Berita Bekasi Nomor Satu

Tuntaskan Pembangunan Landmark

TAK KUNJUNG SELESAI: Pengendara melintas di Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Minggu (11/3). Pembangunan Landmark di persimpangan keluar Tol Bekasi Barat yang nantinya menjadi Ikon Kota Bekasi, hingga saat ini tak kunjung selesai. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.
TAK KUNJUNG SELESAI: Pengendara melintas di Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Minggu (11/3). Pembangunan Landmark di persimpangan keluar Tol Bekasi Barat yang nantinya menjadi Ikon Kota Bekasi, hingga saat ini tak kunjung selesai. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kota Bekasi yang sudah menginjak usia 24 tahun disebut belum memiliki landmark sebagai ciri khas. Utamanya di jantung kota yang kini semakin massif pembangunannya.

“Memang tidak ada ciri khas dari Kota Bekasi. Kalau kita keluar dari Tol Bekasi Barat sebagai etalase Kota Bekasi umumnya cuma melihat mal saja. Kemudian GOR, Jembatan Summarecon dan piramid terbalik ya,”ujar Ketua DPRD Kota Bekasi Chairoman J Putro belum lama ini.

Diakuinya, perlu kolaborasi Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi membuat landmark yang memungkinkan karakter Kota Bekasi muncul sebagai simbol.

“Dulu pernah ada ikon namanya buah kecapi dan lele. Tapi di bakar ya, karena itu tidak sesuai dengan karakter orang Bekasi,” ucapnya.

Lanjut Chairoman, Pemkot Bekasi sudah memiliki dewan kesenian dan kebudayaan. Sehingga bisa dilakukan kolaborasi dalam penentuan pembangunan landmark.

Salah satu opsi kata dia menyelesaikan secara tuntas pembangunan Islamic Centre sebagai salah satu ikon Kota Bekasi.

“Nah selebihnya kita berharap Pemkot juga mulai memberikan arah pengembangan kota kreatif Kota Bekasi mau arahnya kemana,” ujarnya.

Ia juga menegaskan apakah Kota Bekasi ini akan diarahkan ke kota fashion, kuliner atau kota wisata perkotaan. Jika kota wisata ditegaskannya destinasinya harus dipersiapkan.

Sambung Chairoman, isu tersebut layak di tampilkan guna memajukan Kota Bekasi kedepan, khususnya rencana jangka panjang. Tahun 2031 yang menetapkan Kota Bekasi sebagai Kota Kreatif bernuansa Ihsan.

“Prioritas yang mau kita bangun arahnya harus jelas. Mau dikembangkan ke arah mana. Sehingga dengan tesis tersebut kita berharap ada budaya lokal menjadi basis pengembangan ekonomi. Masalahnya kita belum melihat ini sebagai kolaborasi budaya,” jelasnya.

Dengan adanya kolaborasi, modern, kondusivitas bisa meningkatkan tumbuh kembang anak-anak muda berkreativitas untuk mewujudkan Kota Kreatif bernuansa Ihsan.

Selain itu, di usia ke 24 tahun pemerintah Kota Bekasi harus meningkatkan etos kerja yang baru atas etos pelayanan dengan penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik yaitu digitalisasi. Dimana berbagai pelayanan publik itu bisa diakses oleh masyarakat dengan menggunakan perangkat handphone atau smartphone.

Kemudian, kemudahan akses informasi, sehingga potensi ekonomi Kota Bekasi, termasuk profailing tersusun dengan baik.

“Apa yang mau di jual orang bisa mendapatkan kepastian, membaiknya layanan publik tidak hanya pelayanan publik kependudukan tapi juga perizinan,” jelasnya yang mengapresiasi perkembangan dari sektor kesehatan yang kini terbaik kedua Jawa Barat setelah Kota Bandung. (pay)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin