Andri Susilowoti (35) merupakan ibu rumah tangga yang cukup sukses menjalani usaha perlengkapan hiking (mendaki) sejak akhir 2015. Berkat dukungan suami dan semangatnya untuk terus belajar dan berusaha, bisnisnya telah berkembang pesat.
Laporan : Eko Iskandar
BEKASI BARAT
Teras rumah di Jalan Nusa Indah 3 Blok C4 No 25 Perumahan Harapan Baru Regency Kelurahan Kotabaru Kecamatan Bekasi Barat Kota Bekasi, nampak terlihat sejumlah tumpukan kardus dan perlengkapan mendaki. Antara lain, matras, ayunan gantung, dan sleeping bag.
Selain itu, terlihat paket barang dengan berbagai ukuran yang terbungkus rapih untuk dikirim kepada konsumen. Tak lama, seorang perempuan berhijab yang mengenakan baju kuning dengan stelan celana jeans keluar dari pintu rumah bercat hijau tersebut. Dia adalah Andri Susilowoti- pemilik rumah yang memiliki usaha perlengkapan mendaki.
Andrea – begitu ia memperkenalkan sapaan akrabnya – kepada Radar Bekasi mengatakan, perlengkapan mendaki yang dijual berjumlah ratusan item. Mulai dari tenda, lampu, matras, ayunan gantung, kompor, sleeping bag, celana, kaos, nesting dan banyak lainnya.
“Enggak semua kita produksi sendiri. Ada yang impor, juga kita beli ke grosir,” ungkap Ibu satu orang anak ini, Rabu (30/12/2020).
Produk yang diproduksi sendiri dengan brand Andess seperti matras, sleeping bag, ayunan gantung, dan celana. Sleeping bag, celana, dan ayunan gantung merupakan produk yang penjualannya sangat baik.
Saat ini, produksi dilakukan di luar daerah oleh pegawainya di rumah masing-masing. “Saya menyediakan mesin jahit untuk mereka,” ujar perempuan yang hobi paralayang ini.
Adapun impor produk dari Cina seperti kompor, tenda, nesting. Karena lamanya proses impor yang membutuhkan waktu antara 30-40 hari, membuat produk mengalami kekosongan. Untuk menyiasati, dirinya membeli ke grosir di wilayah Jakarta.
Sejak awal, produk dipasarkan secara daring melalui media sosial maupun marketplace dengan nama toko Himalaya Outdoor Jakarta. Konsumen tak hanya dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), mayoritas pembeli berasal dari Aceh.
Tidak hanya konsumen satuan, tetapi juga dalam jumlah banyak. Kini, pemasarannya tidak hanya dilakukan di seluruh Indonesia. Tetapi juga negara Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Andrea mengaku, sebelum mulai menjalani bisnis perlengkapan mendaki dirinya berjualan pakaian anak. Pilihan untuk fokus pada bisnis yang dilakoni sekarang karena potensi pasar yang cukup besar.
Awalnya, ia membeli produk matras dan sleeping bag dari orang lain melalui daring kemudian dijual kembali. Andrea ingat betul, modal bisnisnya pertama kalinya sekitar Rp300 ribu. Pada 2016, bisnis yang dijalani mulai berkembang. Selama satu tahun kemudian penjulannya terus mengalami peningkatan.
“Di 2017 kita mutusin buat brand sendiri, namanya Andess. Sebelumnya nggak pake brand, karena nggak kepikiran,” ungkapnya.
Hingga kini, bisnisnya berkembang pesat. Hal itu tidak terlepas berkat keaktifannya dalam mengikuti berbagai seminar serta bergabung dengan komunitas marketplace. Antara lain, seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Lazada.
Andrea mengaku, bukanlah seseorang yang mengenyam bangku kuliah jurusan ekonomi maupun kursus bisnis. Ia hanya ibu rumah tangga biasa pada umumnya.
“Saya itu ibu-ibu gaptek. Saya nggak kuliah ekonomi, saya nggak belajar bisnis,” ungkapnya.
Keputusannya berbisnis awalnya hanya ingin mencari penghasilan tambahan sendiri yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi serta rumah tangganya. Namun seiringnya waktu, ingin membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
“Semangatnya awal karena pengin punya penghasilan sendiri, daripada selalu minta. Tapi kesini-sini, saya pengin membuka lapangan pekerjaan agar hidup saya lebih bermanfaat untuk orang lain,” ujarnya.
Dalam bisnis ini, Andrea mampu meraup omset di atas Rp1 miliar. Namun pada kondisi pandemi Covid-19, omset menurun diangka mulai dari Rp500 – Rp700 juta.
Kendati sudah cukup sukses, meskipun tak seharian penuh dirinya masih mengurusi bisnis sebagai admin dibantu tiga orang karyawan yang bertugas packing. Dalam bisnis ini, dirinya mendapatkan dukungan penuh dari sang suami yang bekerja sebagai wiraswasta.
Mempertahankan kualitas produk, terus meningkatkan pelayanan dan merespon cepat ketika ada keluhan dari konsumen menjadi kunci bisnisnya dapat bertahan hingga saat ini.
“Kita harus kasih service yang bagus ke konsumen, bales cepat, ada trouble tanggung jawab, dan memberikan harga kompetitif,” pungkasnya.
Rasakan Kebahagiaan dari Hadiah JNE
Sejak awal, Andrea menggunakan jasa pengiriman JNE untuk mendukung bisnisnya. Sebelum pandemi melanda, pengiriman barang ke konsumen dapat mencapai sekitar 300 paket per hari. Namun, kini hanya 30 paket per hari.
Baru sekitar 2017, dirinya menjadi member JNE Loyalty Card (JLC). Diakui, meskipun terlambat bergabung telah banyak keuntungan yang didapat dengan menjadi member tersebut.
Dari member, dirinya sudah mendapatkan berbagai barang elektronik seperti kulkas, mesin cuci, dispenser, maupun handphone. Hadiah itu dari penukaran poin yang didapatkan dari setiap transaksi pengiriman barang.
“Namanya ibu-ibu, dapat hadiah bahagia sekali. Saya menukar poin itu kalau pas mau akhir tahun,” ungkapnya.
VP Marketing JNE Eri Palgunadi mengatakan, semangat “Connecting Happiness” yang selalu diusung oleh JNE, memberikan berbagai makna dalam setiap langkah maupun strategi untuk terus berbagi kebahagiaan khususnya kepada pelanggan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai program apresiasi, salah satunya melalui JNE Loyalti Card (JLC).
“JLC merupakan sebuah wadah bagi pelanggan loyal JNE, dimana di dalamnya disediakan berbagai kemudahan dan benefit dari setiap transaksi yang dilakukan oleh pelanggan,” ujar Eri, dikutip dalam siaran persnya.
Hingga kini, JLC pun terus berinovasi agar para membernya bisa mendapatkan manfaat dan keuntungan sesuai dengan harapan serta kebutuhan mereka. Hal ini diwujudkan dengan bentuk benefit yang bukan hanya berupa hadiah berbentuk barang tapi juga hadiah yang memberikan pengalaman menarik.
Di waktu yang akan datang, peluang para member JLC untuk mendapatkan poin semakin terbuka. Poin akan dapat diraih bukan hanya ketika para member JLC bertindak sebagai pengirim paket saja, tapi juga ketika bertindak sebagai penerima paket.
“Dengan begitu, kesempatan mendapatkan seluruh benefit, termasuk menjadi pemenang dalam JLC Lucky Draw mau pun JLC Race semakin besar setiap tahunnya,” tukasnya. (oke)