Berita Bekasi Nomor Satu

Waspada Klaster Industri

KASUS COVID-19 PERUSAHAAN : Pengendara melintasi pabrik LG yang ditutup di kawasan industri MM2100 Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, Selasa (25/8). Sebanyak 238 karyawan diperusahaan itu positif terpapar Covid-19. ARIESANT/RADAR BEKASI
KASUS COVID-19 PERUSAHAAN : Pengendara melintasi pabrik LG yang ditutup di kawasan industri MM2100 Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, Selasa (25/8). Sebanyak 238 karyawan diperusahaan itu positif terpapar Covid-19. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Virus Covid-19 telah merambah ke berbagai sejumlah pabrik di Kabupaten Bekasi. Mayoritas karyawan yang terpapar virus Corona tidak menunjukkan gejala.

Terbaru, 242 karyawan pabrik PT LG ELectronics Indonesia positif virus yang menyerang saluran pernafasan ini. Jumlah tersebut bertambah dari hari sebelumnya menjadi 238 karyawan.

“Bertambah empat orang terkonfirmasi positif Covid-19 dari tes swab yang kami lakukan terhadap 776 sempel karyawan di perusahaan itu,” ujar Wakil Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Irfan Maulana di Badan Pelayanan Kesehatan (Bapelkes), Jalan Raya Lemah Abang, Kecamatan Cikarang Utara, Rabu (26/8).

Ia mengatakan, dari 242 karyawan tersebut, 25 orang di antaranya menjalani perawatan di rumah sakit di DKI Jakarta, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Mereka yang dirawat karena mengalami berbagai gejala baik ringan hingga berat. Sedangkan sisanya menjalani isolasi mandiri di rumahnya.

Menurutnya, klaster di pabrik PT LG ELectronics Indonesia sporadis imported case atau virus impor. Menyebar secara luas dalam waktu singkat. Kasus yang diduga berawal dari karyawan yang terinfeksi Covid-19 di luar perusahaan kemudian masuk hingga merambah ke ratusan karyawan yang bekerja di perusahaan berbasis Korea Selatan tersebut. “Saya sampaikan kasus LG ini adalah kasus sporadis imported case,” tegasnya.

Klaster industri tersebut menyedot perhatian masyarakat Kabupaten Bekasi. Khususnya karyawan yang saat ini sebagian besar sudah mulai bekerja secara normal di sejumlah perusahaan di kawasan industri. Pemkab Bekasi, lanjutnya, terus melakukan upaya deteksi dini.

“Kasus sporadis imported case, terindikasi pertama dari zona merah. Orang yang tinggal di zona merah kemudian bekerja di Kabupaten Bekasi dan masuk ke daerah Bekasi terjadi transmisi cluster (kelompok) dan itu mungkin awalnya,” katanya.

Dia juga mengaku sudah melakukan pemeriksaan ke keluarga dari 242 karyawan yang positif tersebut.

“Keluarga karyawan sudah kita lakukan swab lalu isolasi mandiri. Namun untuk hasilnya mungkin setelah satu dua hari ini. Menghitungnya juga gini, kalau yang tinggal di Kabupaten Bekasi ada karyawannya 100 orang, berarti satu istri dengan dua anak. Berarti ada 300 yang kita lakukan swab,” bebernya.

Sementara itu, General Manager PT LG ELectronics Indonesia Budi Hartono menyatakan, sampai saat ini semua tindakan guna memutus mata rantai Covid-19 terus dilakukan. Langkah yang diambil kata dia, sesuai hasil koordinasi dengan pemerintah termasuk satgas penanganan Covid-19 di dalamnya. “Dalam monitoring pun saya tak sendiri tapi mendapat dukungan dari semua elemen masyarakat yang kebetulan sangat membantu,” katanya.

Untuk saat ini, pihak perusahaan masih fokus kepada karyawan pemulihan kesehatan karyawan juga perbaikan yang harus dilakukan. “Kami akan memberikan jaminan kesehatan sebelum nanti beroperasi kembali. Tentunya kami juga sangat erat dengan satgas. Jadi, kami harapkan agar segera beroperasi kembali dan bisa mengamankan kesehatan untuk. Jadi nanti sesuai dengan arahan pemerintah semua dipastikan dulu baru semua beroperasi,” singkatnya.

Kabid HI dan Jamsos Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bekasi, Nur Hidayah Setiawati menyatakan, kasus klaster industri pembelajaran baru. Meskipun, kata dia, perkembangan Covid-19 di Kabupaten Bekasi sebagai lokasi industri terbesar se-Asia Tenggara masih belum bisa terbendung.

“Kita masih terus menggali penyebab-penyebabnya kenapa bisa terjadi seperti ini. Kita sudah sedikit identifikasi beberapa hal yang dimungkinkan ada pencetus disitu. Salah satunya adanya bus jemputan. Itu masih datanya, karena dari bus jemputan hampir semuanya terpapar,” katanya.

Menurutnya, hasil analisis lainnya bahwa potensi besar penularan Covid-19, bukan ada saat bekerja. Karena bekerja menghadap kedepan dan yang diwaspadai saat tidak bekerja, seperti makan dan aktivitas yang melepas masker.

“Juga tempat yang kita lihat sebagai pencetus selain bus antar jemput yakni Kantin. Ini Harus di sekat. Sekarang masa egois, jangan ada satu akses yang dipegang bersama. Ini sedikit dari analsisa, di LG memang ada beberapa hal yang bisa di akses bersama,” bebernya.

Di Kabupaten Bekasi, menurutnya, ada sekitar 1,5 juta pekerja yang bekerja di sekitar 4.000 perusahaan. Angka tersebut sangat rawan penyebaran Covid-19. “Nah, kedepan kita akan menemukan potensi yang sekarang sudah kita simpulkan menjadi titik penyebaran, kita akan sampaikan ke perusahaan agar bisa dioptimalkan,” tegasnya.

Sementara itu, Kapolres Metro Bekasi Kabupaten Kombes Pol Hendra Gunawan menyatakan, pihaknya dengan tim satuan tugas penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi sudah melakukan peninjauan di tiap lokasi termasuk pada tempat isolasi karyawan klaster Covid-19 pabrik PT LG ELectronics Indonesia. “Kita sudah monitor, termasuk Bapelkes dan memonitori lokasi lainnya. Di mana masyarakat yang kontak erat dengan masyarakat yang positif kita isolasi secara terpusat di sini,” tukasnya.

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan, semestinya industri yang sudah memutuskan untuk membuka kegiatannya harus mendapatkan izin dari pemerintah daerah. Jika hasilnya seperti ini, artinya harus dievaluasi kembali.

Prof Wiku menilai apabila terjadi kasus seperti ini, satgas penanganan Covid-19 meminta perusahaan dan pemda melakukan evaluasi ketat. Terutama dalam memberlakukan protokol kesehatan di lingkungan perusahaan. “Mohon protokol kesehatan dijalankan ketat dan disiplin, janga lengah. Karena tetap harus melindungi semua masyarakat dan pekerja di sektor industri,” jelasnya.

Menurutnya, kegiatan ekonomi harus tetap berjalan tapi tetap juga mematuhi protokol kesehatan. Klaster perkantoran sebelumnya disebut sebagai salah satu penyumbang naiknya kasus Covid-19 di tanah air. “Kami yakin hal seperti ini bisa ditangani dengan baik, dan ke depan bagian dari adaptasi kebiasaan baru harus dilakukan di kegiatan sosial ekonomi,” tutupnya. (dan/jpc)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin