RADARBEKASI.ID, BEKASI – Davita Dewardani (20), mahasiswa semester V program studi Akutansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) ini memiliki pengalaman menjadi asisten dosen (asdos) selama satu semester di kampusnya. Selain bangga, hal ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Davita-begitu akrab disapa- menjadi asdos saat dirinya masih kuliah semester IV. Asdos merupakan impiannya, namun dirinya tak menyangka bisa terwujud.
“Ini semua berkat kerabat ku yang diam-diam mendaftarkan aku menjadi salah satu kandidat untuk menjadi asisten salah satu dosen,” ungkap Davita kepada Radar Bekasi.
Davita menjadi asdos pada mata kuliah perdagangan saham. Saat mengajar dirinya sempat merasakan gerogi dan tidak percaya diri (pede), namun semua mampu dilewatinya.
“Deg-degan sih tapi aku coba buat pede, karena aku gak mau ngecewain dosen aku yang udah percayain aku jadi asisten dosen,” katanya.
Ia merupakan mahasiswa yang cukup aktif di kelasnya. Ketika menjelang UTS ataupun UAS dirinya kerap kali membantu beberapa kerabatnya untuk menyampaikan sejumlah materi perkuliahan. Oleh sebab itu, dirinya tanpa mengikuti tes ketika menjadi asdos.
“Sebenarnya menjadi asisten dosen harus ngelewatin tes publik speaking dulu, tapi gak tau kenapa dosen aku langsung percaya tanpa aku di tes dulu. Mungkin karena dosen aku tahu aku cukup aktif di kelas,” ujarnya.
Menjadi asdos dirasa tidak sulit bagi Davita. Sebab, mata kuliah yang disampaikan kepada mahasiswa cukup digemari.
“Menurut aku menjadi asisten dosen dengan mata kuliah yang aku suka gak susah-susah banget sih. Tapi aku musti banyak belajar lagi sih, biar penyampaian materi bisa lebih baik lagi,” katanya.
Kedepan, Davita punya harapan menjadi pengajar di sebuah perguruan tinggi. Pengalaman menjadi asdos menjadi bekalnya untuk mewujudkan keinginan tersebut.
“Salah satu cita-cita ku memang ingin menjadi dosen, makanya pengalaman ini cukup berharga banget untuk bekal aku nanti,” pungkasnya. (dew)
