Berita Bekasi Nomor Satu

Israel Bom Lab Covid-19 Satu-satunya di Palestina

BOM DARI ISRAEL: Anak-anak Palestina melihat bom yang dijatuhkan pesawat F-16 Israel dan gagal meledak di perkampungan Rimal, Gaza, kemarin (18/5). (MAHMUD HAMS/AFP)
BOM DARI ISRAEL: Anak-anak Palestina melihat bom yang dijatuhkan pesawat F-16 Israel dan gagal meledak di perkampungan Rimal, Gaza, kemarin (18/5). (MAHMUD HAMS/AFP)

RADARBEKASI.ID, GAZA-Apa yang tak dihancurkan Israel di Gaza? Klinik pun dibom. Padahal, di klinik itu ada satu-satunya laboratorium untuk uji Covid-19 di wilayah Palestina yang dikontrol oleh Hamas.

Kantor Palang Merah Qatar juga rusak dalam serangan sepanjang Senin malam (17/5) hingga kemarin (18/5). Kondisi terbaru itu diyakini bakal membuat pandemi di Gaza kian memburuk.

Rata-rata tes positif Covid-19 di Gaza adalah yang tertinggi di dunia. Yaitu, 28 persen.

Belum lagi ditambah fasilitas rumah sakit yang tidak memadai karena blokade Israel selama hampir 15 tahun. Sebelum serangan Israel, pemerintah Gaza melakukan uji Covid-19 pada 1.600 penduduk per harinya. Kepala Penyakit Dalam dan Respons Covid-19 di Shifa Hospital Dr Ayman Abu Al Auf juga tewas akibat serangan Israel.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memaparkan bahwa mereka menyerang 65 target di Gaza. Di pihak lain, Hamas telah menembakkan 70 roket dan sebagian berhasil dianulir dengan sistem pertahanan misil milik Israel.

Salah satu roket Hamas mendarat di pabrik pengemasan di Eshkol. Dua pekerja asal Thailand dilaporkan meninggal. Total korban di Israel menjadi 12 orang. Di sisi lain, 213 warga Palestina di Gaza tewas dan sebanyak 61 di antaranya adalah anak-anak. Korban luka mencapai 1.400 orang. Hampir semua rumah sakit di wilayah tersebut kini penuh.

Banyak pihak meminta agar dua pihak melakukan gencatan senjata. Namun, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sekali lagi menolak. ’’Israel akan terus menyerang para teroris yang menjadi sasaran,’’ kata PM yang terlibat skandal korupsi tersebut Senin petang seperti dikutip Agence France-Presse.

Meski kalah jauh dibandingkan Israel, kekuatan Hamas saat ini sudah bisa membuat penduduk negara Yahudi tersebut ketir-ketir. Selama sepekan lalu Hamas sudah meluncurkan 3 ribu roket ke arah Israel. Itu membuat sistem pertahanan misil Israel kewalahan. Untuk kali pertama Hamas juga menembakkan misil Ayyash 250 yang mempunyai jarak serang 250 kilometer. Bahkan, kini Tel Aviv pun tidak aman.

Situasi di Israel juga bergolak. Kelompok ekstremis Yahudi dan warga Arab Israel masih saling serang di beberapa titik. Arab Israel adalah sebutan warga Palestina yang tinggal di Israel yang jumlahnya sekitar 20 persen dari total populasi.

Sementara itu, Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi berjanji memberikan USD 500 juta (Rp 7,1 triliun) untuk membantu rekonstruksi wilayah Gaza. Pembangunan akan dilaksanakan perusahaan konstruksi asal Mesir.

Kairo saat ini berusaha melakukan mediasi agar kedua pihak bisa menghentikan serangan. Mereka juga akan mengirimkan 65 ton bantuan medis ke Gaza. Minggu, pemerintah Mesir membuka pintu perlintasan Rafah yang menghubungkan Gaza dan Mesir.

Mereka membiarkan penduduk Gaza yang terluka dirawat di Mesir. Perbatasan itu menjadi jalur untuk mengirim bantuan. Itu satu-satunya pintu perbatasan Gaza yang tidak dikuasai Israel.

Dari Jakarta, dukungan terhadap Palestina terus mengalir. Kemarin (18/5) ribuan buruh menggelar aksi di 24 kabupaten/kota untuk menyerukan dukungan pada kemerdekaan Palestina. Di ibu kota, aksi gabungan buruh dan organisasi masyarakat dipusatkan di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) dan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyampaikan, aksi di Kedubes AS dilakukan untuk meminta Presiden Joe Biden tidak memveto pelaksanaan resolusi PBB dan Dewan Keamanan PBB tentang kemerdekaan negara Palestina.

”Kami juga meminta Presiden Biden untuk mendesak Israel menghentikan agresi militer terhadap Palestina serta menarik tentara dan polisi Israel dari Masjidilaqsa,” katanya kemarin (18/5).

Terpisah, organisasi kemanusiaan di bidang kedaruratan kesehatan di wilayah konflik, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), berencana mengirimkan tim kesehatan beserta obat-obatan ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, Palestina. Langkah itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap Palestina yang menjadi korban agresi militer Zionis Israel. ”Kita kirim dokter bedah sekitar lima atau enam. Sebab, situasi terkini di sana para dokter bedah kelelahan dan kekurangan obat-obatan,” tutur Head of Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad. (jpc)