Berita Bekasi Nomor Satu

Vaksinator Harus Teliti

Illustrasi : Salah satu tenaga kesehatan ketika disuntikkan vaksin Covid-19 Sinovac di Puskesmas Kranji, Bekasi Barat, Kota Bekasi. AHMAD PAIRUDZ/RADAR BEKASI
DIVAKSIN: Salah satu tenaga kesehatan ketika disuntikkan vaksin Covid-19 Sinovac di Puskesmas Kranji, Bekasi Barat, Kota Bekasi. AHMAD PAIRUDZ/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah Kota Bekasi telah menerima vaksin dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebanyak 14.060 vaksin Sinovac yang tahap pertama diperuntukkan untuk tenaga kesehatan (Nakes).

Namun jumlah tersebut baru diperuntukkan bagi 7 ribuan nakes karena setiap nakes akan menjalani dua kali proses vaksinasi. Untuk Kota Bekasi sendiri Dinkes Kota Bekasi mencatat ada 20.000 tenaga kesehatan.

Oleh karenanya, vaksinasi di Kota Bekasi pun berjalan beberapa tahap. Tenaga kesehatan termasuk dokter sebagai garda terdepat pelayanan kesehatan dan pandemi Covid-19 menjadi prioritas.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bekasi, Kamarudin Askar mengatakan, dari sisi profesi,dokter Indonesia diakuinya sangat mendukung vaksinasi. Dirinya juga memastikan anggota IDI Kota Bekasi antusias menjalani proses vaksinasi.

“Cuma saja ketersediaan vaksin khusus dokter dilakukan bertahap,” kata Kamarudin saat dihubungi Radar Bekasi, Selasa (19/1).

Lanjut Kamarudin, karena banyak yang tidak bisa mendaftar ulang di link Menkes, hasil koordinasi, Kota Bekasi membuka pendaftaran melalui link yang disiapkan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk pendaftaran bagi dokter di institusi Rumah Sakit yang tidak bisa mendaftar melalui link Kementerian Kesehatan.

Proses simbolis vaksinasi untuk dokter sebelumnya juga sudah dilakukan oleh Ketua IDI pusat bersamaan dengan Presiden RI, Joko Widodo di Istana Presiden.

“Itu baru perwakilan dokter saja. Kalau tenaga kesehatan (Nakes) bisa dikonfirmasi ke perwakilan masing-masing ya tentang Nakes yang divaksin. Kalau anggota kita semua siap divaksin,” ucapnya.

Dikatakannya, semua dokter di Kota Bekasi maupun di Indonesia semua siap untuk divaksin. Kecuali yang memiliki latar belang penyakit dan sudah lanjut usia 60 tahun ke atas itu tidak dilakukan vaksinasi.

“Seperti saya yang tidak masuk divaksinasi, karena latar belakang saya memiliki riwayat penyakit. Yang normal semua dokter siap untuk divaksin malah berlomba-lomba untuk divaksin,” ujarnya.

Pihaknya juga berharap kepada semua warga masyarakat, dokter, PNS dan lainnya bisa tercover vaksinasi guna menanggulangi terpaparnya Covid-19.

Disamping itu ia mengingatkan pada proses vaksinasi mulai dari screening hingga pemberian vaksin, vaksinator harus teliti, mana yang bisa divaksin dan tidak.

“Salah satu penyakitnya saya hapal itu, sudah terpapar Covid-19, jantung, diabetes, hipertensi dan ada riwayat alergi (dilarang vaksin). Pastinya ada 12 item yang harus diperhatikan oleh vaksinator dan masyarakat, termasuk dokter juga meski dia mau kita tetap tunda sampai ada kebijakan dari para ahli,” terangnya.

Sejauh ini, nakes ternasuk dokter menjadi yang pertama divaksin, karena sebagai garda terdepan dalam pelayanan bidang kesehatan. ”Saya sampaikan bahwa dokter saja yang meninggal karena Covid-19 itu sudah mencapai 278. Itu data hari ini (kemarin) se-Indonesia ya karena saya sebagai tim litigasi pusat. Jadi kita menghindari jangan sampai angka-angka ini bertambah terus. Saya juga sampaikan kepada yang divaksin tetap menjaga prokes, diperhatikan protapnya,” ungkapnya. (pay)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin