Berita Bekasi Nomor Satu

Kisah Burhani: Dari Marbot Masjid hingga menjadi Komisioner KPU Kabupaten Bekasi

Muhammad Burhani

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ulet dalam melakoni proses menjadi kunci keberhasilan Muhammad Burhani dalam menapaki kehidupannya. Terlahir dari keluarga kelas ekonomi bawah, pria asal Cibitung ini berhasil membuktikan diri lewat capaian karirnya sebagai Komisioner KPU Kabupaten Bekasi.

Sampai detik ini, Burhan-begitu dia kerap disapa- masih menganggap spesial tahun 1995. Pada tahun tersebut, pria kelahiran Bekasi 4 September 1982 ini sudah dihadapkan pilihan yang rumit. Yakni melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP atau menerima nasib sebagai salah satu siswa putus sekolah lantaran tak ada biaya.

Sebagai anak pada umumnya, Burhan sempat marah kepada orangtuanya karena tak bisa melanjutkan sekolah.

“Saya sempat ngambek (marah) sama orangtua, karena teman-teman pas lulus SD ngelanjutin sekolah. Tapi saya minta sekolah, nggak di sekolahin. Minta pesantren, nggak dipesanterin. Saya lulus SD tahun 1995,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (28/7).

Sebagai bocah lulusan SD, Burhan tak lantas menghabiskan hari-harinya hanya dengan bermain. Dia memilih turut banting tulang yang kemudian penghasilannya ditabung untuk biaya kebutuhan sekolah pada tahun depan.

Sampai akhirnya setahun kemudian, bapak dengan dua anak ini melanjutkan pendidikan dengan paket B, program yang baru pertama diluncurkan oleh pemerintah setelah mencanangkan wajib pendidikan 9 tahun.

Meski menempuh pendidikan paket B, namun kegiatan belajar dilakukan setiap hari dengan memakai seragam dan lain sebagainya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Burhan menjalani berbagai pekerjaan setelah pulang sekolah. Mulai dari marbot Masjid Jami Al-Furqon Tridaya Indah 2 Tambun Selatan, jualan koran keliling di perumahan-perumahan. Pun menjadi tukang cuci mobil bila mendapat orderan dari tetangganya.

“Perkataan orangtua yang masih saya ingat sampai sekarang. Silakan kalau memang kamu bisa nyari duit sendiri, silakan sekolah sendiri. Mulai dari situ, saya Bismillah, nyari duit sendiri, apa pun caranya yang penting halal,” ungkapnya.

BACA JUGA: Kisah Novi, Guru SD di Kota Bekasi Raih Gelar Doktor Pendidikan Dasar

Seiringnya waktu, Burhan berhasil menyelesaikan pendidikan paket B. Lalu, dirinya melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Al-Ajhariyyah Cibitung. Aktivitasnya sebagai marbot, jualan koran, dan mencuci mobil, masih terus berlanjut.

Singkat cerita, pria asal Cibitung ini lulus dari Madrasah dan memutuskan untuk kuliah. Saat memutuskan kuliah, Burhan pun mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai marbot yang sudah digelutinya selama enam tahun.

“Selama enam tahun jadi marbot, dari pas masuk SMP sampai lulus SMA . Setelah lulus Aliyah, baru mengundurkan diri dari marbot karena kuliah,” ucapnya.

Pada 2001, kehidupan Burhan yang baru dimulai ketika memutuskan kuliah dan mengundurkan diri sebagai marbot. Saat itu, Burhan mencari uang untuk kebutuhan kuliahnya di STAI HAS Cikarang dengan ngojek.

Setiap hari ketika tidak ada pelajaran kuliah, dirinya mencari penumpang di Terminal Cikarang yang lokasinya sekarang dibangun Sentral Grosir Cikarang (SGC). Terkadang, dirinya pun menjadi kuli panggul di Pasar Induk Cibitung.

“Untuk bayaran kuliah saya ngojek. Saya jadi kuli panggul juga di Pasar Induk Cibitung. Cuma memang ketika saya hidup di lapangan begitu, teman-teman yang satu profesi (tukang ojek dan kuli panggul), saya nggak pernah ngebuka kalau sedang kuliah,” bebernya.

BACA JUGA: Kisah Nelayan Kerang di Desa Pantai Makmur Bekasi: Musim Kemarau Tantangannya Cuaca, Hujan Khawatir Limbah

“Pada saat itu yang kuliah hanya orang-orang kaya saja. Tapi saya buktikan, saya orang nggak punya, tapi bisa lulus kuliah,” sambungnya.

Kontestasi Pemilu 2004 menjadi awal mula Burhan berkecimpung sebagai penyelenggara Pemilu. Dirinya yang saat itu kuliah semester IV, dipercaya untuk menjadi Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Mulai dari situ, Burhan selalu terlibat sebagai penyelenggara Pemilu di tingkat KPPS. Dengan kesibukannya itu, serta aktivitasnya di berbagai organisasi kepemudaan dan kampus, Burhan harus menyelesaikan kuliahnya lebih lama.

Hal itu mengingat, dirinya memang senang dalam dunia pergerakan. Burhan pernah menjadi Ketua Remaja Musala, Ketua Karang Taruna Desa Kertamukti. Lalu pengurus Karang Taruna Kecamatan Cibitung. Kemudian pernah menjadi pengurus KNPI Cikarang Utara. Sementara untuk di kampus, dirinya berkecimpung di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

“Saya kuliah agak lama waktu itu, karena memang sedang hobi menekuni dunia pergerakan. Jadi baru bisa wisuda tahun 2008,” tuturnya.

Setelah lulus kuliah, Burhan terus menapaki langkahnya ke jenjang lebih tinggi. Sebagai penyelenggara Pemilu, Burhan mulai mengikuti seleksi di tingkat kabupaten. Saat itu, dirinya mengikuti seleksi komisioner Bawaslu yang sebelumnya bernama Panwaslu. Hanya saja langkahnya terhenti karena tak terpilih. Hingga akhirnya pada 2023 terpilih sebagai  Komisioner KPU Kabupaten Bekasi.

“Alhamdulillah, dalam perjalanan seleksi dapat rezeki nama saya muncul dan akhirnya masuk lima besar kemudian dilantik menjadi komisioner KPU Kabupaten Bekasi pada bulan Oktober 2023,” katanya.

Keberhasilan Burhan yang kini menjabat sebagai Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM, KPU Kabupaten Bekasi, beriringan dengan langkahnya di organisasi. Dirinya yang aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor, sekarang berhasil menempati posisi sebagai pengurus Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Barat.

Dirinya sangat bersyukur dengan apa yang kini didapatkannya setelah melalui proses yang panjang. Burhan menilai bahwa senjata utamanya adalah kemauan untuk berproses. Jadikan semua itu sebagai cambuk untuk terus bertahan hidup, jangan patah semangat.

“Saya berfikir waktu itu, orang-orang bisa. Masa si saya nggak bisa dengan kondisi badan yang sehat,” ucapnya.

“Bagi teman-teman yang keluarganya kurang mampu, jangan pesimis. Jangan lupa, ketika kita punya tujuan dan cita-cita, apa pun kondisinya harus fokus. Dan ingat mencari rezekinya yang halal, agar membawa keberkahan. Untuk anak-anak muda, jangan lupa berproses,” sambung pria yang kini tinggal di Sukatani. (*)