Berita Bekasi Nomor Satu
Koki  

Ketika Si Miskin Jadi Tersangka

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan vaksin tak boleh dianggap sebagai penyelesaian akhir dari pandemi.

—-

Ibarat pepatah: buruk rupa kaca dibelah. Karena penyebaran Covid-19 makin luas, orang miskin pun  dijadikan “.tersangka”.

—-

Juru bicara tim penanggulangan Covid-19 Achmad Yurianto bikin blunder. Lewat pernyataannya, Achmad Yurianto menyebut orang miskinlah biang kerok penyebaran virus mematikan itu.

Saya tidak paham bagaimana  Achmad Yurianto bisa menjadi pejabat dan ditunjuk jadi juru bicara dalam program gawat-darurat ini. Dari kualitas pernyataannya, saya jadi meragukan latar belakang keilmuannya.

Jangan-jangan… Ah, sudahlah. Memang sekarang banyak manusia tolol yang dapat panggung.

Coronavirus sebagaimana diketahui menyebar dari Wuhan ke seluruh penjuru dunia. Virus menyebar melalui droplet penderita atau pembawa (carrier) ke orang-orang lain di sekelilingnya.

Dari pola itu, siapa saja bisa terjangkit Coronavirus. Hubungan sosial umat manusia di muka bumi tidak bisa menghindarkan orang kaya berinteraksi dengan orang miskin.

Virus menular dari satu orang ke orang lain yang jaraknya berdekatan. Virus tidak peduli  dengan status ekonomi dan sosial penderita.

Bisa saja pembawa virus itu orang kaya yang naik ojol. Abang ojol ketularan karena tidak punya alat pelindung. Mau beli masker, stoknya kosong: diborong orang-orang kaya.

Abang ojol mau menjalani rapid test harus menunggu belakangan. Karena jatah orang miskin diberikan kepada orang-orang kaya di gedung DPR.

Ketika giliran test itu tiba, mungkin Abang Ojol sudah terbaring di rumah sakit. Di rumah sakit dokter dan perawat  punya alat pelindung diri yang memadai. Maka mereka terpapar Covid-19 lalu menularkan ke orang-orang lain.

Begitu seterusnya. Makin lama makin luas. Makin lama makin mengganas.

Jadi dari mana Achmad Yurianto bisa menyimpulkan kalau orang miskin yang menjadi penyebar virus kepada orang kaya?

Tolong jangan pernah menghubung-hubungkan wabah dengan status sosial masyarakat. Apalagi sampai menyimpulkan orang miskin sebagai biang keladi penyebarannya. Itu penghinaan luar biasa.

Ada 30 juta orang miskin harta di Indonesia. Tapi ada lebih banyak lagi orang-orang kaya yang miskin rasa. Achmad Yurianto ini saya kira salah satunya. (jto)