunan karena kondisi bisnis perusahaan yang tidak stabil dipengaruhi oleh penguatan dolar AS. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ketersediaan lapangan kerja di sektor formal mengalami penurunan karena kondisi bisnis perusahaan yang tidak stabil dipengaruhi oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Bidang Penempatan Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, Andi Akbar, mengungkapkan industri otomotif dan elektronika paling merasakan dampak dolar AS.

“Yang terasa itu di sektor otomotif dan elektronika. Karena kalau dolar menyangkut pesanan mereka. Jika pesanan kurang, bagaimana mau menambah pekerja,” kata Andi, Selasa (25/6).

Menurutnya, industri otomotif dan elektronika di Kabupaten Bekasi mayoritas bergantung pada perusahaan besar yang memproduksi barang jadi seperti kendaraan atau produk elektronik. Penurunan pesanan di pabrik utama berdampak langsung pada pabrik pendukung atau vendor lainnya.

BACA JUGA: Ribuan Pekerja di Bekasi Terkena PHK

“Seperti otomotif mobil misalnya, ada pabrik penyangga lain yang buat suku cadang atau komponen penting lainnya, yaitu mereka vendor. Maka jika pabrik hulunya turun, akan berpengaruh pada vendor-vendornya,” tambahnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pengaruh dari pabrik penyangga terhadap industri utama sangat signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja di Kabupaten Bekasi.

“Jika di perusahaan semisal mobil itu biasa membuka lapangan kerja 2.000 orang dalam setahun, tapi sekarang berkurang bahkan tidak sama sekali. Itu juga berlaku pada banyak pabrik lainnya,” ucap Andi.

Dalam mengantisipasi kondisi ini yang terus berlangsung, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi saat ini mengalihkan fokus dari persiapan lapangan kerja di industri besar ke arah pengembangan wirausaha. Beberapa waktu terakhir, mereka mendorong perusahaan untuk mengalihkan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari bentuk bantuan fisik menjadi pelatihan.

“Karena memang untuk mengantisipasi kondisi ini terus berlanjut, maka fokusnya tidak lagi menyiapkan para lulus untuk bekerja tapi wirausaha. Ini yang terus dilakukan,” tandasnya. (ris)