Berita Bekasi Nomor Satu

Bulog Diminta Turun ke Petani

RATAKAN TANAH: Seorang warga sedang meratakan tanah untuk bercocok tanaman padi, di Kabupaten Bekasi. IST/RADAR BEKASI
RATAKAN TANAH: Seorang warga sedang meratakan tanah untuk bercocok tanaman padi, di Kabupaten Bekasi. IST/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bekasi, meminta Pemerintah, dalam hal ini Bulog, untuk turun langsung ke setiap wilayah pertanian yang sedang panen.

Hal itu perlu dilakukan, agar tidak ada peluang bagi para tengkulak untuk membeli gabah para petani dengan harga yang semaunya, seperti yang terjadi saat ini. Tentunya, penurunan harga jual gabah, tidak ada kaitan-nya dengan rencana impor beras.

Ketua KTNA Kabupaten Bekasi, Darisalam menyampaikan, setiap memasuki masa panen, harga jual gabah selalu mengalami penurunan. Dalam kondisi seperti ini, yang terpenting, bagaimana mengendalikan tengkulak-tengkulak liar. Dan bagaimana Bulog bisa menyerap beras para petani. Artinya, bukan persoalan impor atau tidak.

“Intinya, terkait harga jual gabah yang murah, tidak ada kaitan-nya dengan impor, tapi karena Bulog tak membeli gabah, melainkan tengkulak. Sudah barang tentu para tengkulak itu patokan-nya untung, bukan aturan harga dari pemerintah,” tuturnya kepada Radar Bekasi, Senin (29/3).

Dirinya menjelaskan, sekarang ini belum ada regulasi bahwa hasil pertanian harus orang Bekasi yang membeli. Sehingga, banyak dari Benten, Karawang, Indramayu, dan daerah lain yang belanja ke Kabupaten Bekasi melalui tengkulak itu, dengan memberikan harga jual semaunya.

Dalam hal ini, itu disebabkan karena tidak hadirnya pemerintah. Misalkan, pemerintah melalui Bulog hadir ke setiap wilayah yang panen, tentu para tengkulak ini tidak bisa main. Kemudian, berikan harga yang sesuai standar dengan pemerintah. Sehingga biaya penanaman dan harga jual bisa sesuai.

“Pemerintah melalui Bulog harus turun ke wilayah yang sedang panen, agar tengkulak tidak bisa main. Terkait impor beras, saya tak begitu peduli, mau impor syukur, tidak juga enggak masalah,” beber Darisalam.

Sementara itu, Satker Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Suwono menjelaskan, gejolak harga jual gabah yang sekarang sedang terjadi, dipicu oleh isu impor beras. Sebab, itu sangat berpengaruh ke pedagang, dan imbasnya ke harga jual di petani. Kata dia, untuk sekarang impor beras belum perlu.

“Musim panen sebelumnya, saat tidak ada isu impor beras, petani bisa menikmati hasil penjualan gabahnya. Tapi sekarang, karena ada isu impor beras, harga jual gabah turun. Menurut saya, impor beras itu belum perlu,” terangnya.

Pria yang juga sebagai Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Provinsi Jawa Barat Wilayah Kabupaten Bekasi ini mengaku, rata-rata para petani yang lahan garapan-nya di atas satu hektar, menjual gabahnya ke tengkulak. Karena memang, biasanya saat masa tanam, para petani ini sudah mengambil uang terlebih dulu ke tengkulak, yakni biaya penanaman dan sebagainya.

Sedangkan untuk petani yang lahan garapan-nya di bawah satu hektar, biasanya melihat terlebih dulu harga jual di pasaran. Misalkan harga jual sedang murah, para petani lebih memilih mengeringkan (menjemur) padinya dan disimpan, untuk candangan bahan pangan . Namun, ketika harga jual naik, para petani ini memilih untuk menjualnya. (pra)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin