Berita Bekasi Nomor Satu

Belajar Mandiri di Negeri Orang

Silvia Ningsih
Silvia Ningsih
Silvia Ningsih
Silvia Ningsih

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Mahasiswi bernama lengkap Silvia Ningsih (20) ini mengaku, mendapat banyak pengalaman setelah mengikuti program credit transfer lima bulan Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia. Menurutnya, program pertukaran mahasiswa antar negara tersebut bisa dijadikan sarana membuka wawasan dan pengetahuan lebih luas.

“Awalnya sempet takut untuk ikut seleksi credit transfer, karena aku merasa gak begitu lancar komunikasi Bahasa Inggris, tapi alhamdulillah keterima dan bisa ikut,” ungkap mahasiswa semester 5 program studi manajemen fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang ini.

Mahasiswa asal Bekasi ini mengaku, banyak pengalaman yang didapatkan selama mengikuti program credit transfer ini. Mulai dari pengalaman menyiapkan mental untuk belajar di luar negeri, belajar mandiri karena disana tidak ada satu orangpun yang dapat andalkan.

“Sebelum berangkat aku cari informasi terkait kebudayaan dan kebiasaan di Malaysia karena takut culture shock menimpa ku. Oh ya, menurutku nyiapin dokumen-dokumen kepergian yang paling susah dan butuh waktu lama prosesnya,” jelasnya.

Menurutnya, belajar di negeri orang  memicu adrenalin. Universitas di Negara tetangga  menyediakan sarana dan juga prasana yang lengkap dalam mendukung kegiatan belajar mengajar mahasiswanya.

“Proses belajarnya juga aktif karena gak one way communication, jadi mahasiswa harus ikut partisipasi dalam diskusi. Selain akademis, hal yang perlu aku banggakan saat mengikuti credit transfer ini yaitu aku bisa dapat networking yang sangat luas,” kenangnya.

Selain itu juga, dia mengenal berbagai budaya dari berbagai  Negara. ”Disana kita bisa bertukar pikiran, bahkan aku bisa update tentang suatu hal yang lagi tranding disana. Hal yang paling mengesankan itu, saat sampai disana, aku disambut dengan antusias oleh dosen dan teman-teman disana”,”terangnya.

Menjadi sosok yang mandiri merupakan hal yang biasa bagi remaja asal Kota Bekasi ini, namun perbedaannya jika di Semarang dirinya masih bisa untuk pulang minimal 1 bulan sekali. Jika di Malaysia ia harus menetap selama 5 bulan disana tanpa bisa pulang.“Asal ku di Kota Bekasi dan kuliah ku di Semarang, sudah jadi hal biasa untuk apa-apanya sendiri,” pungkasnya. (dew)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin