Sabtu malam (20/2/2021), saya meninjau lokasi banjir di Kota Bekasi. Ada beberapa titik yang saya datangi. Paling parah di Pondok Gede Permai. Ketinggian air mencapai dua meter. Rumah warga yang berlantai satu hanya terlihat atapnya. Tanggul jebol jadi penyebabnya.
Di posko banyak warga yang mengungsi. Saya juga melihat relawan terus bergerak memberikan bantuan, meski hari beranjak malam. Lelah tak lagi dirasakan karena panggilan kemanusiaan.
Ahad, (21/2) sore, saya melanjutkan peninjauan ke Pebayuran, Kabupaten Bekasi. Terjadi banjir disebabkan karena tanggul Sungai Citarum yang jebol.
Kunjungan ini dilakukan usai saya mendapat informasi peristiwa tersebut. Dampak yang diakibatkan oleh jebolnya tanggul tersebut sangat luas. Saat ke lokasi, saya memakai motor menerobos banjir karena tidak bisa dilalui mobil.
Di Kota Bekasi, ada 76 titik banjir sepanjang 19-20 Februari. Tersebar di 33 kelurahan dan 11 Kecamatan.
Sementara itu, di Kabupaten Bekasi, berdasarkan update data Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Kabupaten Bekasi yang dilaporkan Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Sabtu (20/2/2021) pukul 11.00 WIB, sedikitnya 37 desa di 17 kecamatan terendam banjir.
Banjir besar semacam ini sudah menjadi siklus tahunan. Berulangkali terjadi setiap tahunnya. Tapi sayangnya, persoalan yang sama juga terulang.
Bantuan yang tepat hadir, evakuasi yang lambat, perahu karet yang terbatas dan seterusnya. Padahal, jika kita bisa mengambil pelajaran, masalah-masalah di atas tak perlu lagi terjadi.
Beruntung, banyak elemen masyarakat yang bergerak mandiri. Mereka berinisiatif memberikan bantuan dengan segala keterbatasannya. Dana dari kocek sendiri, patungan, dan jumlah relawan yang seadanya.
Saya sendiri merasa bangga dengan perjuangan kader-kader PKS di DPRa dan DPC. Banyak informasi masuk ke saya terkait bagaimana perjuangan mereka di lapangan. Padahal mereka juga menjadi korban banjir.
Ke depan, semua pihak, terutama pemerintah setempat harus mampu melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi yang lebih terintegrasi dan komprehensif. Agar banjir yang berulang tak meninggalkan kisah yang sama setiap tahunnya. Sebab masyarakat yang pada akhirnya menjadi korban.
Semua pihak terkait segera mencari solusi jangka pendek dan panjang. Di Kabupaten Bekasi, pihak dimaksud antara lain Kementerian PUPR dan Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Untuk membantu warga yang terkena banjir, saya mendorong aparat pemerintah untuk secepatnya memberikan pasokan logistik dan tempat pengungsian yang layak.
Pastikan warga yang terkena banjir dapat pelayanan maksimal. Berikan logistik dan tempat mengungsi yang memadai.
Dalam kesempatan ini, saya juga memberikan bantuan kepada masyarakat dan pesantren yang terkena banjir. Bantuannya tidak banyak. Mudah-mudahan dapat meringankan. (*)