Keindahan gugusan pulau-pulau kecil dan panorama alam bawah laut di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, benar-benar menakjubkan. Kami menjajal empat spot, yaitu Geosite Piaynemo, Telaga Bintang, Arborek dan Pasir Timbul.
LAPORAN
ZAENAL ARIPIN
RAJA AMPAT, PAPUA BARAT
SABTU (23/10) pagi belum pukul 07.00 WIT. Marina Resto, Usahamina di dermaga pelabuhan perikanan, Kota Sorong, tampak ramai.
Terlihat lima speedboat berukuran sedang dan kecil sudah bersandar di dermaga.
Sejumlah kelompok orang berseragam kemeja kuning corak lurik-lurik berkumpul. Terlihat sebagai kelompok yang akan berwisata. Seorang pemandu memberi arahan sebelum mereka menuju speedboat.
Rombongan kami tiba tepat pukul 06.45 WIT. Terpisah dari rombongan berseragam itu. Jarak tempuh dari tempat kami menginap di Swiss-Belhotel hanya 10 menit ke dermaga tersebut.
Kami bersama Anggota Dewan Pers Ahmad Djauhar beserta istri, dr Lin Yuarti, pengajar Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) Lahyanto Nadie berserta istri, Suminarwati, dan pengajar LPDS Maskur Abdullah.
Bang Lay, sapaan akrab Lahyanto Nadie, mencoba mengontak Xavireus, orang yang akan memandu kami ke Raja Ampat. Kami menunggu kedatangannya. Lima menit kemudian dia pun tiba.
“Rombongan dari Dewan Pers?,” tanyanya sambil sedikit tergopoh-gopoh. “Oh iya, kami tunggu-tunggu nih,” jawab Pak Djauhar dengan gayanya yang ceplas ceplos.
Xavireus pun mengenalkan diri dan mengajak kami bergabung dengan dua orang lainnya yang juga akan dipandunya menuju Raja Ampat.
“Kita dari sini akan berdelapan. Nanti di Waisai akan ada satu orang lagi yang dijemput,” ujarnya sambil menjelaskan tentang spot-spot yang akan kami kunjungi di Raja Ampat nanti sekaligus memberi arahan terkait lokasi wisata di sana.
Dia menjelaskan, kami akan mengunjungi empat spot, yaitu Geosite Piaynemo, Telaga Bintang, Pasir Timbul dan Arborek.
Dia berpesan, di puncak Piaynemo, saat mengambil gambar nanti, jangan terlalu mepet bersandar ke pagar, takut roboh dan masuk jurang. Di sana pengunjung diperbolehkan foto-foto gugusan pulau-pulau kecil yang ada di bawah. Untuk menuju ke atas harus menyiapkan tenaga ekstra karena akan menapaki ratusan anak tangga. “Nanti kami beri sebotol air yang sudah disiapkan untuk diminum kalau haus saat menaiki anak tangga,” imbuhnya.
Di Telaga Bintang, sambung pria asal Labuan Bajo, NTT itu, wisatawan juga akan diajak berpose dengan background telaga berbentuk bintang dan airnya yang berwarna hijau. Untuk mendapatkan panorama yang indah tersebut, wisatawan harus naik ke puncak tebing karang dengan mendaki. “Bagi yang takut ketinggian silakan tunggu di bawah saja. Sebab, kita akan merangkak memanjat tebing karang,” katanya mengingatkan.
Di spot Arborek beda lagi. Wisatawan akan dimanjakan untuk istirahat, makan, minum dan dipersilakan menunaikan salat. “Setelah itu yang ingin snorkeling silakan. Kami siapkan alat menyelamnya, seperti kacamata, kaki kodok dan snorkel,” jelas ayah tiga anak itu.
Yang terakhir, katanya, kami akan ditunjukkan lokasi di mana pasir timbul di tengah laut lepas. “Sebelum sore kita harus sudah sampai supaya masih dapat melihat pasir timbulnya dan foto-foto di sana,” jelas pria yang meminta dipanggil Xavi.
Untuk menuju empat destinasi wisata Raja Ampat tersebut, membutuhkan waktu tiga jam dari pelabuhan perikanan dengan menumpang speedboat. “Sebelum pukul enam sore, kita harus sudah kembali lagi ke sini,” tandasnya.
Berdasarkan catatan Wikipedia, Raja Ampat sebagai tempat objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan di sini merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Tak heran Raja Ampat pun mendapat julukan sebagai The Last of Paradise.
Raja Ampat merupakan wilayah kabupaten kepulauan di bawah Provinsi Papua Barat. Salah satu kota terbesar sekaligus ibukota Raja Ampat adalah Waisai. Waisai berada di pulau Waigeo.
Kepulauan Raja Ampat ini terdiri dari ribuan pulau. Namun, dari riban pulau-pulau tersebut hanya sekitar 37 persen yang sudah dihuni penduduknya. Di antara gugusan pulau-pulau tersebut ada empat pulau terbesar di Raja Ampat ini, yaitu Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta.
Kelihatannya, wisata di The Last of Paradise ini mulai bergeliat lagi setelah hampir dua tahun terkena dampak pandemi Covid-19. Apalagi program vaksinasi digeber pemerintah berhasil dan membolehkan warga untuk berwisata kembali. Tanpa mengabaikan protokol kesehatan (prokes), di antaranya tetap memakai masker.
Begitu pun yang terlihat dengan para wisatawan domestik yang akan menuju Raja Ampat. Mereka tetap memakai masker, mencuci tangan dengan handsanitizer, dan menjaga jarak-kalau tidak lupa. (bersambung)