Berita Bekasi Nomor Satu

Daging dan Cabai Bikin Waswas

Illustrasi : Pedagang daging sedang melayani pembeli di Pasar Tambun, Kabupaten Bekasi, Selasa (19/5). Jelang Hari Raya Idul Fitri, harga daging mulai mengalami kenaikan. DAN/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kurang dari 20 hari memasuki bulan suci Ramadhan tahun 2021. Sejumlah harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik di sejumlah pasar tradisional di Kota Bekasi, termasuk harga daging sapi dan cabai rawit yang belum juga turun sejak awal tahun kemarin. Warga khawatir, harga makin melambung tinggi mendekati Hari raya Idul Fitri nanti. Sedangkan Kementerian Perdagangan memastikan pemerintah menjamin kebutuhan bahan pokok tetap tersedia dan mencukupi dengan harga terjangkau, kecuali harga daging sapi diprediksi akan mengalami kenaikan.

Harga kebutuhan pokok mulai menunjukkan pergerakan naik, khususnya cabai dan daging sapi. Kemarin, harga cabai rawit merah dipasaran Rp120 ribu per kg, cabai merah keriting dan cabai merah besar Rp50 ribu. Sedangkan harga daging Rp130 ribu per kg.

Harga cabai rawit tercatat sudah merangkak naik hampir tiga bulan belakangan, belum menunjukkan tanda-tanda turun harga. Harga normal, cabai rawit merah hanya di kisaran Rp40 sampai Rp60 ribu per kg, harga semua jenis cabai ini diprediksi akan mengalami lonjakan harga lebih tinggi lagi menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

“Biasanya sih gitu (harga naik), masuk bulan puasa harga normal lagi, nanti mau lebaran baru harga tinggi lagi karena kalau bulan puasa kan nggak banyak makan cabai,” kata salah satu pedagang di Pasar Kranji Baru, Reni (55).

Sejauh ini, informasi yang diperoleh oleh pedagang pasar harga cabai melonjak lantaran faktor cuaca, kondisi ini membuat distribusi cabai dan panen cabai petani terganggu. Sebagai bahan baku wajib untuk berbagai jenis menu makanan, pembeli tidak berkurang. Hanya saja, jumlah cabai yang dibeli lebih sedikit dibandingkan biasanya.

Belum selesai dengan harga cabai yang tak kunjung turun, jagad dihebohkan dengan peredaran cabai rawit merah palsu. Cabai ini diduga sengaja dicat dengan warna merah agar menyerupai cabai rawit merah yang harganya selangit, informasi ini menjadi buah bibir setelah cabai rawit merah yang tengah digoreng dalam wajan mengeluarkan cairan berwarna oranye.

Hal ini sontak membuat masyarakat lebih berhati-hati, tidak jarang pedagang disajikan pertanyaan ini oleh para pembeli. Dari dua lokasi pasar yang dikunjungi oleh Radar Bekasi, yakni pasar Kranji Baru dan Pasar Baru, belum ada temuan cabai palsu beredar di pasar.

“Wajarlah pembeli waspada nanya seperti itu. Semenjak berita cabe diwarnai, jelas banyak yang nanya, tapi nanyanya dengan candaan, nggak terlalu dibawa serius,” terang salah satu pedagang di Pasar Baru, Bekasi Timur, Wahyu.

Imbas dari tingginya harga cabai, pendapatan turun drastis, hingga 50 persen dari omset yang biasa diraup selama satu hari berjualan. Ia mengaku tidak hanya pembeli mengurangi jumlah cabai yang dibeli, juga mendapati pembeli yang biasa singgah tidak lagi datang ke lapaknya.”Mustahil cabai turun, soalnya lanjut ketemu bulan puasa,” tambahnya.

Sekedar diketahui, untuk membedakan cabai rawit merah asli dengan cabai rawit merah palsu ini dapat diketahui dari kejanggalan bentuk fisik dibandingkan dengan cabai yang biasa dibeli oleh masyarakat setiap harinya.

Harga dan ulah tangan tak bertanggung jawab ini juga menjadi kekhawatiran pengguna komoditi cabai. Kualitas masakan dan kesehatan masyarakat dipertaruhkan jika tidak jeli membedakan antara cabai rawit merah asli dengan cabai merah palsu.”Selama ini saya belum dapat laporan dari anggota,” ungkap Koordinator Wilayah (Korwil) Komunitas Warteg Nusantara Bekasi, Tafsir Qosim.

Munculnya cabai merah palsu ini menambah beban pedagang Warteg disamping harga cabai yang sebelumnya dikeluhkan. Dibandingkan dengan harga cabai pada tahun-tahun sebelumnya, di waktu yang sama, harga cabai naik hampir dua kali lipat. Salah satunya cabai merah besar yang didapatkan dengan harga Rp45 ribu, tahun lalu di waktu yang sama hanya berkisar Rp20 sampai Rp25 ribu.

“Pemerintah belum melakukan langkah ril untuk menstabilkan harga cabai,” tandasnya.

Sementara itu Kepala Pasar Kranji Baru, Amas kepada Radar Bekasi menyampaikan pantauan di lapangan sampai dengan saat ini harga cabai dan daging sapi sudah merangkak naik. Harga cabai yang semula bertahan di Rp120 ribu mulai merangkak ke angka Rp130 ribu.

Hal yang sama juga terjadi pada daging sapi, mulai mengalami kenaikan Rp5 ribu mendekati bulan suci Ramadhan, dari harga Rp120 ribu. Stabilitas harga pada komponen Bapok lainnya sejauh ini masih berada pada harga normal.

“Naik baru minggu-minggu ini, biasa hukum pasar seperti itu, dimana permintaan meningkat, harga otomatis mengalami kenaikan. Saya rasa yang lain-lain seperti tepung dan beras, intinya yang dikelola pemerintah masih stabil,” paparnya.

Harga komoditas lain yang juga mulai menunjukkan kenaikan adalah ayam potong, berada di harga Rp38 ribu dari harga sebelumnya Rp32 ribu. Lonjaka harga diprediksi akan kembali turun setelah lima hari masuk bulan suci Ramadhan, harga kembali naik menjelang hari Raya sebelum turun dari hari setelah hari raya Idul Fitri.

Ditingkat pasar, pengawasan terhadap harga dan kualitas barang dilakukan. Sejauh ini berdasarkan keterangannya tidak ditemukan cabai palsu yang selama ini menjadi buah bibir.”Alhamdulillah tidak ada, karena setiap hari turunkan Tim untuk memantau itu semua. Saya selalu mengingatkan bawahan saya untuk memeriksa barang-barang yang dioplos,” tukasnya. (Sur)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin