Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

UMKM Kuliner Terdampak

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tidak hanya pengrajin yang kewalahan saat harga kedelai naik, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga bersiap untuk memutar otak mengantisipasi kenaikan harga tempe dan tahu. Terutama bagi pelaku di sektor kuliner yang berbahan baku utama tempe dan tahu.

Pasalnya, menaikkan harga jual tempe dan tahu bagi pengrajin disebut tidak mudah, hal ini berkaitan langsung dengan respon masyarakat di pasar. Sehingga para pengrajin menginginkan pemerintah yang mengumumkan kenaikan harga tersebut.

Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin menjelaskan bahwa 160 ribu pengrajin tempe tahu tengah terpuruk ditengah kenaikan harga kedelai. Disamping itu ada lima juta karyawan yang menggantungkan pendapatannya pada pengrajin tempe tahu di seluruh Indonesia.

Ratusan ribu pengrajin tersebut menurutnya memiliki kemampuan berbeda-beda, mulai dari kemampuan permodalan hingga kemampuan produksi per hari. Akibatnya, dengan harga jual yang terpaksa ditahan oleh para pengrajin untuk menjaga pelanggan mereka, produksi tempe berkurang menyesuaikan kemampuan masing-masing. Salah satu contoh pengrajin dalam satu hari membutuhkan 100 kg kedelai, saat ini mengurangi penggunaan kedelai menjadi 70 kg akibat melonjaknya harga kedelai.

“Makanya dia (pengrajin) ingin pemerintah yang mengumumkan harga tempe tahu ini, supaya masyarakat dan pedagang di pasar mengerti, bukan mau pengrajin tempe tahu tapi keadaan pasar,” ungkapnya.

Untuk menaikkan harga jual tempe tahu oleh para pengrajin ini diakui sulit dilakukan lantaran respon pasar yang selama ini menjalin hubungan baik. Akibatnya, pada pengrajin selama beberapa waktu ini terpaksa menahan harga jual.

Terhadap situasi ini, ia mengaku pihaknya mengerti situasi yang dihadapi oleh para pengrajin tempe tahu. Sejauh ini, Gakoptindo disebut telah berupaya membangun komunikasi dengan pemerintah, Gakoptindo meminta pemerintah untuk secepatnya mengumumkan kenaikan harga tempe tahu, menekan harga kedelai untuk tidak terus melambung tinggi, dan meminta pemerintah berperan melalui Badan Urusan Logistik (Bulog).

“Gakoptindo selaku pimpinan di pusat melihat itu mengerti, kalau ada yang mau mogok mangga, tapi kalau mau terus (produksi) juga silahkan,” tambahnya.

Rapat antara Gakoptindo bersama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan importir kedelai Jumat pekan kemarin, bursa harga kedelai di Amerika berada di posisi 15,8 dolar per bushels. Harga tersebut setelah dirupiahkan beserta dengan biaya angkut tercatat Rp10.250 sampai kedelai tiba di pelabuhan, sehingga tiba di Bekasi diperkirakan harganya Rp10.700 sampai Rp11 ribu per kg.

Hasil rapat tersebut kenaikan harga kedelai dinilai wajar setelah memperhatikan situasi pasar dunia, kenaikan harga kedelai ini diprediksikan akan berlangsung terus jika tidak ada peran pemerintah untuk menjaga kestabilan harga.

Situasi ini juga menurut Aip didukung oleh kondisi pasar, permintaan kedelai China bertambah pada tahun 2020 menjadi 95 juta ton per tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebanyak 75 juta ton per tahun. China mengimpor kedelai mulai dari grade paling bagus atau grade satu sampai grade empat yang digunakan untuk pakan hewan, sementara impor kedelai Indonesia hanya berkisar 2,5 sampai 3 juta ton per tahun.

“Sehingga dengan demikian petani di Amerika, Brazil, dan lain-lain mereka lebih suka jual ke China karena seluruhnya kedelai, bagus, kurang bagus, sampai jelek dibeli,” tukasnya.

Ia mengakui saat menaikkan harga jual tahu tempe ini, pengrajin khawatir kehilangan pelanggan di pasar. Namun, Aip memprediksi hilangnya pelanggan ini hanya bersifat sementara lantaran harga jual tahu tempe di semua pedagang sama.

Pelaku UMKM berbahan baku tahu dan tempe juga tengah mempersiapkan siasat untuk merespon naiknya harga jual. Salah satunya adalah warteg, setelah mengetahui informasi rencana kenaikan harga jual tempe dan tahu, Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) bersiap untuk melihat situasi pasar.

“Sebenarnya untuk tempe tahu itu juga (bahan baku) pokok ya, jadi pasti penting banget di Warteg buat gorengan, buat orek, dan lain-lain,” kata Koordinator Wilayah Kowantara Bekasi, Tafsir Qosim.

Selama tahun 2021 ini, pelaku usaha warteg sudah mengalami kenaikan harga tahu tempe menjelang bulan Ramadan beberapa waktu lalu, harga tempe naik dari Rp5 ribu menjadi Rp6 ribu. Sejauh ini alternatif solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi porsi tempe dan tahu, tempe yang biasa satu papan dipotong menjadj 10 bagian diperkecil menjadi 12 bagian.

“Kalau misalkan biasa kita jual seribu mau dinaikkan jadi dua ribu, kita juga kurang tega,” tukasnya. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin