Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Guru Honorer: Dilema Antara Pengabdian dan Kesejahteraan

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Guru honorer seringkali terjebak dalam situasi di mana mereka sangat mencintai profesi mengajar dan ingin memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Namun, di sisi lain mereka juga harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang membutuhkan penghasilan yang cukup.

Gaji guru honorer seringkali jauh di bawah UMR dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Guru honorer juga tidak memiliki status yang sama seperi PNS, sehingga tidak memiliki jaminan sosial yang memadai seperti tunjangan kesehatan, pensiun, dan lain-lain.

Meskipun statusnya sebagai honorer, guru honorer seringkali memiliki beban kerja yang sama dengan PNS, bahkan terkadang lebih berat. Guru honorer seringkali mengajar di sekolah dengan fasilitas yang kurang memadai, sehingga menghambat proses pembelajaran.

Peluang untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru honorer seringkali terbatas. Guru honorer juga seringkali mengalami diskriminasi dibandingkan dengan PNS, baik dalam hal gaji, tunjangan, maupun kesempatan untuk mengikuti program-program tersebut.

Dampak bagi Pengajar:

Gaji yang rendah dan ketidakstabilan pekerjaan dapat menyebabkan penurunan motivasi mengajar. Guru honorer mungkin merasa tidak dihargai dan kurang bersemangat dalam memberikan yang terbaik untuk siswa.

Motivasi yang rendah dapat berdampak pada kualitas pengajaran. Guru honorer mungkin kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran yang efektif dan cenderung lebih pasif dalam kelas.

Gaji yang tidak mencukupi dapat menyebabkan guru honorer kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat menimbulkan stres dan mengganggu konsentrasi dalam bekerja.

Guru honorer seringkali kesulitan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan profesional karena keterbatasan biaya. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan karier mereka.

Karena kondisi kerja yang tidak menentu, banyak guru honorer yang memilih untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Hal ini menyebabkan perputaran guru yang tinggi dan mengganggu kontinuitas pembelajaran siswa.

Dampak bagi Peserta Didik:

Kualitas pembelajaran yang diberikan oleh guru honorer yang kurang termotivasi dan memiliki keterbatasan dalam pengembangan profesional cenderung lebih rendah.

Pergantian guru yang sering dapat mengganggu proses belajar mengajar dan membuat siswa sulit untuk membangun hubungan yang baik dengan guru.Sekolah yang banyak mengandalkan guru honorer seringkali memiliki fasilitas pembelajaran yang kurang memadai.

Hal ini dapat membatasi kesempatan siswa untuk belajar secara efektif. Kualitas pendidikan di sekolah yang banyak menggunakan guru honorer cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sekolah yang sebagian besar gurunya adalah PNS. Hal ini dapat memperbesar kesenjangan pendidikan.

Guru honorer umumnya tidak memiliki status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini membuat mereka tidak memiliki jaminan sosial yang memadai, seperti tunjangan pensiun, kesehatan, dan tunjangan hari raya yang dinikmati oleh PNS.

Anggaran yang dialokasikan untuk sektor pendidikan seringkali belum optimal. Akibatnya, pemerintah daerah kesulitan untuk memberikan gaji yang layak kepada guru honorer.

Jumlah guru honorer di Indonesia sangat besar. Hal ini menyebabkan pemerintah kesulitan untuk memberikan gaji yang layak kepada semua guru honorer.

Kekuatan serikat guru dalam memperjuangkan hak-hak guru honorer masih terbatas. Seringkali, profesi guru belum dianggap sebagai profesi yang bergengsi dan bernilai tinggi.

Hal ini berdampak pada rendahnya apresiasi masyarakat terhadap guru, termasuk dalam hal pemberian gaji. Sistem penggajian guru honorer di berbagai daerah sangat bervariasi, bahkan di dalam satu daerah pun bisa berbeda-beda. Hal ini menyebabkan ketidakadilan dan ketidakpastian bagi guru honorer.

Solusi untuk masalah guru honorer tidak bisa hanya berfokus pada satu aspek saja, melainkan harus melibatkan berbagai aspek seperti kebijakan pemerintah, pengelolaan anggaran, peran serikat guru, dan perubahan persepsi masyarakat. Dengan pendekatan yang komprehensif, diharapkan masalah guru honorer dapat teratasi secara efektif dan berkelanjutan. (*)

Penulis Mahasiswa Universitas Pelita Bangsa

1. Tomy Kurniawan
2. Argianti
3. Aflah Haililah
4. Muhammad Kemal T
5. A Rahman Fauqi
6. Zahra Heriadi Safitri
7. Hayu Nabawiyah
8. Nurlaila Sasqia
9. Yosinta Firnanda
10. Umi Komalasari
11. Leoni Frestika Dewi A
12. Siti Nur Maah
13. Nayla Novita Gunawan
14 Riska Anggraeni