Berita Bekasi Nomor Satu
Bisnis  

Selama 2020, BCA Cetak Laba Rp 27,1 Triliun

BCA
BERI PENJELASAN: Jajarn Direksi dan Komisaris BCA, memberi penjelasan saat Paparan Kinerja Full Year 2020 PT Bank Central Asia Tbk (BCA) secara virtual, di Jakarta, Senin (8/2). IST/RADAR BEKASI
BCA
BERI PENJELASAN: Jajarn Direksi dan Komisaris BCA, memberi penjelasan saat Paparan Kinerja Full Year 2020 PT Bank Central Asia Tbk (BCA) secara virtual, di Jakarta, Senin (8/2). IST/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) selama tahun 2020, mengalami penurunan laba sebesar 5 persen menjadi Rp 27,1 triliun. Penurunanan laba tersebut disebabkan peningkatan biaya pencadangan setelah pemerintah selaku regulator menerapkan relaksasi merespons pandemi Covid-19.

Dalam Paparan Kinerja Full Year 2020 yang disampaikan Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja secara virtual, selama tahun 2020, rata-rata kredit BCA tumbuh 4,7 persen secara tahunan.

“Sejalan dengan komitmen itu, rata-rata kredit tumbuh 4,7 persen secara tahunan (YoY), sedangkan total fasilitas kredit untuk bisnis, meningkat 5 persen YoY,” ujar Jahja, Senin (8/2).

Akan tetapi, karena adanya pelemahan aktivitas bisnis, maka fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga per akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1 persen YoY menjadi Rp 575,6 triliun.

Dengan demikian, secara konsolidasi, total kredit tercatat sebesar Rp 588,7 triliun, atau melemah 2,5 persen YoY. Meski menghadapi sejumlah tantangan, lanjut Jahja, BCA dan entitas anak usaha mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) hingga 11,2 persen YoY menjadi Rp 45,4 triliun.
Dari sisi pembiayaan, kredit korporasi meningkat hingga 7,7 persen YoY menjadi Rp 255,1 triliun, sejalan dengan semangat BCA membantu menggerakkan roda perekonomian nasional di tengah pandemi. Sementara itu, kredit komersial dan UKM turun 7,9 persen YoY menjadi Rp 186,8 triliun.

Pada portofolio kredit konsumer, lanjut Jahja, KPR turun 3,7 persen YoY menjadi Rp 90,2 triliun, KKB terkontraksi 22,6 persen YoY menjadi Rp 36,9 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit turun 20,6 persen YoY menjadi Rp 11,2 triliun.

Ditambahkan Jahja, secara total, kredit konsumer terkontraksi 10,8 persen YoY menjadi Rp 141,2 triliun. Penurunan outstanding pada segmen konsumer tersebut, disebabkan oleh tingkat pelunasan (repayment) yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru.

Dari total portofolio kredit, sekitar 21,6 persen atau Rp 127,2 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Kami mengapresiasi respon cepat regulator dalam merelaksasi kebijakan restrukturisasi untuk membantu perbankan dan nasabah melewati masa-masa sulit ini. BCA senantiasa berada di sisi nasabah dalam menghadapi tantangan perekonomian, termasuk dengan merestrukturisasi kredit sejak awal pandemi. Hingga akhir Desember 2020, BCA membukukan restrukturisasi kredit sebesar Rp 104,2 triliun atau sekitar 18 persen dari total kredit, yang berasal dari sekitar 100.000 nasabah,” terang Jahja.

Dari sisi pendanaan, kata Jahja, BCA berhasil mencatatkan kinerja dana pihak ketiga yang sehat, di mana Current Account and Savings Account (CASA) tumbuh 21,0 persen YoY mencapai Rp 643,9 triliun.

Sementara untuk deposito berjangka, meningkat sebesar 14,0 persen YoY menjadi Rp 196,9 triliun. Secara total, Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 19,3 persen YoY menjadi Rp 840,8 triliun di tahun 2020.

“Sejalan dengan pertumbuhan DPK yang berkelanjutan, tahun 2020 telah menjadi tahun bersejarah bagi BCA, karena total aset perushaan mampu menembus Rp 1.000 triliun untuk pertama kalinya, yakni mencapai Rp 1.075,6 triliun atau naik 17,0 persen YoY,” tutup Jahja. (bis)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin