RADARBEKASI.ID, BEKASI – Warga Kavling Bumi Indah Sejahtera RT 08 RW 05 Desa Karangsatria Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi, meminta agar struktur tower provider di lingkungan mereka segera dibongkar.
Warga khawatir keberadaan tower Base Transceiver Station (BTS) dapat membahayakan keselamatan, terutama risiko roboh yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Kekhawatiran ini semakin meningkat setelah insiden ambruknya beton penyangga tower yang mengakibatkan satu pekerja tewas dan enam lainnya mengalami luka-luka.
Warga sekitar, Sunaryo (58) mengungkapkan pada awal pembangunan dirinya bersama seorang warga lainnya sempat menolak proyek tersebut. Penolakan itu disampaikan langsung ketika rapat pertemuan dengan PT Tower Bersama Group (TBG), perusahaan yang membangun tower tersebut.
Namun, mayoritas warga dalam pertemuan tersebut justru setuju dengan pembangunan tower setinggi 25 meter bercat merah putih itu. Dalam kesempatan kala itu, dia juga mempertanyakan keamanan tower yang didirikan di atas musala.
“Waktu rapat saya sudah bilang ke pihak tower. ‘Pak kalau tower di atas musala kuat gak? Kan dak-dakan cuma 10 cm masa ditumpangin beban segitu beratnya’. Kata dia mau dites dulu. Ya silakan. Kan saya sudah kalah ya. Ternyata kejadian kayak gini,” kata Sunaryo kepada Radar Bekasi, Rabu (29/1).
Sunaryo menceritakan bahwa sebelum pembangunan dimulai, pengurus RT setempat meminta tanda tangan warga dengan alasan pendataan. Namun, saat itu hanya ibu-ibu rumah tangga yang menandatangani, sehingga tujuan sebenarnya dari pendataan tersebut tidak dijelaskan secara rinci.
BACA JUGA: Warga Minta Pembangunan Tower Provider di Tambun Tak Dilanjutkan Usai Insiden Beton Ambruk
“Cuma ada ibu-ibu aja yang tanda tangan, bapak-bapak gak tanda tangan. Bilangnya buat data aja, data apa gak tau, gak bilang terus terang buat mendirikan tower,” katanya.
“Harapannya menolak, saya minta juga dukungan warga lagi aja menolak gak setuju gitu. Karena kejadian ini kan jadi trauma,” tambahnya.
Hal serupa diungkapkan Yanti (39), warga yang rumahnya berjarak hanya tiga meter dari lokasi tower. Menurutnya, pihak perusahaan telah melakukan sosialisasi sebelum pembangunan dimulai.
Dalam sosialisasi tersebut, perusahaan menyampaikan bahwa tower ini digunakan untuk telekomunikasi dan tidak memiliki radiasi besar yang membahayakan masyarakat sekitar.
Namun, setelah insiden ambruknya beton penyangga, Yanti dan warga lainnya berharap tower segera dibongkar agar mereka bisa kembali ke rumah dengan aman.
“Saya mewakili warga lebih baik diturunkan. Kami pun takut mau pulang ke rumah, jadi tidak aman dan nyaman,” terang Yanti.
Berdasarkan pantauan Radar Bekasi, setelah jasad korban tewas Rustadi (40) dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan, pihak perusahaan langsung melakukan pembongkaran tower.
Sekitar tujuh pekerja dikerahkan untuk membongkar besi konstruksi tower satu per satu dengan bantuan alat crane. Sementara itu, garis polisi masih terpasang di lokasi kejadian. (ris)